All My Dream

19.7K 511 70
                                    

Halo semuanya, nggak nyangka banget ini chapter terakhir huhu... Gimana kesan kalian, ada yang udah kesel dari awal, ada yang bilang ceritanya ngebosenin. Ya gimana ya, aku belum jadi novelis yang pro sih.
Jadi maaf kalo banyak yang kurang suka.

Dan selamat membaca 😊

***

Hingga esok hari, Lita terus memikirkan perkataan Ethan. Bagian dimana pria itu berkata bahwa selamanya mereka akan menjadi sepasang suami istri dan bagian ketika pria itu mengatakan secara tidak langsung bahwa Lita adalah sumber kebahagiaannya. Setelah keraguan yang membelenggu hatinya selama lebih dari sebulan ini, akhirnya Lita kembali memikirkan kemungkinan mereka akan kembali bersama. Tapi jika mengingat kembali anaknya yang telah tiada, Lita merasa bahwa inilah yang terbaik. Ia dan Ethan berpisah.

"Ta, kamu kenapa?" tanya Arumi khawatir ketika melihat Lita melamun lama.

"Hm, nggak kenapa-kenapa kok, ma." kata Lita gugup.

"Kamu kemarin sudah ngobrol sama suami kamu?" Lita mengangguk.

"Lalu?"

"Aku tetep pengen kita cerai."

Arumi menghela napas. Anaknya memang benar-benar keras kepala. Pernikahan bukan sebuah permainan. Bukan saatnya lagi melihat cocok ataupun tidak cocok, bukan saatnya lagi memastikan keinginan hati.

"Ta, mama dan papa adalah salah satu contoh pasangan yang hanya bisa dipisahkan oleh maut, oleh Tuhan. Kamu nggak pengen seperti itu? Mama tau kamu masih mencintai Ethan. Jangan bohongi diri kamu sendiri. Kalo kamu yakin dengan berpisah kalian akan bahagia, kenapa Ethan mati-matian mempertahankan kamu?" Arumi mengusap lengan anaknya. Sebagai seorang ibu, ia tidak ingin anaknya salah dalam mengambil keputusan dan menyesal seumur hidup.

"Ma--"

"Mama yakin kamu masih cinta kan sama suami kamu? Itu artinya kamu nggak akan bahagia jika kalian sudah pisah. Lalu kamu mau mencari kebahagiaan dimana?" Entahlah, Lita juga bingung. Ia selama ini memikirkan kemungkinan mereka akan bahagia jika tidak mengenal satu sama lain lagi. Karena menurutnya, dengan mereka bersama seperti yang sudah terjadi, mereka hanya akan menyakiti satu sama lain.

"Coba kamu minta tolong sama Allah. Berdoa. Dan ketika kamu menutup mata, bayangan Ethan masih ada di dalam penglihatanmu, maka pikirkan sekali lagi... Apakah kamu yakin untuk berpisah darinya?" Arumi kemudian mencium kening putrinya, lalu keluar dari kamar Lita.

***

"Pusing, pusing." keluh Ethan saat masuk ke ruangannya bersama Henri.

"Kenapa lagi?" tanya sahabatnya itu.

"Istrikulah, siapa lagi? Keras kepala banget. Aku udah bujuk, udah paksa, masih kekeuh pengen cerai." kata Ethan frustasi.

Ethan menyuruh OB untuk mengantarkan minuman ke ruangannya. Tenggorokannya sakit gara-gara ia marah-marah terus di rapat tadi. Semua yang karyawannya lakukan selalu salah di mata Ethan.

Pria itu menghempaskan tubuhnya di kursi kerjanya yang empuk. Pikirannya lelah sekali, untunglah tubuhnya tidak selelah saat perusahaan mereka mengalami masalah seperti tempo hari. Jika masalah itu belum selesai, mungkin ia akan mati lama kelamaan.

"Aku juga nggak bisa kasih masukan apa-apa, Lita terlalu teguh pendiriannya."

"Ya kalo pendiriannya bagus sih nggak masalah, tapi kalo kayak gini kan pusing juga kepalaku ngerasainnya."

Henri mengangkat kedua bahunya. Tak tahu harus komentar apa.

"Than, kak Rere mau tujuh bulanan ya malam ini?" tanya Henri tiba-tiba. Ethan mengangguk.

All My Fault✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang