29

3.8K 547 28
                                    













Jisoo agak panik sendiri. Pasalnya kembarannya, Irene, menghilang begitu saja. Sudah sekitar
setengah jam pergi, Irene belum juga balik. Jisoo sempat mengecek di kelasnya namun yang ada hanya tas gadis itu.

Jisoo : lo dimana sih?

Jisoo : oi

Jisoo : td katanya bntr aja

Jisoo menarik napas kasar. Pesannya terkirim tapi belum juga dibaca.

Jisoo : sel lagi sma irene?

Sella : ga jis, gua udh balik nih

Oh ya, Juna mungkin.

Jisoo mencari kontak Juna di ponselnya tapi tak kunjung dapat. Ia baru ingat, ia tak pernah mengontak Juna sekalipun. Ah iya, Titan.

Dengan segera Jisoo mencari kontak Titan dan menekan tombol hijau di ponselnya.

"Heh, lihat Irene gak?" tanya Jisoo tanpa salam.

Titan diujung sana agak terkejut, "salam dulu, neng. Ga sopan atuh." katanya.

"Apa sih. Gua serius." geram Jisoo.

"Iya iya. Gua gak liat Irene dari tadi." ucap Titan.

"Ya udah, tanyain Juna gih."

"Tanya apa?"

"Irene lah." kata Jisoo.

"Iya iya, tuan putri." ucap Titan di seberang sana. Jisoo lalu mematikan panggilan tersebut begitu saja. Ya kan lagi panik ya. Maaf ya Titan.










Setelah mengganti pakaiannya, Juna keluar dari ruang ganti tim basket. Rambutnya masih agak berantakan dan ia juga sudah tidak mengenakan kemeja sekolah melainkan menggantinya dengan kaos hitam polos.

Juna sontak terkejut saat tangannya ditarik seseorang dari balik pintu. Mulutnya dibekap seseorang dari belakang. Juna agak merinding sambil memberontak untuk menghindar.

"Diem dulu." kata seseorang itu. Juna terdiam begitu saja merasa tidak asing dengan suara tersebut.

Perlahan tangan itu turun dari mulut Juna. Pemuda itu berbalik badan dan melongo begitu saja saat melihat Irene berdiri di situ.

"Lo ngapain sih?" tanya Juna.

"Bawa jaket gak?" tanya Irene balik. Juna mengernyit terheran.

"Bawa nggak?" tanya Irene melihat Juna tidak menjawab melainkan hanya menatapnya bingung.

"Bawa, tapi di ruang ganti, gua tinggalin."  jawab Juna.

"Ambil gih." perintah Irene.

Juna mengernyit, "mau ngapain emang? Lo sakit? Muka lo gak pucet kok." katanya.

"Udah ambil aja." kata Irene dengan wajah cueknya. Minta tolong tetep aja cuek ya.

"Mau ngapain dulu?" kata Juna memaksa.

Irene mendecak sebal kemudian menatap Juna tajam, "ya udah kalo gak mau." kata Irene.

"Lah, gua nanya loh." ucap Juna.

"Ga usah nanya, ambil aja sana." kata Irene tak mau kalah dengan nada juteknya seperti biasa.

"Lo kenapa dulu? Sakit? Ngaku aja kali, orang galak juga bisa sakit." cerocos Juna.

Irene memilih diam tak menjawab. Merasa ragu untuk mengaku. Juna menatapnya dalam sementara gadis itu berusaha keras menghindari pemuda itu.

"Gua minta tolong banget. Ambilin jaket lo." kata Irene melemah. Ya kalau sudah begini juga Juna jadi gak tega lah.

"Ya udah, tunggu sini. Jangan kemana-mana. Ruang ganti cuma deket kok."

Dengan rasa penasarannya, Juna melangkah keluar dari ruang kosong tersebut. Pemuda itu masuk kembali ke dalam ruang ganti dan mengambil jaketnya. Sebelum berbalik badan Juna tak sengaja melihat ponselnya.

Pantesan ada yang ganjel. Hpnya ketinggalan toh.

5 missed calls from Titan

Juna mengangkat alisnya bingung. Jarang-jarang si Titan menghubunginya sebanyak ini.

Titan : lo dimana?

Titan : liat irene gak?

Titan : jisoo nyariin

Juna : gua?

Titan : nyari Irene bukan loh jangan kegeeran

Juna : santai kali emosian amat

Titan : liat irene ga?

Juna : iyaa liat ini mau samperin

Titan : bilangin ke dia jisoo tunggu di depan kelas

Juna : iya iya






Juna berbalik dan berjalan keluar dari ruang ganti menghampiri Irene. Gadis itu masih terdiam sambil bersandar di dinding terlihat seperti sedang menyembunyikan sesuatu.

"Nih jaketnya." kata Juna sambil memberikan jaket warna biru dongkernya itu.

"Makasih." jawab Irene singkat. Gadis itu memakainya bukan di badan melainkan melingkarnya di pinggang.

Juna mengernyit tapi sedetik kemudian mulai paham kenapa gadis ini meminjam jaketnya. Masalah perempuan toh.

"Ayo keluar, gak enak berduaan di ruangan kosong gini." kata Juna membuat Irene mendelik tajam.

"Satu lagi," Juna yang hendak berjalan keluar langsung terhenti mendengar suara Irene.




"Beliin gua pembalut dong."
































MAAF BANGET BARU SMPAT UPDATE YA:(

Dealing With The TwinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang