1

65.6K 1.6K 14
                                    

"Jatuh cinta itu sulit, harus berani berjumpa dengan Resiko, Besar ataupun kecil, Pasti Resiko itu datang."
-Senja Aqila
.
.

Elangga Aniko, siswa yang sering disebut sebut sebagai anak yang nakal dan sering membuat kekacauan di sekolah.

Siang ini, Elang sedang berkumpul di lapangan basket. Pertandingan melawan kelas 12 Ips-3. Skor untuk mencapai target juga kurang.

"Lang! Fokus lang!" Ucap Wira,Sahabat akrabnya.

Iya, ntah mengapa Fokusnya sedang hilang saat ini. Mustahil jika Elang kalah dalam pertandingan basket, secara Elang selalu memenangkan pertandingan seperti ini.

Shoot!

Tim Elang kalah, Elang berdecak sebal dan berjalan ke Arah senja. Senja tersenyum walau tau akhirnya Elang akan marah kepadanya.

Elang mencekram pergelangan tangan kiri Senja dengan kuat "semua gara gara lo!" Ucap Elang.

Lagi lagi, Senja di permalukan di seluruh Siswa dan Siswi. Senja tak berani menjawab, ia hanya bisa merasakan sakit, tatapan Elang benar benar membuat semua orang takut.

"Apa? Sakit?" Elang semakin menguatkan cengkramannya.

"Lang! Tangan anak orang merah tuh!" Celetuk Wira sahabatnya

"Iya lang,kasian" Ujar Faiz,Sahabat akrabnya juga.

"Biarin. Biar dia rasain susahnya Cari juara berturut turut tapi digagalin sama ni bocah!" Kata Elang ketus.

"Kamu kenapa nyalahin aku sih?" Senja kini berani berucap.

Apa salahnya melihat pacar yang sedang bermain Basket? Hanya melihat,bahkan ingin teriak aja Senja takut.

"Lo masih nanya?! Ini Salah lo Senja, salah Lo!"

"Lang, sakit lang!" Senja semakin tidak kuat dengan genggaman ini.

"Udahlah Lang, kalau udah kalah tuh kalah aja." Junna terkekeh geli.

Elang menatapnya sengit, lalu menghajar keras rahang Junna "jangan sok lo, menang sekali aja udah bangga"

Junna, adalah musuh bebuyutan Elang dari SMP. Elang selalu berkelahi dengannya, bahkan mereka berdua lah yang sangat dikenal guru Bk maupun Guru yang ngajar.

Elang menarik tangan senja pergi dari kerumunan Siswa siswi menuju kantin. Wira dan Faiz hanya mengikuti langkah dari pemimpin di depannya ini.

Setelah sampai di Kantin, Senja masih memegang megang tangan Kirinya. Ini sangat sangat sakit.

"Sana, pesenin gue Bakso" perintah tegas itu mampu membuat Senja mengangguk lalu pergi.

Elang menyelusuri tempat duduk kosong yang tersedia di pojok, karna pojok tempat ternyaman untuk Elang.

"Lang, lo apaansih marah marah mulu udah kaya banteng lepas aja," cibir Faiz

"Iya nih lang, lo marah marah sama Senja, apa juga salah dia?" Komentar Wira membuat Elang menatap kedua temannya yang ada di hadapannya. "Gue juga liat dia baru dateng pas menit Akhir pertandingan. Ngapain lo malah nyalahin dia?"

ElangSenja (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang