3

8.8K 839 6
                                    





Irene menarik kursi yang ada kemudian menempati dirinya di situ. Dia mendesah pelan kemudian membuka buku cetak tebal itu. Jam istirahat kali ini terpaksa harus ia habiskan di perpustakaan untuk membaca buku cetak biologi.

Setelah kemarin sempat tidak masuk, Irene harus ulangan harian susulan untuk mata pelajaran biologi. Meskipun pintar, tapi Irene mengaku lebih suka mengerjakan puluhan soal matematika daripada mengerjakan satu atau dua soal biologi.

Irene membaca beberapa halaman namun belum ada yang dapat ia cerna. Rasanya Irene ingin menutup buku dan tidur di perpustakaan. Ya, Irene sering melakukannya apalagi saat rasa mengantuknya tidak dapat ditahan. Ia seringkali keluar dari kelas untuk tidur di perpustakaan.

Beberapa menit Irene lalui dengan buku tersebut, mulai ada yang dapat ia pahami. Irene mulai membalikkan halaman demi halaman buku itu.

“Rene?” panggil Sella, sahabatnya. Irene mendongak lalu mengangkat alisnya seolah menyahut.

“Kok disini?” tanya Sella.

“Susulan biologi.” Jawab Irene singkat.

“Tadi Titan cari lo.” Irene agak heran. Ah, mungkin Titan mencarinya karena Jisoo. Irene mengangguk saja.

“Katanya ada yang mau dia omongin.” Irene mengangguk lagi. Sella sudah biasa dengan tanggapan singkat dari Irene. Sahabatnya yang satu itu memang sangat irit berbicara.

“Rene?” Irene mendongak lagi tanpa mengucapkan sepata kata.

“Lo kenal tu cowok?” tanya Sella sambil menunjuk seorang siswa yang duduk cukup jauh dari mereka. Irene menoleh kemudian menggeleng pelan.

“Dari tadi dia noleh kesini terus. Kayaknya lihatin lo deh.” Ucap Sella kemudian kembali menoleh ke arah cowok itu. Sella sempat menangkap basah mata cowok itu yang tepat mengarah pada Irene.

“Gua nggak pernah liat dia kayaknya. Anak baru?” ucap Sella namun ia tidak mendengar balasan dari Irene. Seperti biasa, Irene masih berkutat dengan bukunya.

“Oh iya, gosipnya sih emang ada anak baru, anak IPS deh kayaknya kalau gua nggak salah dengar.” Kata Sella. Irene mengangguk saja.

“Oh gua ing—“

“Udah, Sell?  Gua masih mau belajar. Keburu bel.” Potong Irene sebelum Sella menyelesaikan kalimatnya. Sella menghela napas kasar kemudian mengusap dadanya sendiri. Sabar, Sell, sabar.

“Kalau udah selesai langsung balik kelas. Habis ini jamnya Pak Aan, jangan sampe telat kalau nggak mau dihukum jalan bebek.” Irene hanya mengangguk kemudian melanjutkan kegiatannya.



---





“HEH, JUN?! GUA CARIIN KEMANA AJA, TERNYATA DISINI. NGAPAIN SIH LO?” Irene mendongak ke asal suara yang sangat nyaring itu. Titan, si sumber keributan sedang bersama cowok yang dibilang Sella tadi.

Irene kembali pada bukunya, tidak ingin tahu dengan keributan tersebut. Sementara di seberang sana, Titan dihadiahi pukulan di lengan yang membuatnya meringis sakit.

“Kenapa sih?” kata Titan sambil meringis.

“Diem dikit bisa nggak sih?”

“Lo ngapain disini hah?! Emangnya lo suka baca buku? Cih, setahu gua di sekolah lama lo juara tiga puluh dari tiga puluh satu siswa.” Cerocos Titan.

“Bang---“ Titan dengan segera menempelkan jari telunjuknya dibibir cowok itu. “Arjuna, gak boleh ngomong kasar. Gak bagus.” Arjuna, cowok itu, menepis tangan Titan.

“Mulut lo dikontrol ya, entar gua ketahuan.” Titan mengangkat alisnya. “Ketahuan apa sih?” Titan mengedarkan pandangannya di sekitar area perpustakaan kemudian matanya jatuh pada Irene yang cukup jauh dari tempat mereka.

Titan tertawa, “OH JADI KARENA DIA.” Ucap Titan dengan sengaja mengeraskan suaranya membuat Juna membulatkan matanya. Kini beberapa orang sudah menoleh kepada mereka membuat Juna otomatis bersembunyi.

“Yuk pergi, malu-maluin aja lo.”

Dealing With The TwinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang