Oke karena otak saya mulai lelah, jadi updatenya lebih lama. Pengen balikin alurnya yang mulai acak2an nggak jelas. 😐😐😐
...
Ada satu bagian dari diri kita yang tidak dimiliki oleh orang lain. Sisi lain yang kita gunakan untuk kembali, dan kita gunakan untuk pulang. Selama beberapa minggu ini Ethan sadar kalau ia mulai lupa untuk kembali dan pulang. Ia lupa kalau ia telah memiliki rumah untuk pulang. Ia lupa kalau ada yang menunggunya untuk berkeluh kesah.
"Aku nggak ingin kamu kepikiran."
"Aku istri kamu Ethan. Mana bisa nggak kepikiran?"
"Bisa. Kalo kamu nggak tahu."
"Ups, sayangnya aku udah tau."
"Siapa yang kasih tau kamu?"
"Kenapa kamu nggak bilang kalo perusahaan lagi ada masalah karena uang perusahaan dibawa kabur orang?"
"Siapa yang kasih tau kamu?"
"Nggak penting. Yang terpenting sekarang, kamu jujur sama aku. Aku mungkin nggak bisa bantu banyak. Tapi seenggaknya kamu nggak sendirian."
"Pasti Henri ya?"
"Than?"
"Ta, kamu tidur ya. Udah malem. Aku ke ruang kerjaku dulu."
Ethan mengecup kening Lita lalu pergi keluar kamar.
Perdebatan itu terjadi seminggu setelah Ethan menghampiri Lita di gazebo belakang rumah. Lita yang merasa Ethan semakin tidak terurus berinisiatif untuk bertanya pada Henri. Sungguh mengejutkan karena ternyata masalah Ethan sepelik itu. Bukan hanya uang pajak melainkan uang investasi ludes sebesar 45% nya. Bagaimana Ethan tidak pusing?
Awalnya Henri tetap konsisten tutup mulut. Dia sudah diwanti-wanti oleh Ethan. Dan tentu saja Henri sangat memahami maksud Ethan. Tapi bukan Lita si keras kepala jika tidak bisa memaksa Henri untuk buka mulut. Lita kini mulai tahu mengapa Ethan sangat sibuk. Namun tetap saja, ia seolah tidak bisa menemukan titik terang mengapa Ethan menyembunyikan semua ini darinya.
"Nyah, den Bastian rewel terus. Badannya anget." Lita mengambil alih Bastian dari gendongan Bi Irah. Aneh, biasanya kalau Lita gendong Bastian akan tenang. Tapi kali ini Bastian masih rewel dan menangis. Badannya juga panas.
"Bi, tolong telpon dokter dong." kata Lita.
"Eh anu nyah. Bibi tadi mau telpon tapi lupa kalo nggak ada nomernya. Dulu tuan yang suka nelpon soalnya." kata bi Irah. Akhirnya Lita inisiatif untuk menghubungi Ethan.
Beberapa kali dia mencoba tapi nomor Ethan tidak aktif. Panik tentu saja. Bi Irah kembali mengambil Bastian dari gendongan Lita karena wanita hamil itu terlihat kerepotan.
"Bi, aku bawa Bastian ke rumah sakit aja."
"Jangan nyah. Biar bibi aja."
"Tapi Bi--"
"Maaf nyah. Tapi nyonya harus ingat. Lagi hamil loh sekarang. Kalo tuan tau pasti tuan marah."
Lita cemberut. Dia mengelus kepala Bastian. Pada akhirnya ia hanya mengangguk dan mengatakan pada bi Irah kalau Bastian sampai harus di rawat inap, maka ia akan segera menyusul. Lita membawakan beberapa keperluan seperti susu dan uang untuk Bastian. Kalau nanti harus rawat inap, dia akan menyiapkan baju Bastian juga.
"Bi, hati-hati ya. Pokoknya kalo ada apa-apa kabarin saya."
"Siap nyah. Saya permisi dulu, assalamualaikum."
KAMU SEDANG MEMBACA
All My Fault✔
RomanceINI NOVEL FIKSI YA YOROBUUN! JD KALO ADA YG NGGAK MASUK AKAL, EMANG CUMA FIKSI, GAK SESUAI SAMA KENYATAAN APALAGI AKAL MAKHLUK2 PALING RASIONAL SEDUNIA. MAKASII... WARNING!!! Cerita ini banyak memuat kata-kata kasar dan perlakuan tidak baik dalam r...