Pria Asing

15.6K 690 9
                                    

Readers gw,

Mau minta tolong, ntar kalo nemu ada yang typo atau namanya ketuker2 tulung bingit dikomen dan dibenerin 😩😩😩

Makasih banget ya 💓💓💓

***

Selesai dengan kerandomannya, hari ini hanya diisi dengan kegiatan biasa dan tak ada sesuatupun yang menarik. Lita hanya menyiram tanaman di belakang. Karena semenjak bi Tini dan anaknya sudah tidak lagi bekerja di rumah Ethan, pria itu tidak mempekerjakan siapapun untuk merawat tanaman. Jadi di rumah besar itu hanya ada seorang pembantu, supir, dan satpam.

Lita bosan sekali, dia ingin jalan-jalan di mall sekalian beli keperluan untuk piknik nanti. Tapi ya bagaimana bisa ke mall, Lita tidak bisa naik mobil sendiri sedangkan pak supir sudah pasti mengantar Ethan ke kantor.

"Bi," panggil Lita saat bi Irah berjalan dari dapur.

"Kenapa nyah?" tanya bi Irah.

"Kalo Lita ke mall, bagusnya naik apa ya?" tanya Lita.

"Jangan nyah, nanti nyonya kenapa-kenapa di jalan. Biar bibi aja yang beli kalo perlu apa-apa." kata bi Irah.

Yah memang betul sih, kondisi Lita belum terlalu bugar untuk pergi kemana-mana. Dia masih sering pusing. Terkena udara dingin saja di kulitnya langsung muncul ruam-ruam merah. Mualnya juga masih lumayan parah. Pagi-pagi masih sering bolak-balik ke kamar mandi. Bahkan Ethan jadi gemas sendiri karena Lita sulit disuruh makan. Makanya wajah Lita sekarang terlihat pucat dan lesu.

"Bi, tapi aku pengen keluar rumah." Lita memelas. Dia tidak sadar apa kalau wajahnya yang pucat itu menjadi alasan bi Irah untuk menahan Lita.

"Jangan sekarang ya nyah... Nanti saja kalau tuan sudah datang." Bi Irah berusaha mengalihkan perhatian Lita dengan mengajaknya melakukan berbagai hal seperti menanam bunga dan membuat kue.

Dari pagi sampai siang memang Lita merasa senang, tapi lama-kelamaan Lita merasa bosan. Ia kembali merengek pada bi Irah. Bi Irah yang bingung harus melakukan apa langsung mendesah lega kala ada suara mobil masuk ke pekarangan rumah.

"Nah, nyah... Itu tuan pasti sudah datang." Bi Irah buru-buru berjalan ke pintu depan meninggalkan Lita yang cemberut.

"Bi!!!" Lita ikut ke depan, sedikit berlari hingga membuat mata Ethan melebar. Hah, nanti kalau anaknya lahir mendadak bagaimana?!

"Bi, ayo temani..." rengek Lita.

"Kemana?" bukannya bi Irah yang menjawab, malah Ethan. Lita mencebik, tak segera menjawab pertanyaan Ethan.

"Kepo." balasan Lita membuat Ethan menghela napas.

"Nyonya ingin ke mall, tuan." Bagai juru bicara, bi Irah langsung menyampaikan keinginan dan maksud Lita pada Ethan.

"Tidak boleh." Jawaban Ethan tak bisa diterima Lita. Wanita itu berkata, "memangnya kenapa? Biasanya kamu tidak melarangku ini itu, bahkan kalau aku nggak pulang kamu nggak nyari." Meski perkataan Lita terdengar menusuk, Ethan tetap membenarkannya. Ya memang dirinya selama ini seperti itu, tapi kali ini berbeda. Lita tengah hamil anaknya dan kenyataan bahwa Lita tidaklah bersalah membuat Ethan tambah pusing.

"Untuk kali ini, pikirkan bayi yang ada di perutmu," kata Ethan.

"Tapi aku ingin. Bagaimana kalau aku malah tidak bisa tidur karena terlalu ingin ke mall?" kata Lita sambil menatap Ethan memelas.

"Memangnya ada apa sih di mall? Perasaan cuma itu-itu aja. Nggak ada yang istimewa." Kali ini Ethan mengganti raut wajah datarnya dengan sedikit ekspresi bingung.

All My Fault✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang