39

3.6K 436 33
                                    




"Kalian udah berapa lama kenalnya?" tanya Dian. Setelah mengetahui keduanya saling mengenal Dian terus melontarkan pertanyaan kepada Juna dan Irene.

"Belum lama, tante. Juna kan baru pindah sekolah." jawab Juna kemudian menyuapkan satu sendok makanan ke mulutnya.

"Oh gitu, berarti kamu kenal Jisoo juga ya?" Juna mengangguk dengan senyuman di bibirnya.

Irene sedari tadi hanya menundukkan kepalanya sambil menikmati masakkan Tiffany, mama Juna. Gadis itu masih tak percaya akan bertemu dengan Juna di rumahnya sendiri, padahal tadi Irene sempat mengabaikan ajakan Juna untuk jalan bersama.

Gadis itu baru sadar juga mobil yang ia lihat di depan tadi ternyata adalah mobil Juna yang beberapa kali  ia naik saat Juna menawarkan pulang bersama.

"Kalian deket?" tanya Tiffany. Irene mengangkat kepalanya saat merasa Tiffany bertanya padanya.

Irene hanya senyum tidak tahu menjawab apa. Juna berdeham pelan, "deket kok," ucapnya.

Tiffany dan Dian jadi saling bertatapan dan tertawa pelan. Sementara Juna menatap Irene sambil senyum kecil. Jarang-jarang lihat si galak Irene tiba-tiba jadi pendiam dan pemalu di depan mama Juna dan Juna.

"Dulu waktu tante sering kesini, Juna tuh masih bandel-bandelnya. Waktu itu masih SD kan?" Juna tertawa kecil dan mengangguk.

"Waktu itu, my son, Juna masih suka ngompol." kata Tiffany membuat Juna jadi agak terbatuk kecil, merasa malu saat sang Mama membahas itu di depan Irene.

"Oh ya, Juna juga kurusan ya? Dulu kan gembul tuh, pipinya chubby lagi." kata Dian mengingat Juna yang dulu begitu menggemaskan.

"Haha, iya. Pas masuk SMP dia udah ngurangin porsi makan." ucap Tiffany.

"Bagus lah. Sekarang kan badannya jadi bagus. Iya kan, rene?" ucap Dian membuat Irene agak tersentak dan menatap dengan membulatkan matanya.

"Apa sih, Ma." kata Irene mengalihkan wajahnya merasa malu.

"Beberapa hari lalu aku ketemu Juna loh, Tiff. Lagi di minimarket ya waktu itu?" tanyanya pada Juna yang dibalas dengan anggukan.

"Juna ini emang gentle ya." ucap Dian.

"Gentle gimana maksudnya?" tanya Tiffany.

"Itu loh, waktu itu dia beliin 'roti jepang', buat pacarnya mungkin?" Juna jadi tersedak, dengan sigap ia meraih air putih di depannya. Juna sadar mereka sedang berbicara tentang apa, pemuda itu langsung mengerti arti 'roti jepang' tersebut.

"Woah, pasti malu-malu ya dia. Emang buat siapa tuh, Jun? Your girlfriend? kamu gak cerita udah punya pacar," kata Tiffany. Irene jadi was-was, mengingat Juna pernah membantunya membeli barang tersebut tepat beberapa hari lalu.

"Bukan pacar kok, Mom, temen doang." jawab Juna sambil menatap Irene yang kebetulan sedang menatapnya membuat Irene jadi tersentak dan mengalihkan wajah. Irene jadi sadar, benar-benar dia orang yang dibicarakan.

"Beruntung banget ya punya temen cowok kayak kamu." kata Dian. Cowok mana yang mau nahan malu beli barang cewek di tempat umum?

"Oh ya, hampir lupa. Oleh-olehnya, entar ya." ucap Tiffany yang sudah selesai makan lalu berdiri dan beranjak ke kamarnya.

"Kalian kok nggak ngobrol? Lagi berantem?" Tanya Dian melihat keduanya tidak berbincang satu sama lain. Sebenarnya bukan tidak mau bicara, tapi Juna juga tidak tahu harus membahas topik apa bersama Irene di depan mama gadis itu.

"Gak, Ma," kata Irene kemudian meletakkan sendoknya saat makanannya sudah habis.
















Juna menghampiri Irene yang sedang duduk di sofa ruang tamunya sementara sang mama baru saja naik ke atas bersama Dian untuk memilih oleh-oleh yang ia suka. Pasalnya Tiffany hanya membeli secara acak jadi ia menyuruh Dian untuk memilih sendiri yang ia mau.

Pemuda itu berdehem pelan kemudian duduk di samping Irene."Baru kali ini gua lihat lo ramah, malu-malu juga."

"Gua emang ramah." kata Irene.

"Sama gua nggak, jutek terus." balas Juna.

"Serah gua lah."

"Gua tadi chat ngajak jalan kok di read doang?" tanya Juna.

"Gak sempet. Tadi mama udah ngajak duluan." kata Irene.

"Oh, gakpapa. Ujung-ujungnya kan lo ke rumah gua," kata Juna dengan senyum lebarnya.

"Mama lo kelihatannya ramah, kok lo--"

"Gua kenapa?" Juna jadi diam, belum selesai bicara ia sudah dipotong.

"Santai dong, mukanya tegang amat," ucap Juna. Irene hanya menatapnya sejenak kemudian mengalihkan wajah.

"Jisoo mana?" tanya Juna.

"Lo nanyain Jisoo terus, lo suka?" ucap Irene.

Juna tersenyum, "gak lah, nanya doang, lo cemburu?"

"Ngaco lo. Jisoo lagi jalan sama Titan." kata Irene.

"Kalo kita kapan?"



















MAUNYA CERITA INI KELAR SAMPE CHAPTER 40 TAPI KAYAKNYA GAK DEH:)

NEXT CHAPTER NANTI YA HEHEH.

Dealing With The TwinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang