12

6K 720 50
                                    











Mereka berempat berakhir di meja yang sama. Irene dan Juna masih makan sedangkan Jisoo dan Titan seperti biasa, kacau.

"Lagian ngapain sih pake dijemput? Lo tuh udah gede, Jis. Pulang sama gua aja." kata Titan. Jisoo mencibir pelan.

"Lo tuh kenapa maksa banget sih?" kata Jisoo.

"Ya karena lo gak mau jadi gua maksa."

"Kenapa juga gua harus pulang sama lo?" Kini giliran Titan yang mencibir kesal. Jisoo buang muka dan memilih untuk merebut sendok milik Irene lalu melahap makanan milik kembarannya itu.

Irene sendiri hanya pasrah karena ia sudah kenal dengan baik kembarannya itu.

Titan mendekat pada Juna kemudian berbisik, "Ajak pulang gih, biar Jisoo sama gua." Juna mengangkat alisnya kemudian menggeleng.

"Udah tadi, ditolak." ucap Juna.

Titan menatap Jisoo sejenak. Ide baru muncul di kepalanya. Ia tersenyum sambil menatap Jisoo lekat. "Apaan?!"

Titan mengambil ponselnya di saku kemudian menekan tombol hijau untuk menelepon seseorang. Jisoo agak curiga pada Titan.

"Halo, Om?" Jisoo membulatkan matanya kemudian beralih menatap Irene yang tampak penasaran juga.

"Hehe, ini Titan. Iya, Om. Titan mau minta ijin buat nganter Jisoo pulang, bisa kan?" Jisoo sontak menginjak kaki Titan membuatnya meringis sakit.

"Oke, makasih ya, Om." Titan menutup teleponnya kemudian memandang Jisoo dengan senyum kemenangan.

"Ayo, pulang sama gue. Papa lo gak bakal jemput, gua udah ijin." Jisoo siap untuk melayangkan tangannya namun perkataan Titan selanjutnya sukses membuatnya terhenti.

"Kalau bukan sama gua mau sama siapa, hah? Sekolah udah sepi loh."

Titan malah senyun senang saat Jisoo mulai diam dan pasrah. Titan menoleh pada Irene yang baru saja menyelesaikan makanannya.

"Oh ya, Rene, gua bawa motor nih. Pulang sama Juna aja ya? Dia bawa mobil kok." kini giliran Irene yang kesal pada Titan. Irene membulatkan matanya kemudian beralih menatap Juna yang hanya tersenyum.

"Kalau gitu, gua sama mereka aja." kata Jisoo. Titan sontak menoleh kemudian menggeleng.

"Nggak, nggak. Gua udah bilang sama Om Hardi gua yang bakal nganter lo pulang," Titan mendekat untuk berbisik pada Jisoo, "Leave them alone, lo mau jadi nyamuk?"

"Kita duluan ya, udah mendung nih keburu hujan." Titan menarik Jisoo pergi dari tempat itu meninggalkan Irene dan Juna sendiri.

"Udah makannya? Pulang yuk." kata Juna. Irene ingin sekali menolak tapi karena si Titan itu Irene terpaksa harus pulang bersama Juna.

"Hm, ayo." Irene berdiri kemudian beranjak membayar makanannya. Juna juga ikut berdiri dari tempatnya.

Juna menyerahkan selembar uang warna biru pada ibu kantin. "Ini buat berdua?" tanya ibu itu.

"Iya, kembaliannya ambil aja." Irene melongo begitu saja menatap Juna. Juna mulai melangkah keluar dari kantin kemudian Irene menyusulnya.

"Nih, gua ganti." Irene menyerahkan selembar uang pada Juna.

"Gak usah. Gua ikhlas." Kata Juna sambil menepis pelan tangan Irene. Irene mengernyitkan dahinya. "Gua gak suka ngutang. Apalagi sama orang asing."

"Lo gak ngutang, anggap aja gua traktir. Oh iya, apa kita harus kenalan lagi biar gua bukan orang asing buat lo?" Irene terdiam sejenak, merasa canggung sekaligus bingung akan membalas apa.

"Kenalin gu--"

"Apa sih? Ayo pulang." Irene melangkah dengan cepat menuju parkiran. Sementara Juna tertinggal di belakangnya sambil senyum sendiri.


























HEHE MAAF HANYA INGIN BERBAGI SAJA KARENA SAMPE SEKARANG MOMENT INI MASIH BIKIN HYPE BGT^^

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

HEHE MAAF HANYA INGIN BERBAGI SAJA KARENA SAMPE SEKARANG MOMENT INI MASIH BIKIN HYPE BGT^^

Dealing With The TwinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang