Permintaan Singkat

13.3K 634 11
                                    

Bismillah dulu biar berkah.

***

Tidak terasa, air dalam bathtub sudah mulai dingin. Ethan segera mengangkat tubuh Lita dari sana dan membalutnya dengan handuk. Melihat tubuh polos Lita begini bukan perkara biasa bagi Ethan, pasalnya pria itu tak pernah melihat tubuh polos Lita sebelumnya. Malam itupun Lita tidak naked bukan. Ethan menghela napas, sekarang Lita sedang sakit. Wanita itu bahkan belum sadarkan diri.

Setelahnya, Ethan juga yang memakaikan pakaian pada Lita. Ia mengobrak-abrik koper Lita. Untung saja ada satu baju hangat yang bisa digunakan selain baju-baju kaos lainnya. Dengan cekatan Ethan memakaikan semua pakaian yang harus dipakai. Setelahnya, Ethan malah hanya berdiam diri di pinggir ranjang. Menyaksikan wajah pucat Lita membuat sesuatu dalam hatinya sakit.

Tiba-tiba mama masuk ke dalam kamar, "Ethan, dokter Ryan sudah datang." kata sang mama. Jauh-jauh dia datangkan dokter Ryan supaya Lita tidak ditangani oleh sembarang dokter, pikirnya. Ethan tak berkata apa-apa. Sebenarnya sang mama cukup terkejut karena melihat Ethan bertelanjang dada. Hanya saja mama percaya, apa yang Ethan lakukan adalah untuk menyelamatkan Lita.

Setelah diperiksa, dokter memberikan beberapa obat sesuai resep mengingat di tempat ini jauh dari apotek ataupun rumah sakit.

Ketika dokter Ryan pamit, Ethan kembali masuk ke dalam kamar. Menyaksikan Lita tidur bukanlah kegemarannya sejak awal. Jangankan menunggui Lita tidur, melihat wajahnya saja Ethan malas. Lita hanya akan mengingatkannya pada sebuah peristiwa dimana peristiwa itu membuatnya gagal menikahi Serly. Namun sejak Henri mengatakan bahwa Lita bukan penyebab kegagalan pernikahan itu, hati Ethan jadi bimbang. Ia masih menyalahkan Lita. Akan tetapi lama kelamaan ia merasa konyol dengan pemikirannya. Jangankan untuk menyalahkan Lita, setiap tindak tanduknya saja secara alamiah selalu ingin dekat dengan Lita.

"Ta, kamu pasti benci denganku kan? Jika kamu ingin berpisah, aku ngga akan larang. Tapi aku juga ingin selalu dekat dengan anakku." Entah pemikiran darimana, namun mendengar Lita kala itu mengatakan soal permisahan pada bi Irah membuat Ethan sadar diri. Mana ada wanita yang sudah disiksa sedemikian rupa masih tetap bersedia mempertahankan rumah tangganya yang hancur? Bahkan Lita sudah ingin cerai sejak dulu.

"Kamu berhak bahagia, dan mungkin bukan denganku kamu bahagia." Ethan mengelus kening Lita. Wanita itu nampaknya demam saat ini.

Pria itu kemudian membaringkan tubuhnya dan memeluk Lita dengan erat. Lita harus tetap hangat, ingat.

***

Tengah malamnya Lita bangun. Ia menatap sosok Ethan yang tertidur pulas di sampingnya. Wajah damai Ethan membuat wanita itu tidak tega membangunkannya. Akhirnya Lita berusaha sendiri bangun dari ranjang karena ia kebelet pipis.

Lita menahan rasa pusing di kepalanya sekuat tenaga hingga beberapa kali ia hampir terjatuh. Bunyi kasak kusuk yang Lita timbulkan membuat Ethan membuka mata. Ia langsung melompat bangun dari ranjang saat melihat Lita hampir terjatuh.

"Kenapa ngga bangunin aku?" tanya Ethan.

Lita tersenyum tipis, ia menggeleng, "kamu lagi tidur masa dibangunin." Lita kemudian kembali berjalan ke arah kamar mandi dituntun oleh Ethan.

Tidak hanya buang air kecil, ternyata Lita juga muntah-muntah hingga membuat Ethan nekad masuk ke dalam kamar mandi. Lita yang hendak protes segera mengurungkan niatnya karena ia merasa mual kembali.

Rasanya tubuhnya benar-benar lemah saat ini. Ia menatap Ethan dengan mata sayunya, membuat Ethan sangat tidak tega melihatnya.

"Ethan, pengen minum teh hangat.." bisik Lita. Ethan membawa Lita kembali ke kamar dan membaringkan wanita itu. Ia segera ke dapur dan membuat teh hangat untuk Lita. Daripada membangunkan orang lain, Ethan memilih membuatnya semdiri karena malam sudah sangat larut.

All My Fault✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang