"Heh? gua mau nanya," kata Jisoo. Titan menoleh sambil mengusap lengannya merasa dingin. Keduanya sedang berada di depan sebuah toko yang kebetulan sedang tutup. Hujan deras membuat mereka terpaksa berteduh sebentar.
"Gua mau nanya, Titan." kata Jisoo lagi merasa Titan tidak menanggapinya.
"Ya udah ngomong aja sih, ribet banget." kata Titan. Jisoo mendecak sebal.
"Juna suka ya sama Irene?" Titan diam sambil menatap Jisoo. Cewek itu mengangkat alisnya keheranan.
"KEPO." Jisoo mengangkat tangannya kemudian menjambak rambut Titan membuat cowok itu meringis kesakitan. "JIS, SAKIT WOI, ASTAGA."
Jisoo melepaskan tangannya dari rambut Titan. Cowok itu mengusap rambutnya sambil menatap tajam Jisoo. "Gua serius nih ya, Juna suka sama Irene gak?"
"Menurut lo?" Jisoo mengernyitkan keningnya, "Jis, kalau Juna gak suka ya ngapain ngejar coba? Kalau lo mau tau, Juna itu orangnya tipe cowok yang dikejar cewek. Tapi ini beda, Juna yang ngejar Irene. Ya udah pasti lah dia suka." jelas Titan.
"Emang dia seganteng itu?" tanya Jisoo.
"Ya kalau masalah ganteng, gantengan gua sih."
"Tolong ya, kalau ada kaca tuh dipake. Jangan kepedean please." Titan mencibir pelan.
"Emangnya kenapa lo nanyain itu? Lo suka sama Juna?" kata Titan. Jisoo menoleh dengan cepat, agak tersentak.
"Apaan sih? Kok lo sensi banget."
"Kali aja kan lo suka."
"Ngapain coba? Gua tuh cuma mau cari tahu. Siapa tau dia cuma mainin kembaran gua." jelas Jisoo.
Titan tertawa pelan, "Ya udah santai aja dong, gua kan gak minta jelasin." Lagi, Jisoo mengangkat tangannya menjambak rambut Titan.
"LO TUH YA, BISA GAK SIH SATU MENIT AJA GAK NGESELIN HAH?!" Titan meringis sakit sambil teriak. Orang-orang yang juga sedang berteduh tak jauh dari mereka jadi menoleh. Ada yang tertawa dan ada yang kasihan sama Titan.
"Udahan, Jis. Sakit." Merasa tak tega juga, Jisoo melepaskan jambakannya. Titan mengusap pelan kepalanya.
"Lo gak bisa kalem dikit emang?" kata Titan.
"Bisa, kalo lo gak nyebelin." balas Jisoo. Jisoo beralih mengambil ponselnya dan ternyata ada beberapa pesan masuk dari kembarannya, Irene.
Irene : lo dimana?
Irene : heh kok blum nyampe?
Irene : blas dlu jis
Irene : woi
Irene : papa udah nanyain nih
Jisoo : sorry gak denger ada notif
Jisoo : gua masih dijalan, lagi nunggu hujan redah di toko samping supermarket
Irene : papa udah nanyain
Jisoo : ya iya sabar masih ujan nih
Irene : ya udah enjoy aj
Jisoo : enjoy apaan?
Irene : berduaan sambil nunggu hujan redah
Jisoo : heh apaan sih
Irene : heheh
Titan mengalihkan wajahnya setelah Jisoo kembali menyimpan ponselnya. Dari tadi Titan mencuri pandang melihat chat Jisoo dan Irene. Untung saja Jisoo tidak curiga. Titan tersenyum saat memalingkan wajahnya.
Jisoo menoleh, "Napa lo senyam senyum? Lo sehat kan?"
"Gua kayaknya udah dapat restu deh." kata Titan sambil senyum.
"Restu apaan lo mau nikah?" Titan menggelengkan kepalanya, "Jadi, gua punya gebetan, Jis. Terus kayaknya gua baru dapat lampu hijau dari kakaknya."
Jisoo mengernyitkan keningnya, merasa aneh. "Gua nggak ngerti."
"Gak perlu ngerti kok. Hehe."
"Hih apaan sih lo, jadi serem deh kalo ketawa gitu."
Maaf yaa telat update:)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dealing With The Twins
FanfictionJisoo dan Irene adalah kembar identik. Mereka mempunyai wajah cantik yang hampir tidak bisa dibedakan. Sikap mereka pun hampir tidak bisa dibedakan. Sama-sama jutek. "Gua bukan Irene!" - Jisoo Kirana Putri "Gua bukan Jisoo!" - Irene Karlina Putri