Sebuah Perhatian

6.3K 369 8
                                    

Bilang-bilang ya kalo ada typo. Makasih 😘

***

Ethan menatap Henri. Apakah ini saat yang tepat untuk menyergap pria itu? Namun kalau dibiarkan terus menerus bisa saja nyawa anak istrinya yang jadi taruhannya. Baru saja hendak membuka pintu mobil, pria itu telah menghilang entah kemana. Ethan memukul stir dengan keras. Mengabaikan ekspresi penuh tanya dari istrinya, Ethan segera membawa Lita berdiri dan merengkuhnya dalam pelukan.

Rasanya benar-benar menakutkan. Ia tidak akan bisa membayangkan bagaimana rasanya jika pria itu melukai istrinya. Lita semakin bingung dengan tingkah Ethan. Ia mengusap punggung suaminya dan melihat wajah Ethan dari bawah.

"Kenapa? Kan harusnya nanti dulu." kata Lita.

"Dia sudah menghilang. Aku ngga bisa membayangkan seandainya dia melukai kamu dan Bastian." jawab Ethan.

Ethan melepaskan pelukannya pada Lita, "kita pulang sekarang. Biar aku yang bawa Bastian." Lita mengangguk. Sebenarnya daripada rasa takutnya, Lita lebih penasaran siapa pria itu. Lagipula kalau pria itu belum ditangkap, maka ia dan Bastian belum aman.

Selama perjalanan pulang, Ethan banyak diam. Dan Lita juga otomatis tidak mengeluarkan suara apapun. Bahkan Bastian seolah mengerti dengan situasi di antara kedua orang tuanya, sehingga Bastian sibuk tidur sedari tadi. Sampai di teras rumah, Lita menahan tangan Ethan, "kamu kenapa? Percaya sama aku, kita bertiga, aku, anak kita, dan Bastian, nggak akan kenapa-kenapa." ucap Lita sambil tersenyum menenangkan.

"Entahlah, kerjaanku akhir-akhir ini banyak banget, ditambah masalah ini..." Ethan menghela napas.

"Nah, kamu fokus aja sama kerjaan." kata Lita.

"Ya mana bisa gitu?"

"Bisa, kamu fokus sama kerjaan. Jadi nggak usah terlalu mikirin aku. Aku nggak apa-apa kok.

Setelah pembicaraan penuh dilema itu, bagi Ethan, kini sudah berjalan 1 bulan lamanya. Kandungan Lita semakin membesar dan untungnya si jabang bayi juga sehat saja meski Ethan sangat khawatir kalau-kalau pikiran Lita terganggu karena si penguntit itu.

Selama 1 bulan ini, Ethan sibuk menangani masalah perusahaan yang tak kunjung ada habisnya. Kebakaran yang terjadi di gudang arsip dokumen perusahaan disinyalir merupakan sebuah kesengajaan. Karena setelah kejadian itu, perusahaannya dilaporkan telah menunggak pajak hingga beberapa ratus juta. Dan setelah ditelurusi memang hasil audit keuangan berbeda. Ada uang yang hilang dan itu baru diketahui setahun setelahnya. Jika tidak melunasi pajak, maka perusahaan keluarga Ethan akan dikenakan sanksi.

Perhatian Ethan dialihkan ke masalah itu untuk waktu yang cukup lama. Ia menugaskan beberapa orang detektif swasta untuk melacak dokumen keuangan yang hangus itu. Mungkin jika jejak fisik dari dokumen tersebut tidak mungkin diselamatkan, maka jejak si tersangka yang dapat ditemukan.

Oleh karenanya Ethan jarang pulang tepat waktu dan lebih sering lembur dikantor. Lita tidak protes, ia juga tidak mendesak Ethan untuk segera pulang. Buat apa? Ia hanya akan menambah beban saja nantinya.

Seperti malam ini, lagi-lagi Lita harus makan sendirian karena Ethan belum juga pulang. Bahkan hingga pukul 9 malam juga belum ada tanda-tanda batang hidung Ethan nampak dalam pandangannya. Lita merebahkan tubuhnya di atas kasur luas yang biasa ia tempati bersama suaminya. Ia menoleh ke samping. Ke arah dimana Ethan seharusnya berada. Ia rindu. Selama sebulan ini ia menahan diri untuk mengatakan kerinduannya. Lita hanya bisa mengusap sisi ranjang kosong yang terasa dingin itu hingga perlahan kantuk mulai mengambil alih.

'cklek'

Perlahan Ethan menyelinap masuk ke dalam kamar. Sudah lewat pukul 1 malam ketika ia melihat ke jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. Ia menghampiri Lita yang telentang di atas ranjang. Jujur saja ia tak tenang setiap kali bekerja di kantor. Ia hanya bisa menyuruh orang kepercayaannya untuk mengawasi Lita dan itu tak cukup menurutnya.

All My Fault✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang