"Terus lo bilang apa nyet?" tanya Yuta sambil menyedot es teh miliknya. Yuta, Johnny dan Titan sedang berkumpul bersama di kantin setelah Titan bilang bahwa ada hal darurat.
"Gua bilang nggak lah. Gila kali kalau gua bilang iya bisa mati disitu gua." jawab Titan melebih-lebihkan.
"Lo gimana sih? Katanya suka tapi ngaku aja cupu. Bukan temen gua." kata Johnny.
"Seharusnya lo ngaku aja, Tan. Kalau gini nanti Jisoo balikan sama si Nathan gimana? Lo mau emang?" Titan terdiam membeku. Ia merutuki dirinya sendiri. Benar kata Yuta, bisa-bisa Jisoo memilih Nathan dibandingnya.
"Yut, jangan sok-sok nasihatin Titan deh. Itu Jennie tuh, katanya suka tapi gak pernah gerak." kata Johnny menyindir Yuta.
"Ya kan masih punya pacar. Gak enak lah kalau gua tikung. Si Kaisar tuh agak kejam, gak deh. Lagian gua kenal sama dia." ujar Yuta.
"Terus lo mau nunggu?"
"Ini kok jadi ngomongin gua? Back to the topic dulu. Lo sekarang mau gimana, Tan?" Johnny mencibir pelan. Ia tahu Yuta sedang mengalihkan pembicaraan mereka.
"Gua gak tau. Bego banget sih." kata Titan sambil merutuki dirinya sendiri.
"Nyesel kan, cih. Dasar bego." cibir Johnny.
"Gini aja, mulai sekarang lo coba gas aja deh. Terang-terangan aja mulai sekarang, Tan. Cewek tuh biarpun peka, suka pura-pura gak peka. Jadi lo harus jelas." jelas Yuta. Johnny juga mengangguk setuju kali ini.
"Gua pernah ngasih kode tapi dianya kayak gak ngerti." kata Titan.
"Mungkin kurang keras kodenya. Lain kali langsung to the point aja. Lo emang gak bosen udah mau dua tahun suka tapi cuma sebatas temen berantem mulu?" ujar Johnny.
Ya begitulah Titan. Udah suka dari lama tapi kurang pergerakkan.
"Ya gitu, John. Gua hampir nyerah."
"Belum juga berjuang banyak udah nyerah." kata Yuta.
"Contoh tuh Yuta, si Kaisar sama Jennie udah mau enam bulan tapi dianya masih setia nunggu." sindir Johnny sekaligus bercanda. Yuta menatapnya tajam kemudian menendang kaki Johnny dari bawa meja membuat cowok itu meringis.
"Pertama, lo harus ngajak dia ngedate."
"Gua tuh udah berapa kali ngajak jalan tapi dianya nolak mulu." ujar Titan.
"It's a date. Bilangnya ngedate bukan jalan. Sama aja sih tapi kesannya lebih spesial gitu." kata Johnny.
"Bilangnya langsung?" tanya Titan.
"Kalo lo laki yang bilang langsung dong." ucap Yuta.
"Oh iya, satu lagi, Tan. Jangan kebiasaan becanda atau berantem mulu sama dia. Sesekali lo ngalah. Treat her like a lady, okay?" jelas Johnny. Memang sih selama ini Jisoo dan Titan sama-sama susah mengalah.
Setiap adu mulut pasti yang bisa misahin mereka itu kalau bukan Irene ya Yuta dan Johnny.
"Tuh dia orangnya." tunjuk Yuta. Jisoo bersama Jennie, Lisa dan Rose baru saja memasuki kantin bersama. Titan mengedarkan pandangannya dan agak melebarkan matanya saat berpandangan dengan Jisoo dijauh sana.
Beberapa detik mengadu tatapan dengan Jisoo, Titan langsung mengalihkan pandangannya seakan menghindari mata cewek itu. Jisoo sendiri mengangkat alisnya kebingungan. Biasanya Titan setidaknya mengejeknya atau menggodanya kali ini cowok itu seperti menghindar.
"Nah kan, lo berdua tuh ya. Sana gih samperin." ucap Johnny yang sedari memperhatikan interaksi keduanya. Johnny agak mendorong Titan untuk berdiri dari tempatnya.
"Gak ah, entar aja." elak Titan kemudian menepis tangan Johnny.
"Laki bukan?"
"Gua laki tapi," Johnny dan Yuta memandang Titan sambil mengangkat kedua alis mereka.
"Malu anjir itu ada temen-temennya."
BONUS SI GEMESIN JICHU
KAMU SEDANG MEMBACA
Dealing With The Twins
FanfictionJisoo dan Irene adalah kembar identik. Mereka mempunyai wajah cantik yang hampir tidak bisa dibedakan. Sikap mereka pun hampir tidak bisa dibedakan. Sama-sama jutek. "Gua bukan Irene!" - Jisoo Kirana Putri "Gua bukan Jisoo!" - Irene Karlina Putri