31

3.8K 572 21
                                    




"Eh bentar dulu," Juna menahan tangan Irene saat gadis itu baru saja keluar dari toilet sekolah.

"Apa?" tanya Irene.

"Gak mau bilang makasih atau apa kek? Gua dah buang malu tau beliin tuh barang di tempat umum gitu." kata Juna masih menahan lengan Irene.

"Hm, makasih." Kata Irene singkat.

"Buset dah singkat amat." Gumam Juna.

Irene kemudian menepis tangan Juna. Pemuda itu tersadar tangannya sedari tadi menggengam lengan Irene. Juna refleks menarik tangannya.

"Oh ya, Jisoo nungguin lo." Kata Juna. Irene hanya mengangguk singkat kemudian melangkah kembali ke kelasnya. Dengan langkah pelan, Juna mengekorinya dari belakang.

"HEH LO KEMANA AJA SIH?" Ucap Jisoo dengan lantang membuat Irene mendesah kasar dan Juna di belakang jadi terhenti begitu saja hampir menabrak Irene di depannya.

"Kalem dulu." Kata Irene.

"Gua pikir lo dah ilang tau gak, kan gua jadi panik." Cerocos Jisoo.

"Hm, gua gakpapa." Ucap Irene dengan kalem.

"Terus lo dari mana? Kok balik udah sama Juna?" Irene mengangkat alisnya kemudian berbalik belakang baru menyadari pemuda itu sedari tadi berada di belakangnya.

"Ngapain?" Tanya Irene pada Juna.

Juna hanya melongo. Kenapa juga ya dia ngikutin Irene.

"Ehm, gua mau ketemu Titan. Iya, Titan. Orangnya mana, Jis?" Ucap Juna sembarang.

"Tadi udah pulang duluan. Lagi gak jelas juga tuh anak, pms kali." Kata Jisoo asal.

"Ayo pulang." Ucap Irene.

"Naik taksi, mama gak jadi jemput."

Irene mengernyit, "Loh kenapa gak jadi?"

"Gak tau, katanya urusan mendadak." Jawab Jisoo sambil mengangkat bahunya.

"Ya udah, ayo naik taksi."

"Gak mau bareng gua? Gua bawa mobil kok." Ucap Juna.

"Gak,"

"Boleh,"

Irene dan Jisoo kompak saling memandang. Irene menggeleng dan Jisoo mengangguk. Yang satu gengsi yang satu lagi mau gratisan.

"Gak." Irene menggerakkan mulutnya seakan memberikan sinyal pada Jisoo.

"Iya." Balas Jisoo.

Padahal kan Juna lagi mandangin mereka ya. Ngapain bisik-bisik, Juna bisa denger.

"Gengsi amat." Kata Jisoo pelan. Irene melotot tetap memaksa untuk menolak.

"Ya udah lo naik taksi gua sama Juna." Kata Jisoo. Irene mendesah pelan kalau sudah begini tandanya Irene harus mengalah.

"Ayo, kita bareng lo aja." Ucap Jisoo pada Juna. Pemuda itu mengangguk kemudian berjalan terlebih dahulu menuju parkiran.

Jisoo berjalan mengikuti Juna di depannya sambil menarik paksa lengan Irene. Gadis itu mendesah kasar sambil menatap sinis Jisoo di depannya.

"Gak usah ditarik, tangan gua sakit." Ucap Irene.

"Iya, sensi amat." Kata Jisoo kemudian berjalan lebih dahulu menyusuli Juna.

Ting

Titan : plng sma siapa?

Titan : sama irene kan?

Jisoo : sama juna

Titan : loh?

Jisoo : knp emng? Kepo bgt

Titan : kok sama Juna? Irene gimana?

Jisoo : ya kan sma irene juga

Titan : oh iya

Jisoo mendecak sebal. Tadinya pergi begitu saja sekarang maunya tanya-tanya sok peduli. Dasar cowok.

"EIT WAIT, GUA DI BELAKANG." Jisoo menghentikan langkah Irene yang ingin membuka pintu belakang mobil Juna.

"Gua dah duluan ya." Ucap Jisoo menekankan.

Irene mendesah kasar kemudian menatap Jisoo tajam. Tenang, Irene gak marah kok cuma kesel.

Jisoo kemudian masuk ke dalam mobil tepatnya duduk di belakang, sementara Irene duduk di depan di sebelah Juna yang mengendarai mobil.

Suasana di dalam mobil hening hanya ada suara permainan yang sedang Jisoo mainkan di belakang. Irene hanya menatap keluar jendela sedangkan Juna menyetir sambil sesekali curi pandang ke arah Irene.

"Loh? itu bukannya Titan?" ucap Irene sambil menunjuk pemuda itu yang baru saja keluar dari sebuah minimarket. Tidak sendiri, Titan bersama seorang gadis berseragam sekolah berbeda dengannya.

Juna menghentikkan mobil dan ikut menoleh ke arah Titan. Begitu juga dengan Jisoo yang awalnya sibuk dengan game nya, langsung menoleh ketika nama pemuda itu disebut.

Jisoo mengernyit melihat keduanya tampak dekat, bahkan gadis itu beberapa kali mencubit manja perut Titan berlagak sedang bercanda. Padahal pemuda itu baru saja menanyakan kabarnya menunjukkan kepeduliannya. Jisoo mendecak sebal mencoba tak peduli kemudian memainkan ponselnya, "Jalan gih, ngapain kepoin orang, artis juga bukan."

Dealing With The TwinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang