Titan turun dari motornya kemudian merapikan rambutnya sebelum mengambil bubur ayam yang ia beli dan melangkah masuk ke rumah Jisoo. Pemuda itu mengetok pintu rumah Jisoo berkali-kali.Pintu rumahnya terbuka namun Titan malah melonjak kaget melihat yang muncul adalah Jennie dengan masker wajahnya. Pemuda itu menarik napas sebal, "kaget tau, anjir!"
"Relax, gua masih manusia." kata Jennie.
"Tampang lo sekarang kayak siluman sih." cibir Titan membuat Jennie jadi menatapnya tajam tapi tak bisa berbuat apa-apa karena sedang menggunakan masker wajah.
"Udah sana masuk! Jisoo di ruang tamu." kata Jennie kemudian berbalik badan dan diikuti oleh Titan di belakangnya.
Jennie langsung naik ke atas tepatnya ke kamar Jisoo membiarkan sahabatnya itu dengan Titan berdua di ruang tamu.
Jisoo berbalik badan menoleh melihat sosok Titan datang dengan membawa makanan untuknya. Titan tentunya tak kaget melihat Jisoo masih dengan masker wajahnya. "Katanya sendiri?" Tanya Titan yang kemudian duduk di sebelah gadis itu.
"Emang napa?" Kata Jisoo sambil menatapnya sinis.
"Gakpapa," kata Titan kemudian meletakkan bubur yang ia bawa di meja yang ada di depan mereka.
"Bukannya lo sakit? Kok malah maskeran?" kata Titan jadi menatap Jisoo heran.
"Bentar lagi kelar kok," jawab Jisoo.
"Lo beneran sakit nggak sih?" tanya Titan jadi meragukan melihat Jisoo yang terlihat segar seperti biasanya.
Jisoo menoleh, "emang yang bilang gua sakit siapa?"
"lo sendiri lah, kan lo chat gua nanya obat lah makanan lah." ucap Titan.
"Gua gak chat lo. Kelakuan Jennie noh, biasa lah jomblo kalo lagi gabut gitu." ucap Jisoo jadi mengejek Jennie meskipun orangnya tidak ada.
"lo kan juga jomblo," kata Titan yang membuat Jisoo jadi tersadar.
"Udah jomblo, gak sadar diri lagi." lanjut Titan sambil nyengir membuat Jisoo refleks mencubit lengan pemuda itu agak keras. Titan refleks teriak walau pelan karena cubitan Jisoo memang tidak pelan.
"Lo juga jomblo!" kata Jisoo.
"Udah ah, ini dimakan aja." kata Titan kemudian meraih bubur yang tadi ia bawa. Pemuda itu membuka bubur tersebut dan menggesernya ke depan Jisoo.
"Gua gak sakit." kata Jisoo.
"Iya tau. Tapi udah gua beli jadi makan aja, gak boleh tolak pemberian orang." ucap Titan kemudian mendorong bubur tersebut sedikit lebih dengan Jisoo.
"Udah kenyang, lagian gua gak suka bubur." kata Jisoo.
"Gua suapin nih ya?" kata Titan yang meraih bubur dan sendok itu. Jisoo dengan cepat menariknya dari Titan membuat pemudi itu jadi senyum sendiri.
"Lo sama Jennie doang?" tanya Titan.
"Iya."
"Papa lo mana?" tanya Titan melihat mobil Hardi tidak terlihat di depan rumah.
"Kerja." jawab Jisoo.
"Irene kemana?" tanya Titan lagi.
"Jalan sama Juna." Titan agak terkejut bangga mendengar kemajuan hubungan temannya itu.
"Mama lo ke--"
"Nanya mulu kayak dora!" cibir Jisoo kemudian melahap bubur yang ada di tangannya itu.
"Galak amat lu." balas Titan.
Jisoo berdeham pelan kemudian meletakkan bubur yang ia makan di meja di depannya. Gadis itu mengatur posisinya jadi menghadap Titan sepenuhnya.
"Kenapa?" Tanya Titan melihat Jisoo menatapnya.
"Gua mau nanya," ucap Jisoo.
"Sok atuh, tumben lo nanya," kata Titan yang kemudian menghadap Jisoo sepenuhnya hingga sekarang mereka saling berhadapan dan menatap satu sama lain.
"Lo kenapa sih?" tanya Jisoo yang membuat pemuda di depannya itu jadi mengerutkan keningnya.
"Lo yang kenapa, aneh banget nanya gitu," kata Titan.
"Lo kenapa seperhatian ini sama gua?" tanya Jisoo yang berhasil membuat Titan terdiam sejenak.
Pemuda itu menggaruk kepalanya, "ya kan gua baik," katanya.
"Serius, bambang!"
"Apa sih, Jis. Sok serius banget," kata Titan yang mencoba memecahkan suasana. Jisoo mencibir pelan sambil menatapnya.
"Hidup lo becanda mulu ya? Sekali-kali serius napa sih," kata Jisoo jadi menyindir.
"Ya udah, iya. Tapi gimana gua mau jawab ya, Jis, gua sendiri gak tau jawabannya," kata Titan.
"Maksud lo?"
"Ya gitu, gua perhatian karena gua mau aja,"
"Kenapa ke gua doang? Kenapa gak yang lain? Irene? Jennie? Atau cewek-cewek yang lain gitu," kata Jisoo.
"Yang jelas sih gua cuma maunya elo. Kalau Irene mah kelewat judes, jadi takut gua,"
"Serius, Titan. Gua nanya serius gini ya karena gua udah mulai bingung," jelas Jisoo.
"Bingung kenapa?" Tanya Titan.
"Ya bingung lah. Cewek mana yang gak bingung pas diperlakuin spesial sama musuhnya sendiri," kata Jisoo.
"Bentar," Titan senyum kecil dan menatap Jisoo yang membuat gadis itu jadi mengangkat alisnya.
"Lo suka ya? Baper?"
"Yeu, apaan sih lo, kepedean."
"Terus kenapa nanya gitu?"
"Ya serah gua lah, yang punya mulut kan gua bukan elo,"
"Gakpapa kok kalo baper, gua tanggung jawab,"
GUA BALIK! MOHON MAAF SEBESAR-BESARNYA KARENA GAK UPDATE 2 BULAN:(
KAMU SEDANG MEMBACA
Dealing With The Twins
FanfictionJisoo dan Irene adalah kembar identik. Mereka mempunyai wajah cantik yang hampir tidak bisa dibedakan. Sikap mereka pun hampir tidak bisa dibedakan. Sama-sama jutek. "Gua bukan Irene!" - Jisoo Kirana Putri "Gua bukan Jisoo!" - Irene Karlina Putri