28

4.3K 548 12
                                    


Mom : hari ini mama gak jd jemput ya ada urusan mendadak


Setelah membacanya Jisoo hanya mendesah pelan dan menatap kosong ponselnya itu. Sejujurnya Jisoo ingin menghabiskan banyak waktu dengan Dian sebelum mamanya balik ke Amerika.

Jisoo berjalan perlahan menghampiri teman setimnya yang akan tampil di pembuka pertandingan turnamen hari kedua. Mereka tengah bersiap-siap karena akan tampil dalam beberapa menit lagi.

"You okay, Jis?" tanya Jennie melihat wajah lesu sahabatnya itu.

Jisoo menggeleng. "Gakpapa," jawabnya.


Hari kedua turnamen resmi dimulai. Para penonton menyoraki idolanya masing-masing. Banyak sekolah lain yang datang untuk menyemangati jagoan mereka. Hal itu tentu saja membuat suasana semakin ramai.

Tentu saja Jisoo merasa gugup mengingat terakhir ia tampil adalah tahun lalu. Setelah melakukan tos dengan timnya Jisoo mencoba menarik napas menenangkan dirinya sendiri sambil menunggu arahan dari MC.

Jisoo menutup mata mencoba mengendalikan diri untuk tidak merasa takut sekaligus gugup. Gadis itu membuka matanya dan bertepatan dengan itu matanya tertuju pada pemuda tampan di ujung sana yang sedang tersenyum bodoh sambil melambaikan tangannya pada Jisoo.

Titan, pemuda itu, mengangkat kepalan tangannya dengan tujuan memberi semangat pada Jisoo. "Semangat," kata Titan. Di ujung sana Jisoo dapat mengetahui ucapan pemuda itu hanya dengan melihat gerak geriknya.

Jisoo hanya mengangguk pelan. Dia memalingkan wajah kemudian tersenyum kecil.


"PLEASE WELCOME, THE ELEVEN TEAM." Jisoo makin merasa gugup saat nama timnya dipanggil.

Musik mulai diputar. Jisoo dkk mulai menarikan tarian yang sudah mereka pelajari. Banyak sorakan meriah dari kalangan mana saja. Bahkan anak sekolah lain juga ikut menyoraki mereka.


"Cantik banget heran deh," kata Titan sambil mengunci pandangannya pada Jisoo.

"Temen lo nih, John. Lagi mabuk cinta." ucap Yuta sambil mencolek Johnny membuat pemuda itu jadi ikut memandangi Titan yang sedang tersenyum sendiri.

"Makanya jangan deket-deket nanti ketularan." kata Johnny memperingati Yuta.






Sementara di tempat lain Irene juga ikut menonton penampilan Jisoo bersama Sella, sahabatnya juga Wendy. "Andai aja gua bisa ngedance ya," kata Wendy yang berada di tengah-tengah Sella dan Irene.

"Ngimpi lu," ejek Sella.

"Kata ibu sih mimpilah setinggi langit karena nanti kita bakal jatuh di bintang-bintang."

"Tapi kalo mimpi lo jadi dancer sih mending jangan lah." ucap Sella.

"Awas ya lo, gua doain jomblo seumur hidup." kata Wendy sambil mendelik.

"Bodo amat." balas Sella. Sementara Irene di samping mereka hanya fokus pada penampilan Jisoo dkk. Dia memilih untuk menghiraukan dua sahabatnya itu.


"Habis dance jangan kemana-mana." Irene sontak menoleh mendengar suara tersebut. Irene agak terkejut melihat pemuda itu yang tiba-tiba berada di sampingnya begitu saja. Wendy dan Sella juga melihat itu tapi memilih untuk berpura-pura tidak tahu.

"Hm?" gumam Irene.

"Sehabis ini gua sama tim main, nonton kan?" ucap pemuda itu, Miko.

"Gak tau." jawab Irene.

"Lagian lo juga udah lama gak nonton gua main kan? Terakhir setahun lalu ya?"

"Kemarin gua nonton." kata Irene.

"Oh ya, nontonnya mau lihat gua apa Juna tuh?" kata Miko dengan nada bercanda. Irene mengernyit pelan. "Maksud lo?"

"Bukannya lo lagi deket sama Juna?" tanya Miko tanpa ragu.

Melihat Irene diam tak menjawab Miko hanya tersenyum tipis. "Kerenan mana gua sama dia, Rene?"

"Apa sih pertanyaannya gak berfaedah." ucap Irene memilih tak menjawab pertanyaan Miko yang menurutnya tak masuk akal sekaligus kekanakkan. Miko hanya tertawa.

"Hehe, iya maaf. Nonton ya, at least diem aja gak perlu teriak-teriak histeris."










Dari seberang sana, Juna tentu saja dapat melihat dengan jelas interaksi keduanya. Wajahnya tampak tak suka melihat keduanya. Pemuda itu sudah cukup panas melihat Miko dan Irene dari jauh.

Matanya tak pernah lepas sedetik pun dari kedua orang di ujung sana. Bahkan penampilan Jisoo dkk tidak membuatnya teralihkan.

Bahkan saat matanya bertemu dengan Irene, pemuda itu tidak melepaskan tautan mata mereka. Irene mengernyit melihat wajah Juna yang jelas menunjukkan ekspresi tidak senang. Juna yang biasanya senyum kini menatap Irene intens.

Juna mengalihkan pandangannya saat temannya menepuk pundaknya pelan. Irene juga ikut melepas tautan mata mereka kemudian berpikir keras. Tapi detik selanjutnya memilih tak peduli dan kembali mengamati penampilan kembarannya.






































MAAF YAA BARU UPDATE SOALNYA MINGGU KEMAREN SIBUK BANGET, FREE NYA HARI INI AJA:( BEBERAPA HARI KE DEPAN JUGA GITU HUHU:"



RORO IRENE PONIAN AJA TRENDING TOPIC:(

Dealing With The TwinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang