26

4.3K 590 43
                                    


Para murid sontak menyoraki tim basket yang sedang bertanding. Pertandingan pertama pada turnamen ini sudah mengundang banyak perhatian. Lapangan begitu ramai, begitu juga koridor lantai bawah dan lantai atas.

Banyak yang berteriak histeris ada juga yang berlagak menjadi komentator. Apalagi Titan yang sudah heboh sendiri di pinggir lapangan.

"AYO JUN, SEMANGAT JANGAN MAU KALAH SAMA MIKO." Jisoo di sebelahnya langsung dengan sigap mendorong pelan Titan. Irene juga ikut terkejut mendengarnya. Yang lain malah heran, Juna sama Miko kan setim ya? Atau Titan aja yang bego?

Begitu juga dengan Juna yang mendengarnya di tengah lapangan. Cowok itu mengernyit sejenak namun detik kemudian memilih fokus kembali. Miko yang namanya disebut juga mendengarnya tapi lebih memilih mengabaikan.

"Heh, lo sinting?!" ucap Jisoo.

"Kenapa sih?" kata Titan.

"Lo yang kenapa?! Mau nyari mati?"

"Iya maaf, gua kan cuma nyemangatin temen." kata Titan. Jisoo jadi mencubit pelan perut cowok itu membuatnya meringis pelan.

Miko dkk memimpin permainan dengan poin yang cukup jauh membuat mereka agak rileks bermain. Kurang dari dua menit permainan akan selesai. Teriakan para penonton mulai terdengar keras karena mendekati akhir permainan.



"Jis, ada minum gak?" tanya Titan.

"Mau apa? Haus?" tanya Jisoo balik sambil mengangkat keningnya layak bertanya.

Titan menggeleng pelan. "Gak. Ada tapi?"

"Ada." jawab Jisoo sambil mengernyit heran.

"Udah dibuka?" Jisoo menggeleng kemudian memberikan sebotol minuman itu.

Titan mengambilnya tapi sesaat kemudian memberikannya pada Irene membuat Jisoo lebih terheran. "Loh?" kata Jisoo.

Irene mengangkat alis bingung hanya menatap botol minuman tersebut. "Bukan gua yang main, gua gak capek. Ngapain kasih minum?" ucap Irene dengan sinis.

Titan menggeleng pelan. "Bukan buat lo. Kasih gih ke Juna, biar temen gua seneng."

Irene menepis agak kasar tangan Titan. "Apaan sih? Kok gua?!"

"Jangan pura-pura bego lah, rene. Sana gih." ucap Titan.

Irene menggeleng. "Lo aja sana."

"Lah gua gak homo ya, sana kasih. Lo gak kasian sama temen gua? Coba tuh liat mukanya ngarep banget." kata Titan sambil menunjuk Juna di ujung sana. Irene menatapnya tapi kemudian mengalihkan pandangan begitu saja.

"Bodo amat ah." ucap Irene tak peduli.

"Sini gua yang kasih." kata Jisoo sambil berusaha mengambil alih botol tersebut.

Titan dengan sigap menarik tangannya menyembunyikan botol tersebut. "Gak! Apaan sih kok jadi lo? Duduk aja, diem, jangan kebanyakan menel lo."

"Yeu sirik aja." ucap Jisoo.

"Rene, lo baik kan? Tolong senengin temen gua, kasihan tuh." kata Titan mencoba sekali lagi.

"Gak, gua jahat."

"Lah? Ya udah deh, gakpapa." kata Titan menyerah. Susah juga menghadapi Irene, apalagi nasib Juna ya.

"Gua jadi mikir, kalo gua bujuknya sesusah ini gimana temen gua ya," gumam Titan pelan kemudian menarik napasnya. "Untung gua sukanya bukan sama Irene."




















Miko dan timnya bersorak-sorak merayakan kemenangan pertama. Turnamen kali ini menambah semangat mereka karena meraih kemenangan di permainan pertama.

Juna juga ikut senang tapi masih ada satu hal yang terasa janggal dalam pikirannya. Apalagi sih kalau bukan ucapan Titan tadi.

Memangnya ada apa dengan Miko? Kenapa Titan harus sebut namanya coba? Juna cukup bingung memikirkannya.

"Makasih banget udah mau gabung ya. Dengan lo gabung tim kita jadi tambah kuat. Oh ya, sore ini latihan jangan lupa." kata Miko sambil menepuk pelan bahu Juna.

Juna mengacungkan jempolnya. "Lo juga mainnya keren. Gua ikut latihan tapi telat dikit gakpapa kan ya?"

"Iya gakpapa," jawab Miko. "Oh ya, lo pacaran sama Irene?"

Dealing With The TwinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang