Hukuman

15.9K 687 5
                                    

Flash back.

Suasana jadi semakin hangat saat beberapa orang mulai ikut bernyanyi bersama dengan iringan musik dari gitar akustik. Tak jarang juga Lita ikut bergumam, bernyanyi dengan lirik yang ia ketahui.

Dari gerbang depan, seseorang tampak masuk ke dalam parkiran yang tak begitu luas dengan mengendarai sebuah mobil. Setelah itu, sang pemilik mobil turun. Sembari berjalan menuju villa, orang itu menatap sekilas kumpulan manusia yang tengah mengitari api unggun.

Ethan menghembuskan napas pelan. Ia sebenarnya malas mengikuti acara seperti ini, tapi Henri terus memaksanya sejak beberapa hari yang lalu. Ethan terlalu lelah untuk berkumpul di sekitar api unggun bersama mereka. Lagipula ini sudah pukul 10 malam. Jadi Ethan langsung masuk ke dalam villa.

Sampai di ruang tengah, ada Lina yang asyik menonton tv. Lina menoleh manatap Ethan.

"Kok baru datang?" tanya Lina.

"Macet." itu hanya alasan saja. Lina tahu. Tapi Lina tidak ambil pusing.

"Kamarmu di lantai 2, kamar nomor 5 dari kiri." kata Lina. Meski Ethan tidak bertanya, tapi ia tetap memberi tahu karena sedari tadi Ethan terus menatapnya. Dan benar saja, ketika sudah mengetahuinya, Ethan segera menuju lantai 2.

Lina melirik sebentar, lalu tersenyum penuh arti. Beberapa saat kemudian, Lina mendengar suara orang masuk ke dalam villa. Dan orang itu adalah Lita.

Lita tersenyum singkat ke arah Lina, lalu bergegas ke lantai 2. Gadis itu nampak sangat kedinginan. Hingga beberapa lama, Lita tak kunjung keluar. Lina bersorak dalam hati. Tidak sia-sia dia melakukan semua ini. Seperti Rere, Lina juga suka kalau Ethan menikah dengan Lita. Tapi mendengar penuturan Henri kalau Ethan senang menyakiti Lita membuat Lina merasa sedih. Ia tak menyangka kalau temannya itu akan berbuat demikian.

Flash back end.

"Kok mereka ngga keluar-keluar sih kak?" tanya Lina.

Pasalnya saat ini para peserta reuni tengah sarapan pagi bersama.

"Biarin, Lin. Kan malah bagus kalau mereka bisa saling bicara." kata Rere.

Tapi yang jadi masalah saat ini adalah apa yang Rere harapkan tidak akan pernah terjadi. Lita nampak ketakutan berada di bawah tatapan Ethan yang menusuk. Gadis itu menciut. Bibirnya terbuka hendak berteriak kala Ethan membungkamnya dengan telapak tangannya. Lita tak bisa berteriak.

"Apa di otakmu hanya ada cara bagaimana untuk menggodaku?" Lita menggeleng.

"Sepertinya otakmu harus dibekukan." desis Ethan. Ia meraih dasinya dan mengikat tangan Lita ke belakang lalu mendorong Lita ke kamar mandi.

"Kau mau apa?" ringis Lita. Ia menatap takut saat Ethan mengisi bathtub dengan air dingin.

"Memandikanmu supaya pikiranmu jadi bersih."

"Kau gila? Airnya dingin!"

Plak!

Tangan Ethan dengan ringannya menampar pipi Lita. Rasanya benar-benar perih dan panas.

"Kau mengataiku gila? Sadar! Dua kali kau menjebakku agar aku menidurimu!" lalu dengan kasarnya Ethan memaksa Lita masuk ke dalam bathtub dan membuat Lita terduduk di dalamnya. Air dingin membuat Lita meronta. Ethan bajingan!

"Keluarkan aku!" teriak Lita.

"Mimpi saja!" Ethan keluar dari kamar mandi, menguncinya dari luar dan berjalan dengan santai keluar kamar.

Sampai di ruang makan, Rere dan Lina menatap Ethan dengan tatapan bertanya. Rere lantas berjalan menghampiri Ethan yang tengah meneguk segelas air.

All My Fault✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang