Dinginnya Hati

14.3K 708 5
                                    

Henri mengetuk pintu ruang kerja Ethan. Ada yang mengganggunya akhir-akhir ini, namun ia bingung harus mengatakannya bagaimana. Henri masuk ke dalam setelah Ethan mempersilakannya. Pria itu duduk di depan meja teman baiknya yang sudah ia kenal sejak bangku SMA. Ethan menatap Henri yang gelagatnya nampak aneh.

"Kenapa sih? Garuk-garuk kepala mulu?" tanya Ethan jengah melihat tingkah Henri.

"Eh, tidak apa-apa. Memangnya garuk kepala dilarang ya?" elak Henri.

"Kalau cuma mau aneh-aneh lebih baik kau keluar dan selesaikan pekerjaanmu." kata Ethan.

"Ya ampun, Than. Udah lama kita temenan dan kau masih memperlakukanku bagai orang asing." Henri selalu saja mendramatisir, padahal ya Ethan memperlakukan Henri sama saja dengan teman-temannya yang lain. Hanya saja, karena Henri adalah temannya sejak SMA, jadi Ethan lebih semena-mena pada Henri.

"Than, seandainya..." Henri menjeda kalimatnya, menatap Ethan serius, lalu kembali berkata, "Seandainya Lita tidak melakukan apa yang dia lakukan itu dengan sengaja, bagaimana kau akan memperlakukannya nanti?" tanya Henri.

Ethan mendengus. Lagi-lagi Henri hanya ingin membahas masalah Lita. Apa pria itu serius naksir Lita? Kalau iya, Ethan akan menyarankan Henri untuk cari wanita lain yang lebih baik dari Lita. Lita hanyalah seorang gadis murahan di mata Ethan. Bahkan di rumah saja, yang notabennya adalah rumah Ethan, suaminya, Lita berani mesra-mesraan dengan Rama.

"Kau suka padanya ya? Lebih baik cari wanita lain. Dia itu bukan wanita yang baik," kata Ethan dengan nada bosan. Lebih baik Henri tahu sekarang daripada nanti-nanti.

"Hoho, santai. Kau tidak perlu menyuruhku untuk menjauhi istrimu. Hey... aku hanya tanya, jika dia tidak sengaja melakukan itu, apa kau akan memerlakukannya dengan baik?" tanya Henri sekali lagi.

"Aku bukan orang jahat, tentu saja aku akan memerlakukan orang baik dengan baik pula." Hanya saja jika Ethan benar-benar bukan orang jahat, maka tak baik pula memerlakukan orang jahat dengan sama jahatnya.

Henri terdiam. Ia hanya berharap semua ini hanya sebatas kekeliruan. Jika ia melihat Lita waktu itu, istri sahabatnya itu terlihat seperti gadis polos. Henri menggeleng pelan, "dan kutebak kau masih berhubungan dengan Serly." Ethan tak perlu menjawabnya karena ia tahu Henri mengetahuinya dengan jelas.

"Bukannya apa-apa, tapi apa kau tidak kasihan dengan Serly. Orang-orang akan mengecapnya sebagai wanita simpanan jika kau tetap bersamanya. Setidaknya biarkan Serly mencari kebahagiaannya sendiri." Ethan menghela napas.

"Aku tidak bisa melakukannya, Hen. Aku mencintai Serly dan begitupun sebaliknya. Tapi aku tidak bisa menceraikan Lita." Omongan Ethan sarat akan rasa putus asa. Bagaimana tidak, ia mencintai seorang wanita dan tidak bisa bersamanya. Naasnya ia malah menikahi wanita lain. Dalam hati Ethan bertanya-tanya, dosanya pasti sungguh besar sehingga ia tak bisa meraih kebahagiaan.

"Tuhan selalu punya rencana. Kau hanya tidak mengetahuinya saja." kata Henri. Pria itu bangkit dari kursinya dan berbalik pergi.

Ethan menggeleng pelan, lalu kembali memusatkan perhatiannya pada lembaran kertas yang ada di hadapannya. Apa yang dikatakan Henri benar-benar tidak masuk akal bagi Ethan.

Ethan mengeluarkan ponselnya. Ia membuka galerinya dan menacari file dimana ia dapat melihat potret lelaki dan perempuan yang tengah tersenyum dan tertawa dengan mesra. Setidaknya itulah yang Ethan lihat. Ia menggeram, tidak ada alasan untuk Ethan berlaku baik pada wanita seperti Lita. Apa ia terlalu lunak pada wanita itu sehingga Lita sanggup bermesraan dengan lelaki lain di rumahnya?

Ketika hati Ethan diliputi amarah akan Lita, gadis muda yang telah menyandang status sebagai seorang istri itu kini sedang terbaring lemah di dalam kamarnya. Suhu badannya yang tinggi membuat Lita menggigil sedari tadi. Padahal dia sudah makan bubur dan minum obat. Tapi kondisinya tak membaik. Malah kini justru ia buang-buang air hingga membuatnya makin lemas.

All My Fault✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang