Lita menatap dua orang di hadapannya dengan tatapan kosong. Pukul 10 malam ia baru saja sampai di rumah, dan di hadapannya tersaji pemandangan yang luar biasa mengoyak hatinya.
Lita menarik napas dalam dan menghembuskannya. Ia menyapa dua orang yang tengah memadu kasih di ruang tengah itu dengan senyum tipis.
"Apa kabar, Kak Serly?" sapa Lita.
"Selalu baik," kata Serly singkat. Lita mengangguk, lalu berjalan ke arah dapur melewati dua orang itu.
"Ethan, dari mana dia baru pulang jam segini?" tanya Serly menaruh rasa curiga pada Lita.
"Mana aku tahu, aku tidak peduli juga." sahut Ethan. Lelaki itu memeluk pinggang Serly dan kembali memusatkan perhatiannya pada televisi yang sedang menyala.
"Kamu tidak bisa biarin ini dong, kalo dia jual diri gimana? Orang dia aja santai tidur sama cowok yang bukan apa-apanya." kata Serly, "ceraikan dia." lanjutnya.
"Tidak bisa, Serly Sayang... Papa melarang aku cerai sama dia kalo masih mau jadi General Manager, ya aku terpaksa mempertahankan pernikahan ini." Lita yang hendak menuju kamarnya menghentikan langkahnya. Ia meremat jari tangannya, berusaha menahan perih di hatinya. Ya Tuhan, Lita tidak bisa mendengar ini lebih jauh.
"Tapi kan kamu janji mau nikahin aku." rengek Serly sambil mengelus rahang tegas milik Ethan.
"Iya, aku janji." kata Ethan, ia mencium pipi Serly dengan gemas.
"Kapan dong, nunggu aku hamil? Aku tidak mau hamil dulu, nanti aku tidak seksi lagi di TV." Ethan tertawa mendengar ceracauan Serly, ia paham akan hal itu. Seorang public figur seperti Serly dituntut untuk berpenampilan sempurna.
"Masa kamu tidak mau hamil anakku?" goda Ethan.
"Ya mau, aku mau banget. Tapi kamu harus nikahin aku secepatnya. Biar orang-orang tidak k curiga dengan aku." kata Serly.
Ethan mengecup bibir Serly kilat, "kamu tenang aja, kita nikah secepatnya."
Lita membungkam bibirnya dengan erat. Ia tidak menyangka kalau Ethan dan Serly sudah sejauh itu. Mereka bahkan akan menikah tanpa menceraikannya terlebih dahulu? Lita berlari masuk ke dalam kamarnya. Bagai jatuh tertimpa tangga. Tubuh Lita rasanya remuk redam.
Jika saja sang mama tidak berpikiran buruk padanya, jika saja papanya tidak sakit, dua orang itulah yang akan ia jadikan sebagai tempat bersandar dan berkeluh kesah. Ia akan mengadukan sikap Ethan pada papanya. Sebagai seorang ayah, Andy pasti akan memarahi Ethan habis-habisan. Lita tersenyum getir, "Pa, anak perempuanmu satu-satunya ini sedang disakiti oleh laki-laki," gumamnya.
***
Esok paginya, Lita harus mengurungkan niatnya untuk makan di meja makan karena sosok Serly yang ada di sana. Sambil memasukkan makanan ke dalam mulutnya, Ethan terus saja memberikan perlakuan manja pada kekasihnya itu. Entah itu hanya berupa usapan di kepala, elusan di pipi atau yang lainnya. Tentu saja Lita merasa cemburu. Bukannya hilang, tapi perasaannya malah semakin tumbuh. Mungkin karena ia terlalu banyak menyiraminya dengan air mata. Lita keluar rumah, berjalan memutar ke halaman belakang dan bersiap meraih selang air saat tiba-tiba selang itu sudah melayang karena diangkat oleh Rama.
"Nyonga tidak sarapan?" tanya Rama. Heran melihat majikannya itu ada di halaman belakang di jam sarapan seperti ini.
"Tidak, belum lapar. Kamu sendiri? Udah sarapan belum?" Lita menatap Rama yang tampak kikuk, pria itu kemudian menggeleng. Ia tidak terbiasa sarapan.
"Saya biasanya tidak sarapan, soalnya perut langsung terasa tidak enak kalau sarapan. Sebaiknya Nyonya sarapan saja dulu, biar saya saja yang nyiram." kata Rama.
KAMU SEDANG MEMBACA
All My Fault✔
RomanceINI NOVEL FIKSI YA YOROBUUN! JD KALO ADA YG NGGAK MASUK AKAL, EMANG CUMA FIKSI, GAK SESUAI SAMA KENYATAAN APALAGI AKAL MAKHLUK2 PALING RASIONAL SEDUNIA. MAKASII... WARNING!!! Cerita ini banyak memuat kata-kata kasar dan perlakuan tidak baik dalam r...