Kebiasaan Baru

16.5K 721 26
                                    

Semenjak ia tahu bahwa dirinya sedang hamil, mood Lita sering naik turun. Kadang ia bisa sangat sedih hingga tiba-tiba menangis histeris, kadang ia bisa tersenyum bahkan tertawa hingga Ethan pikir Lita sudah gila. Seperti saat ini, Lita memaksa Ethan untuk tetap ada di rumah. Lita mendadak berubah 180 derajat sejak peristiwa itu, seperti ada sosok lain dalam dirinya. Ethan merasakan semua itu, dan ia heran dengan dirinya yang kualahan menghadapi Lita.

"Huhuhu, Ethan kamu gila?! Menonton film pembunuhan di siang hari begini?! Kasihan ikannya!" jerit Lita.  Wanita itu menangis tersedu sambil memarahi Ethan. Ethan menatap Lita bingung, belum juga ada 10 menit menonton tv sudah berulah lagi.

"Lebih baik kau tidur sana."

Lita menggeleng, "aku mau ayam goreng lengkuas di dekat alun-alun kota."

"Suruh supir sana!" kata Ethan tak mau diganggu.

"Tapi aku maunya kamu! Dasar pria tidak tahu diri, kamu tidak berpikir panjang sebelum menghamiliku, sekarang rasakan akibatnya!" Lita dengan ganas memukuli dan menjambak rambut Ethan, "cepat belikan!" teriak Lita.

Ethan tak bisa melawan, nalurinya sebagai ayah tentu saja melarangnya. Hah, kalau begini dia jadi menyesal kenapa ia tidak berpikir jernih saat itu.

"Oke! Kau diam." Lita langsung tersenyum senang. Ia menikmati acara tv dan duduk dengan tenang. Ethan mencibir melihat pergantian mood Lita yang drastis.

Ethan celingukan mencari warung ayam goreng lengkuas yang biasanya ada di utara alun-alun kota. Tapi ini kok tidak ada ya? Sudah putar-putar alun-alun sampai 3 kali tetap saja Ethan tak menemukan warung yang dimaksud. Apa warungnya pindah?

"Misi, pak... Ada yang bisa saya bantu?" tiba-tiba ada bapak-bapak lewat.

"Pak, saya mau tanya. Ini warung ayam goreng lengkuasnya masih di sini kan?" tanya Ethan.

Biasa kaki lima an kan ada di daerah situ.

Bapak itu mengangguk, "iya benar, tapi kalau masih siang ya belum buka, pak." Ethan lantas melihat jam tangannya. Haduh, iyw juga. Ethan tersenyum tipis dan menggumamkan kata terima kasih. Ia lalu pulang ke rumah.

Dengan wajah bersungut-sungut ia merebut remot tv yang Lita pegang. Ia sadar, Lita pasti mengerjainya.

"Kau sengaja kan? Sudah tahu warungnya tutup kalau siang, malah minta aneh-aneh." sembur Ethan.

Wajah Ethan merah padam, tapi Lita cuek dan malah tertawa, "ya ampun, kamu lucu banget sih? Mana ada ngidam ngerjain orang? Ya kalo nggak di situ ya tempat lain dong!"

"Nggak ada tempat lain. Beli saja sendiri."

Lita langsung murung. Ia menangis dengan keras. Ethan jadi makin pusing mendengarnya. Perasaan dulu Serly tidak seaneh ini. Serly rasanya tidak pernah ngidam juga. Ini yang aneh Serly atau Lita?

"DIAM!" bentak Ethan, Lita tiba-tiba saja terdiam. Dia memegangi dadanya yang sesak.

"Than, dada ak-u se-sek banget." Ethan yang awalnya bersikap acuh tak acuh kemudian sedikit melirik ke arah Lita.

Wanita itu makin gencar memegangi dadanya yang sakit, "jangan main-main Lita."

"Sakiiiit.... Huhuhu... Hiks." tangisan Lita kian pilu.

Ethan melompat ke arah Lita. Ia turut bingung harus melakukan apa. Ia membaringkan Lita di atas sofa. Lalu segera menghubungi Ryan.

Selama Ryan belum datang, Lita terus-terusan meremas tangan Ethan dengan kuat. Ethan jadi semakin panik. Hah, rasanya aneh. Benar-benar aneh. Kemana rasa kesal dan jijiknya pada Lita selama ini? Ethan menghembuskan napasnya, mendadak ia jadi salah tingkah sekarang. Untunglah Ryan cepat datang. Setelah diperiksa, tekanan darah Lita memang agak tinggi. Ryan menatap Ethan tajam.

All My Fault✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang