16

5.8K 645 4
                                    


"Ma, udah di depan gerbang aja." kata Jisoo agak malu saat Dian malah masuk ke dalam sekolah bukannya menurunkan mereka di depan gerbang.

"Loh kenapa? Udah gakpapa, biar kalian gak capek." kata Dian. Ia berhenti tepat di depan koriodor sekolah. Jisoo agak malu sedangkan Irene hanya diam di belakang.

"Udah sana turun. Nanti telat." kata Dian. Jisoo mengangguk kemudian turun dari mobil diikuti oleh Irene di belakangnya.

Dian menurunkan kaca membuat Jisoo dan Irene sontak menoleh sebelum melangkah pergi. "Gak mau bilang something gitu?" kata Dian sambil menurunkan kacamatanya.

Jisoo mendekat. "Apaan, Ma?" Irene juga ikut menengok.

"Something like 'Bye, Mom, I love you.'" Jisoo agak melebarkan mata. Irene juga menarik napas pelan. Waktu SMP, mereka sering mengucapkannya pada sang mama setiap mereka diantar.

Namun sekarang, terlalu canggung bahkan memalukan untuk dilakukan. Waktu dulu mungkin Jisoo dan Irene masih merasa senang untuk melakukannya tapi tidak sekarang.

"Mom, Jisoo sama Irene udah SMA. Itu terlalu cheesy."

"Come on, udah jarang loh mama nganterin kalian."

"Ma, Irene masuk ya. Udah mau telat." kata Irene kemudian berjalan menelusuri koridor sekolah.

"Jisoo juga, Ma. Bye." Dian menggelengkan kepalanya saat melihat kedua putrinya pergi begitu saja.







"Pagi, Rene." sapa Juna saat berpaspasan dengan Irene bersama Jisoo di koridor. Irene hanya mengangguk kemudian berjalan. Sementara Jisoo di belakangnya tersenyum pada Juna. "Pagi." sapa Jisoo.

"Pagi juga, Jis." kata Juna kemudian berjalan sampingan bersama Jisoo sedangkan Irene berjalan di depan mereka.

"Dia lagi badmood, Jis?" kata Juna sambil menunjuk cewek yang didepan itu.

"Tiap hari mukanya gitu, jadi maklum aja." kata Jisoo.

"Lo juga gitu." kata Juna. Jisoo menoleh kemudian menarik kedua ujung bibirnya. Ia tersenyum pada Juna. Dasar menel kalau kata Titan.

"Gak kok." kata Jisoo.

"Sama Titan selalu gitu."

"Kalau dia mah wajar, udah ngeselin hidup lagi." cibir Jisoo. Juna hanya tertawa kemudian menggelengkan kepala.

"Gua heran deh ama kalian. Tiap ketemu berantem, giliran jauhan, nyariin." ujar Juna.

"Lah? sejak kapan gua nyariin dia? Gak pernah tuh." kata Jisoo sambil menggelengkan kepalanya.

"Kalau lo gua gak tau sih, tapi Titan tuh kayak gak bisa jauh dari lo." Jisoo menoleh pelan sambil mengernyitkan dahinya menatap Juna heran.

"Cih, tuh kan, lo sih gak peka," Juna tertawa.

"Gak peka apaan sih? mending lo fokus tuh sama irene, entar direbut baru tau rasa."

"Mending lo aja dulu peka. Entar gak dikejar lagi baru tau rasa."

"Gua duluan ya, kelas kita beda, hehe." Juna berjalan menuju kelasnya meninggalkan Jisoo dengan kebingungannya. "Maksudnya apa coba?" gumam Jisoo.



"OH MY GOD, TUGAS GUA KETINGGALAN." Jisoo berlari menuju ke kelas menemukan Jennie yang berada di depan kelas. "Jen, tugas kimia kumpul hari ini?"

"Santai, Jis. Napas dulu," kata Jennie sambil memegang bahu Jisoo.

"Buku tugas gua ketinggalan. Gimana dong?"

"Gua juga gak tau. Sepuluh menit lagi bel jam pertama loh, Jis."

"Entar gua dihukum ngerjain soal lagi. Kalau udah pernah diajarin ya syukur tapi Bu Ida mah selalu ngasih bab yang belum dijelasin. Itu mah penyiksaan."

"Udah lah, pasrah aja." kata Jennie sambil tertawa pelan.

"Enak ya bahagia diatas penderitaan temen sendiri?" kata Jisoo sambil mendecak pelan.

"Udah sana masuk." kata Jennie. Jisoo menurut, ia masuk ke dalam kelas diikuti Jennie dibelakangnya.





















UDAH YA, UDAH DOUBLE UP NIH.
GOOD NIGHT

Dealing With The TwinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang