Lita dan Ethan duduk di pinggir jalan. Mereka menatap lampu kota yang bersinar di bawah sana. Ethan sejak tadi sudah menyampirkan jasnya di pundak Lita. Udara memang bertambah dingin, namun Lita enggan melepas suasana nyaman dan romantis ini begitu saja. Setelah sekian lama gundah dan gulana menggelayuti hatinya, kini Lita bisa bernapas lebih lega dan menatap masa depan.
Lita lantas menoleh, menatap profil Ethan dari samping yang masih saja terlihat indah. Hidung mancung, garis rahang yang sempurna, bibir tipis, tulang pipi yang tinggi, bulu mata yang lentik, dan kulit halus yang membuat Lita iri sebagai wanita. Ia tidak terlahir seberuntung Ethan. Lita tersenyum, lalu kembali menatap ke depan. Kerlip lampu kota di bawah sana seakan terus memaku mereka agar tetap duduk di sana dan merenungi ciptaan Tuhan.
Ethan menghembuskan napas, sudah lama ia tidak merasa sedamai ini. Ia menggenggam tangan Lita dan membawa tangan wanita itu di dadanya. Merasakan detak jantung Ethan yang tenang dan teratur.
"Makin ke sini aku makin ngerasa beruntung," ucap Lita, "aku dulu ngerasa bingung, kenapa aku yang ngga tahu apa-apa ini harus mengalami hal sedemikian rupa. Aku sadar, aku banyak dosa. Aku belum bisa jadi manusia yang lebih baik, tapi ngga gini juga. Semakin lama, aku ngerasa diri aku ini tambah buruk aja. Udah dikasih anugrah, tapi malah ngga bersyukur. Baru diuji dikit, langsung ngeluh seolah-olah aku manusia paling menderita di dunia, sok-sok an ngga mau maafin kamu dan sebagainya. Aku lucu kan, Than. Allah pasti kecewa sama aku, papa juga."
Ethan tidak membalas untuk beberapa saat, Ethan juga tidak tersenyum. Dia juga merasakan hal yang sama. Dia juga merasa buruk dan malu. Tapi kalau tidak seperti ini, kapan ia akan sadar?
"Aku sama kamu, kita sama-sama punya banyak salah, Ta. Aku ngga bisa bilang ini bukan salah kamu atau bukan salah aku. Kenyataannya kita punya banyak salah untuk diperbaiki." kata Ethan. Ia meraih kepala Lita dan meminta wanita itu untuk menyender ke dadanya.
Malam itu, keadaan tenang. Sejenak Lita dan Ethan bisa bernapas lebih leluasa. Namun siapa yang tahu, kehidupan terus berjalan dan hanya Tuhan yang mengetahui segala hal yang akan terjadi.
***
"Hari ini jadwalnya kerja bakti!!!" seru Lita penuh semangat.
Ia memakai kaos polos berwarna hitam dan celana longgar untuk ibu hamil warna putih. Sudah serupa dengan tai cicak. Ethan yang baru selesai sarapan langsung melotot mendengar seruan istrinya. Kerja bakti apa sih?
"Bi Irah nyapu sama ngelap perabotan, Ethan ngepel, pak Yanto nguras kolam, aku bagian kebun sama nyuci baju. Hehe, mantap." Lita membagi tugas untuk semua orang. Karena Ethan tidak masuk kerja, jadinya otomatis pak Yanto juga. Bi Irah tersenyum, senang melihat nyonya mudanya yang semangat seperti ini.
"Ih, apaan masa aku ngepel?!" protes Ethan.
"Mau ngapain? Masa aku yang ngepel?!" balas Lita.
"Ya ga gitu, kan ini rumah luas banget!" rumah dua lantai yang besar itu?! Ethan tidak bisa membayangkan bagaimana rasanya membersihkan rumah sebesar ini. Bisa pingsan dia nanti. Tapi wajah Lita menampakkan raut tenang dan tidak terusik oleh rengekan dan ekspresi mengiba dari Ethan.
"Ethan, kamu ngga tahu kan betapa capeknya bi Irah bersihin rumah, masak sama ngurus Bastian? Sekarang kamu juga harus ngerasain. Sekali doang. Besok ngga." kata Lita.
"Besok aku ke kantor," balas Ethan.
"Nah itu tahu. Udah jangan banyak ngomong. Pak, langsung aja ya kolam renang sama kolam ikannya juga." kata Lita.
"Siap nyah," ucap pak Yanto.
Sementara Ethan tengah mengambil pel dan ember, Lita sibuk naik turun tangga mengambil pakaian kotor. Memang hanya pakaiannya sendiri dan punya Ethan, tapi dia berinisiatif melepas tirai jendela juga. Lita meletakkan pakaian kotor di dekat mesin cuci, ia lalu mengambil kursi plastik dan membawanya ke depan. Ternyata setelah di pasang di depan jendela, kursinya masih kurang tinggi. Lita menghela napas kasar lalu turun dari kursi. Ia hendak mengambil tangga.
KAMU SEDANG MEMBACA
All My Fault✔
RomansaINI NOVEL FIKSI YA YOROBUUN! JD KALO ADA YG NGGAK MASUK AKAL, EMANG CUMA FIKSI, GAK SESUAI SAMA KENYATAAN APALAGI AKAL MAKHLUK2 PALING RASIONAL SEDUNIA. MAKASII... WARNING!!! Cerita ini banyak memuat kata-kata kasar dan perlakuan tidak baik dalam r...