2

10.7K 1K 4
                                    







Jisoo dengan cepat keluar dari mobil setelah sampai di sekolah. Titan segera menyusulnya dan berjalan bersama. Sementara Irene berjalan dengan santai di belakang mereka berdua.

Jisoo sengaja mempercepat langkahnya karena tidak ingin Titan terus mengikutinya sampai ke kelas. Titan yang notabenenya anak IPS, hampir selalu mampir ke IPA 2-kelas Jisoo-yang terletak agak jauh dari kelasnya.

Jaraknya dengan Titan mulai jauh. Sambil berjalan cepat, sesekali Jisoo menengok ke belakang. Menjaga jika Titan tiba-tiba berlari ke arahnya. Bukannya tidak mau, tapi Jisoo selalu merasa risi.

Tak sadar, Jisoo menabrak seseorang. Dia terjatuh sambil meringis sakit di kakinya. Sebuah tangan terulur membuatnya menengok, "Kalau jalan li-"

"Lo nggak apa-apa?" tanya cowok itu. Jisoo agak tersentak melihat wajah cowok itu. Jisoo terpesona. Bagaimana tidak, cowok yang berada di depannya itu mempunyai wajah tampan dan kulit putih serta berbadan lumayan tinggi.

"Hah? Eh, nggak apa-apa kok." Jisoo tersadar kemudian meraih tangan cowok itu untuk membantunya berdiri.

"Maafin gua ya. Kalau lo gakpapa, gua duluan ya." Cowok itu berlalu pergi saat Jisoo belum sempat mengetahui namanya melalui name tag yang ada di seragamnya.




Sementara Irene masih berjalan santai di koridor menuju kelasnya, IPA 1. Dia tidak sekelas dengan Jisoo, bahkan mereka tidak pernah satu kelas sejak duduk di sekolah dasar.

Irene berhenti mendadak saat hampir ditabrak oleh seorang cowok yang sedang berjalan sambil membolak-balik tumpukan kertas. Cowok itu juga menyadarinya dan refleks berhenti juga.

Keduanya berhadapan. Cowok itu merasa aneh. Dia mengangkat alisnya keheranan. "Bukannya ini cewek tadi? Kok bisa disini?" Batinnya.

Irene menatap aneh cowok itu. Dia merasa risi karena ditatap cowok itu. "Lo kenapa?" tanya Irene dengan ekspresi datar.

"Bukannya lo tadi-"

"Gua gak pernah ketemu sama lo. Mungkin yang lo temuin tuh kembaran gua. Permisi." jelas Irene seakan membaca pikiran cowok itu. Sementara cowok otu baru dapat mencerna perkataan Irene baru saja. Ia tersenyum sambil menatap punggung Irene yang mulai menjauh.

"Gua baru tau lo punya kembaran."

---




"Jadi gimana?" tanya Jennie dengan antusias saat Jisoo baru saja duduk. Sejak semalam cewek itu berusaha keras untuk membujuk Jisoo gabung bersama tim dance mereka untuk tampil di acara sekolah.

Jisoo ingin menolak karena ia takut kemampuannya tidak sebaik dulu lagi. Jisoo pernah ikut ekskul dance tetapi setahun kemudian ia keluar karena Papanya tidak ingin Jisoo setiap hari pulang larut untuk latihan dance.

"Gimana ya, gua belum ijin ke Papa, Jen." Jawab Jisoo. Jennie menghela napas, menunjukkan ekspresi kecewanya.

"Kita butuh lo, Jis. Lo tahu kan lo satu-satunya anak kelas sebelas yang bisa bantuin kita. Tim kelas sebelas lagi kekurangan orang, please." Ucap Jennie memohon sambil menarik-narik lengan Jisoo.

"Gua minta ijin dulu, kalau papa bilang iya gua pasti bantuin kalian kok."kata Jisoo. Jennie refleks memeluknya karena terlalu senang. "Makasih banyak, jicuu."

"Iya, udah lepas." Ucap Jisoo sambil mendorong pelan tubuh Jennie. Jisoo kemudian mengambil ponselnya.

"Gua harus chat Irene dulu nih, biasanya Papa lebih percaya sama dia." Ucap Jisoo. Jennie hanya mengangguk sambil memperhatikan.

Jisoo : rene

Irene : apa

Jisoo : urgent

Irene : iya apa

Jisoo : bilangin papa dong gua mau tmpil di acara sklh

Irene : dance?

Jisoo : iyaa lo tanyain ya biasanya papa percaya aja sama lo

Irene : lo aja sendiri

Jisoo : ayo dong kembaranku yang cantik

Irene : jijik

Irene : gua udah cantik kali

Jisoo : iya lo cantik

Jisoo : bilangin papa ya? Ok? Ok. Makasih

Irene : gua belum bilang iya

Jisoo : lo harusnya bilang 'iya, sama sama'

Irene : kalau papa nggak ijinin gimana?

Jisoo : ya buat sampe diijinin lah

Irene : lah maksa

Jisoo : bodo

Jisoo : ayo dong kakak adikmu sedang butuh bantuanmu

Irene : bodo amat jis

Irene : pokoknya gua cuma bilang ke papa seadanya

Irene : kalau gak dikasih jangan salahin gua pokoknya

Jisoo : siap laksanakan

Dealing With The TwinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang