Setelah sekitar dua jam berdiam diri di dalam kamarnya, Irene akhirnya keluar menuju ruang tamu. Gak jauh beda sih. Tadinya nonton di hape sekarang di tv, sama aja ya kan.Irene langsung meraih remote tv tersebut dan menghidupkannya. Gadis itu memilih menonton drama karena channel lain tidak begitu menarik.
Kembaran Jisoo itu merasa sangat bosan. Papanya sedang bekerja sementara sang adik sedang jalan-jalan alias ngedate. Irene akhirnya merasa sendiri di rumah. Merasa ponselnya berbunyi, Irene meraih benda tersebut.
Juna : sesibuk itu ya chat gua dari td ga dibalas
Irene : apa?
Juna : lgi apa?
"Kepo," gumam Irene namun kemudian kembali membalas pesan Juna.
Irene : nnton
Juna : sama siapa?
Irene : sendirian
Juna : dasar jomblo
read
Juna : canda doang rene
Irene : hm
Juna : bosen ya?
Irene : ga sih biasa aja
Juna : yuk jalan
Irene hanya membaca pesan tersebut. Tak berniat menjawab, gadis itu hanya menatap layar ponselnya. Irene menoleh sejenak saat pintu rumahnya terbuka, berharap itu sang adik atau papanya.
"Eh, Irene kok sendiri, nak? Jisoo mana?" tanya Dian, sang mama. Irene kembali menoleh dan menonton tv. "Lagi jalan." jawabnya.
"Papa kamu belum pulang?" Irene mengangguk.
Dian beranjak duduk di sofa ruang tamu tepatnya bersebelahan dengan Irene. "Padahal mama mau ngajak Jisoo keluar."
Irene mendesah pelan, "kenapa gak telpon dia aja?"
"Mama pikir kan dia gak kemana-mana." jawab Dian.
"Ah, kamu aja deh temenin mama. Boleh ya?" tanya Dian dengan mata berbinarnya. Irene menatapnya ragu. Pasalnya Irene jarang menghabiskan waktu dengan sang mama hanya berdua. Bisa dibilang Irene lebih sering bersama Papanya daripada sang Mama sejak dulu. Tapi bukan berarti mereka gak deket ya.
"Kemana emang?" tanya Irene.
"Ke rumah temen Mama. Mama kan udah mau balik ya jadi mau ketemu temen mama dulu sebelum balik nanti." jelas Dian.
"Ke rumah temen kok ngajak anak, Ma." kata Irene.
"Ya gapapa lah. Temennya Mama tuh pengen banget liat anak Mama. Dari dulu belum pernah ketemu kan sama tante Tiff?" Irene mengernyit mencoba mengingat tapi kemudian ia menggeleng karena baru kali ini mendengar namanya.
"Tante Tiff itu temen baiknya Mama dari jaman masih suka ngompol. Kebetulan juga dia baru pulang dari luar negeri jadi Mama sempet ngechat nitip oleh-oleh." jelas sang Mama.
Irene menghela napas, "harus banget nih Irene ikut?"
Dian mengangguk, "oh iya dong."
"Sana mandi, Mama tungguin." kata Dian sambil mendorong pelan putri sulungnya itu untuk beranjak dari sofa. Dengan berat hati, Irene berdiri dan berjalan menuju kamarnya.
"Dandan yang rapi, anaknya temen Mama ganteng loh."
Irene dan Dian akhirnya sampai di rumah sahabat Dian. Irene mengernyit saat memasuki rumah tersebut saat melihat mobil yang terparkir di garasi tampak tak asing buat dia.
Lamunan Irene buyar saat pintu rumah tersebut dibuka dan menampilkan sosok Tiffany, sahabat Mamanya.
Irene tampak melongo sejenak. Ini temen Mamanya atau temen Irene nih? Mukanya awet banget.
"Long time no see." ucap Dian kemudian memeluk Tiffany yang disambut heboh sahabatnya itu.
"It's been a long long time, right? How are you?" tanya Tiffany dengan gaya bicara yang sangat fasih.
"I'm great. How about you?"
"I'm great too." ucap Tiffany lalu kembali memeluk Dian. Namun matanya jatuh pada sosok Irene yang berdiri di belakang sang Mama.
"Ini Jisoo?" tanya Tiffany.
"Bukan, ini Irene." jawab Dian dengan senyumnya.
"Oh ya ya, so pretty." puji Tiffany membuat Irene jadi agak canggung.
"Makasih, tante." balas Irene dengan senyumannya.
"Ayo masuk. Kebetulan banget tante baru aja selesai masak." ucap Tiffany sambil berjalan ke arah dapur dengan Dian di sampingnya serta Irene yang mengekori keduanya.Sesampai di dapurnya beberapa makanan sudah tertata rapi di meja makan.
"Duduk, duduk. Bentar ya, tante rapihin dulu."
"Mau dibantu, tante?" pinta Irene.
"Gak usah repot. Kamu kan tamu, biar tante aja." jawabnya kemudian kembali menata meja dengan meletakkan beberapa hidangan yang bisa dibilang cukup mewah.
"Nah selesai." Tiffany kemudian beranjak duduk tapi kemudian berdiri lagi.
"Kenapa?" tanya Dian.
"My son. Bentar ya panggil dulu."
"JUN!! COME HERE, MAKANANNYA UDAH SIAP." Irene agak gelisah saat Tiffany memanggil anaknya. Ini bukan yang dia kenal kan? Gak mungkin lah ya, Jun kan bukan berarti Juna, bisa juga Juno atau Juned, Junaidi mungkin.
"You made my favorite soup, right?" Irene sontak menoleh saat mendengar suara itu yang sangat tak asing.
Ah, ternyata bukan Juno, Junaidi, atau Juned tapi benar-benar Juna. Iya, Arjuna Haikal.
"Loh!?"ucap Juna kaget, sempat mundur beberapa langkah.
"Kalian kenal?" tanya Dian.
"Iya." jawab Juna sementara Irene hanya mengangguk.
"What a coincidence."
AKU UPDATE NYA GAK KEMALAMAN KAN YA? HEHE SEMOGA GAK YA.
SEPUCUK MOMENT FAVORITE KU:) IRENE SAMA CALON MERTUA HEHE
KAMU SEDANG MEMBACA
Dealing With The Twins
FanfictionJisoo dan Irene adalah kembar identik. Mereka mempunyai wajah cantik yang hampir tidak bisa dibedakan. Sikap mereka pun hampir tidak bisa dibedakan. Sama-sama jutek. "Gua bukan Irene!" - Jisoo Kirana Putri "Gua bukan Jisoo!" - Irene Karlina Putri