Hari final pertandingan basket sudah tiba. Suasana lapangan mulai ramai dengan para supporter dari dua sekolah yang akan berhadapan. Pertandingan belum mulai namun para penonton sudah mulai bersemangat meneriakkan jagoan mereka.Jisoo beserta tim dancenya sudah siap ditepi lapangan. Pertandingan akan dibuka dengan penampilan mereka maka dari itu Jisoo agak gugup sambil memperhatikan ke arah lapangan.
Ting
Titan : lihat ke kiri dong arah jam 10
Jisoo mendelik kemudian mengangkat kepala mengikuti arahan Titan. Pemuda itu berdiri disana sambil melambaikan tangan.
Titan : SEMANGAT!!!
Jisoo hanya membaca kemudian menyimpan ponselnya kembali. Sedangkan Titan diujung sana sedari tadi memperhatikan reaksi gadis itu. "Di read doang nih?" gumam Titan.
Titan : dibales atuh jis
Jisoo : hm makasih
Titan : mau tanya dong? ini Jisoo apa Irene sih? Juteknya minta ampun
Jisoo : bacot
Titan : lo kenapa Jis? badmood? atau gugup?
Jisoo : bnyak nanya kayak dora
Titan : senyum dong biar cantik
Jisoo : bodo ah
Titan : lo kenapa sih? gua nanya serius nih ya
Jisoo : emang lo bisa serius gitu?
Titan : kalo sama lo sih gua bisa banget
Titan : terus lo gimana? Bisa gak serius sama gua?
Deg
Jisoo terkejut membaca chat Titan. Maksudnya apa coba?
Jisoo : apasih garing lo
Titan : nah kan gak bisa serius berarti nih
Jisoo : dah ah mau fokus
Selanjutnya Jisoo benar-benar menyimpan ponselnya. Bahkan sampai mematikan ponselnya. Takut gara-gara cowok itu, Jisoo jadi gagal fokus.
Sementara itu mata Titan tidak sengaja menangkap Juna di bangku pemain sedang mengedarkan pandangannya seakan sedang mencari di bagian penonton.
Titan mengerti, saat seperti ini ia harusnya membantu Juna.
Pemuda itu juga ikut mengedarkan pandangannya mencari sosok gadis yang mungkin saja sedang dinanti kedatangannya oleh Juna.
"Temen gua emang bego banget ya. Masa harus gua bantuin sih, ngejar Jisoo aja susah." gumamnya melihat Juna diujung sana.
Titan melebarkan matanya dengan semangat begitu melihat Irene dan Wendy berjalan di koridor. "Wen? Gak nonton?" sapa Titan.
Wendy mengernyit, "ada apaan nih? tumben banget lo nanya."
"Gakpapa, nanya doang. Bantu juga sih biar banyakin supporter." kata Titan padahal sebenarnya ada tujuan lain.
"Lo sehat?" tanya Wendy meragukan pemuda itu.
"Gua serius nih, ayo nonton." kata Titan mencoba meyakinkan.
"Rene, ikut yuk, nonton." Ajak Wendy.
Irene menggeleng sejenak, "Gak deh, males."
Titan mendecak sebal, "seru loh, rene. Ayo dong."
"Gak bisa." jawab Irene singkat. Titan menggaruk kepalanya merasa bingung untuk membujuk Irene dengan cara apa.
"Gua pengen nonton juga sih, rene." ucap Wendy diikuti oleh anggukan Titan.
"Jisoo juga bakal tampil loh." kata Titan. Kalau soal Jisoo, gak mungkin lah Irene tolak.
"Yaudah." kata Irene.
Titan bersorak kecil, "nah gitu dong."
Sementara Juna disana mulai menangkap sosok Irene yang berdiri diantara Wendy dan Titan. Juna terkekeh kecil menyadari gadis itu terlihat kecil berada diantara Wendy dan Titan yang lebih tinggi darinya.
Juna tiba-tiba menjadi kaku saat Irene tidak sengaja menatapnya juga. Juna mengalihkan pandangan kemudian meraih air mineral di sebelahnya dan dengan cepat meneguk air itu. "Apasih kok jadi gugup gini!?" gumam Juna.
KALO BISA KASIH KRITIK DAN SARAN YA GAES 👌 THANKYOUU
KAMU SEDANG MEMBACA
Dealing With The Twins
FanfictionJisoo dan Irene adalah kembar identik. Mereka mempunyai wajah cantik yang hampir tidak bisa dibedakan. Sikap mereka pun hampir tidak bisa dibedakan. Sama-sama jutek. "Gua bukan Irene!" - Jisoo Kirana Putri "Gua bukan Jisoo!" - Irene Karlina Putri