1

17.8K 1.2K 47
                                    


Seperti biasa, Irene selalu lebih dahulu bangun pagi daripada kembarannya , Jisoo. Meski kembar identik, mereka berbeda dalam beberapa hal. Salah satunya adalah Irene lebih rajin daripada Jisoo.

Irene sudah siap di meja makan bersama sang Papa. "Panggilin Jisoo gih." Ucap Papa.

Dengan tak bersemangat, Irene melangkah menuju kamar Jisoo. Dia membuka pintu itu dan mendapati Jisoo yang sudah siap. Benar-benar pemandangan aneh. Biasa Jisoo butuh dibangunkan terlebih dahulu tapi kali ini berbeda.

Jisoo sudah siap dengan seragam sekolahnya. Ia sedang berdiri di depan kaca besar sambil memutar-mutar badan untuk melihat penampilannya. "Tumben udah bangun." Kata Irene.

"Tahun baru, Jisoo yang baru dong." Kata Jisoo dengan percaya diri. Irene membuang muka malas sambil menggelengkan kepala.

"Kalau gua sih tahun baru pengennya kembaran baru." Ucap Irene.

"Gua juga pengen sih, tapi gakpapa lah, orang gua lebih cantik daripada kembaran gua, jadi it's okay." Irene bersiap ingin melayangkan tinjunya pada Jisoo tapi Jisoo lebih dulu berucap. "Bercanda kali." Kata Jisoo sambil ketawa.

"Turun gih, Papa udah nunggu."

Mereka berdua sudah duduk di meja bersama sang Papa. Mereka makan dalam diam. Tidak ada yang bersuara selama beberap menit sampai Hardi-Papa si kembar-lebih dilu buka suara. "Hari ini Papa gak bisa antar kalian. Bawa mobil aja ya?"

"Oke. Jisoo yang bawa, ya." Kata Jisoo bersemangat.

"Irene mendingan naik taksi aja kalau Jisoo yang bawa. Irene masih pengen lulus dulu baru mau mati." Ucap Irene yang dihadiahi cubitan oleh Jisoo yang membuat Irene meringis sakit.

"Enak aja lo. Gak kok, Pa. Irene bohong, Jisoo gak gitu." Kata Jisoo membela dirinya.

"Hm, iyain." Gumam Irene.

"Udah ah, Papa sudah minta tolong Titan yang bawa mobil." Ucap Hardi.

"What? Titan si anak ayam?" ucap Jisoo dengan lebay. Fyi, Titan adalah anak dari teman Hardi. Hardi menyukai Titan karena kesopanannya. Seringkali juga Hardi mengajak Titan main ke rumah mereka. Tapi sayangnya, Jisoo dan Titan tidak begitu akur. Entah kenapa, saat bertemu mereka tidak pernah damai.

"Hush, kamu gak boleh gitu." Tegur Hardi. Jisoo memukul pelan mulutnya sendiri.

"Terus pulangnya gimana, Pa?" Tanya Irene.

"Titan bakal anterin kalian pulang. Nanti motornya dia bakal dititipin di garasi kita." ucap Hardi yang dibalas anggukan oleh Irene sementara Jisoo malah menghela napas sebal.

Tok tok

"Itu pasti Titan. Ayo ke depan, nanti kalian bakal telat." Mereka bertiga beranjak ke depan setelah selesai makan. Benar saja, Titan sudah siap di depan rumah dengan seragam sekolah yang rapi.

"Pagi, Om." Sapa Titan dengan sopan sambil mencium tangan Hardi. "Pagi, Jis, Rene." Sapa Titan pada si kembar. Irene membalasnya dengan senyum tipis sedangkan Jisoo hanya mendengus.

"Om titip mereka ya, maaf ngerepotin." Ucap Hardi sambil menepuk pelan punggung Titan.

"Gakpapa, Om. Saya juga gak keberatan kok." Kata Titan.

"Ya sudah, sebaiknya kalian berangkat, nanti telat." Irene lebih dulu masuk mobil. Ia sudah lebih dulu duduk di belakang. Disusuli Titan yang duduk di kursi pengemudi.

Titan menghela napas kasar dan menatap Jisoo sebal saat cewek itu memilih duduk di belakang bersama Irene yang menbuat Titan terlihat seperti seorang supir.

"Pindah lo. Gua bukan supir lo." Ucap Titan pada Jisoo.

"Rene, pindah gih." Kata Jisoo pada Irene yang langsung dibalas dengan gelengan kepala.
"Gua udah duluan disini." Ucap Irene.

"Tuh kan, cepetan pindah. Gua nggak mau telat." Dengan sebal, Jisoo pindah ke depan, di samping Titan.

"Rene, kenal Juna?" tanya Titan.

"Gak." Jawab Irene singkat tanpa menoleh ke arah Titan. Dia sedang sibuk memandangi jalan raya melalui kaca mobil.

"Juna siapa?" tanya Jisoo.

"Kepo banget lo." Jisoo dengan sigap menarik rambut Titan membuat cowok itu teriak kesakitan. "JIS, INI GUA LAGI BAWA MOBIL."

Menyadari itu berbahaya, Jisoo langsung melepaskan tangannya dan beralih mencubit dengan kuat lengan Titan dan cowok itu kembali meringis sakit lagi. "Kenapa sih lo tuh nyebelin banget, hah?" ujar Jisoo.

"Lo nya yang baperan." Balas Titan.

"Baperan? Cih, nggak ya. Lo aja yang suka banget cari masalah sama gua."

"Buang-buang waktu banget gua cari masalah sama lo. Maaf ya, jadi cewek jangan kepedean." Ucap Titan. Jisoo menatap tajam Titan. Cowok itu hanya fokus ke jalan raya meskipun ia sadar Jisoo sedang bersiap ingin memukulnya. Titan menghiraukan Jisoo. "IHH NYEBELIN." Jisoo jadi sebal sendiri.

"Oh ya, Rene, kemarin Juna nanyain lo." Ucap Titan pada Irene.

"Juna siapa sih?" tanya Irene.

"Anak baru di IPS 2." Jawab Titan.

"Gak kenal."

Dealing With The TwinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang