Selama jam pelajaran Irene hanya memandang kosong ke depan. Sella yang di sebelahnya jadi heran. Pasalnya sosok Irene itu selalu belajar dengan serius. Bahkan Irene hampir tak pernah melewati materi.
Sella jadi menoleh kemudian mencolek Irene. "Heh? Lo sehat?" tanya Sella.
Irene jadi mengernyit. "Apa sih?!"
"Lo kenapa hah? Bengong mulu dari tadi." ucap Sella.
"Gakpapa." jawab Irene kemudian menunduk menatap bukunya hampa.
"Kalo ada apa-apa cerita ya." ucap Sella yang sejujurnya khawatir pada sahabatnya itu. Irene mengangguk pelan.
Sisa jam pelajaran berikutnya Irene tak hiraukan. Sampai istirahat tiba Irene langsung berdiri. Sella menoleh padanya, "mau kemana?" tanyanya.
"Kelas Jisoo." jawab Irene pelan kemudian melangkah keluar meninggalkan Sella yang masih bingung melihat sikapnya.
Irene berjalan ke kelas Jisoo yang untungnya hanya berdekatan dengan kelasnya. Irene hendak ingin masuk namun Jisoo sudah terlebih dahulu keluar bersama Rose dan Jennie.
"Eh kenapa?" tanya Jisoo.
"Temenin makan." Jisoo mengernyit mendengarnya.
"Ya udah sekalian aja, kita juga mau ke kantin." ucap Jisoo kemudian menarik Irene pergi. Keduanya berjalan bersama sambil Jisoo melingkarkan lengannya pada Irene. Diikuti Jennie dan Rose di belakang mereka.
Jisoo ikut berhenti saat Irene menghentikan langkahnya begitu juga dengan Jenni dan Rose. Jisoo jadi menoleh tapi sedetik kemudian ia menarik napas kasar. "Apa?"
"Chat gua gak dibalas." ucap Titan.
Jisoo jadi melepaskan lengannya dari Irene. "Chat apaan sih?!"
"Jangan pura-pura bego deh, Jis. Lo udah read kok chatnya." ucap Titan. Jisoo jadi bungkam tidak tahu berkata apa.
Melihat Jisoo yang seakan tidak merespon Titan langsung mendecak pelan. "Apa perlu gua ulangin kata-kata gua? Siapa tahu lo gak denger waktu itu."
Jisoo tidak menjawab. Ia malah menatap Titan tanpa hendak membuka mulutnya. Mulutnya seakan membeku tak dapat terbuka.
"Ya udah, gua ulang ya. Jis, mau nggak--"
"IYA IYA MAU. GUA MAU. GAK USAH DIULANG. GUA UDAH LAPER MAU KE KANTIN. SANA SANA." Titan jadi terkekeh pelan setelah didorong pelan Jisoo. Cewek itu langsung pergi begitu saja bersama Irene.
Jennie dan Rose belum beranjak dari sana. "Emangnya apaan sih, Tan?" tanya Jennie. Rose juga ikut mengangguk ingin tahu.
"Kepo." ledek Titan.
"Ih gitu amat lo. Kok Jisoo gak cerita ya." kata Rose sambil mencibir pelan.
"Mau tahu ya?" ucap Titan sambil memasang wajah tengilnya. Jennie dan Rose dengan kompaknya mengangguk.
"Mending tanyain Jisoo deh. Gua jadi malu kalo gua yang bilang sendiri." Jennie menautkan alisnya melihat ekspresi geli Titan. Begitu juga dengan Rose yang keheranan meihat cowok itu yang kegirangan.
"Heh? Lo sehat, Tan?" tanya Jennie memastikan.
"Gak kayaknya deh. Temen lo sih." ucap Titan.
"Gua kok jadi makin geli ngomong sama lo ya." ujar Rose.
"Ya udah sana. Ngapain masih ngobrol sama gua." ucap Titan walau berikutnya ia jadi mengangkat jarinya mencurigai dua cewwk itu. "Naksir gua ya? Jangan deh, gua maunya sama temen lo soalnya."
"Oops, helloooooo. Mister Titan, you're not even close to my ideal type. So go away." ucap Rose berlagak jijik dengan aksen australianya. Membuat Titan jadi memeletkan lidahnya mengejek Rose.
"Tan, kayaknya lo makin sakit jiwa deh. Baru kali ini gua lihat lo gini." ucap Jennie.
"Gua juga heran sih. Gua kenapa ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dealing With The Twins
FanficJisoo dan Irene adalah kembar identik. Mereka mempunyai wajah cantik yang hampir tidak bisa dibedakan. Sikap mereka pun hampir tidak bisa dibedakan. Sama-sama jutek. "Gua bukan Irene!" - Jisoo Kirana Putri "Gua bukan Jisoo!" - Irene Karlina Putri