4

7.6K 876 20
                                    



Irene : nyusahin bgt sih

Jisoo : kenapa?

Irene : kata papa blh tp harus gua temenin klau ad latihan

Jisoo : nah gt dong makasihh yaa

Irene : yeu guanya yg repot

Jisoo : kita tuh twins jd hrs susah senang sama sama

Irene: cih kampret

Irene : giliran gua disuruh masak lo gk prnah bantu

Jisoo : hehe klo itu gua nyerah

Jisoo : pokoknya makasih

Irene : hm






Jisoo berjalan maju menghampiri Jennie yang duduk di bangku depan. Jam pelajaran Fisika sedang berlangsung hanya saja gurunya sedang keluar. Jisoo berjalan ke depan meja Jennie. “Jen.”

“Kenapa?” tanya Jennie menoleh sepenuhnya pada Jisoo.

“Gua diijinin.” Jennie hanya mengangguk membuat Jisoo mengangkat alisnya keheranan. Tadi saja cewek itu memohon pada Jisoo sampai-sampai membuat Jisoo sendiri risi.





Jisoo memandang Jennie lama,”EH BENERAN?!” Jisoo terkejut hampir terjatuh akibat reaksi yang sangat terlambat dari Jennie. Jisoo mengusap dadanya mencoba menahan diri untuk tidak mengumpat.

“Beneran, Jis?” ucap Jennie semangat kemudian berdiri sambil memegang kedua pundak Jisoo.

“Iya, apa sih lebay banget.” Kata Jisoo sambil menepis tangan Jennie.

“ASTAGA AKHIRNYA, MAKASIH YA, JIS.” Ucap Jennie sambil merentangkan tangan hendak memeluk Jisoo namun dengan secepat kilat Jisoo menghindar.

“No peluk peluk, kalau lo mau berterima kasih, mending traktir gua sama Irene di kantin.” Ucap Jisoo.

“Kok Irene?” tanya Jennie.

“Gua diijinin sama Papa karena dia, jadi lo harus traktir dia juga.” Jawab Jisoo. Jennie mengangguk semangat.

“Anything for u.”

“Apasih geli.”







---










“Ini beneran gua ditraktir?” tanya Irene sambil memandang semangkuk makanan di depannya. Jennie mengangguk.

“Iya, Rene. Makan aja udah.” Jawab Jennie. Sementara Jisoo di sebelahnya sedang memakan makanannya dengan lahap. Irene mengangguk kemudian mulai menyantap makanannya.

“Lilis sama Rose mana, Jen?” tanya Jisoo.

Jennie mengangkat bahunya, “Gak tahu.” Jawabnya.

“Lo berdua tuh makin hari makin mirip ya.” Ucap Jennie.

“Iya lah, Jen. Kan kembar.” Kata Jisoo kemudian kembali menyuapkan makanan ke dalam mulutnya.

“Meskipun gua kenal Jisoo udah lama tapi kalau ketemu Irene suka dikira Jisoo juga. Kayaknya kemana-mana kalian harus pake name tag deh.” Ujar Jennie.

“emang semirip itu?” tanya Irene.

“Gak sih, cantikan gua.” Ucap Jisoo dengan enteng. Irene menoleh kemudian menghela napas. Masalah percaya diri, Jisoo selalu lebih merasa percaya diri dibanding Irene.

“Iya, lo cantik.” Jisoo menoleh ke asal suara, begitu juga dengan Jennie dan Irene. Jisoo yang masih dengan sendok di mulutnya melotot melihat Titan yang sudah di duduk di hadapannya, tepatnya di sebelah Jennie.


“Cantik kalau dilihat dari sedotan.” Ucap Titan kemudian tertawa sambil menjulurkan lidah pada Jisoo.

Jisoo sendiri sudah siap mengambil kecap yang ada tepat di depannya kemudian hendak melemparkan pada Titan tapi segera ditahan oleh Irene. “Kalem dikit napa sih.” Ucap Irene.

“Namanya juga singa, galak, serem.” Ucap Titan kembali memancing amarah Jisoo.

“Awas aja lo ya, pulang jalan kaki sana. Gak usah bareng sama kita.” Ucap Jisoo.

“Yah gimana dong, Jis, kunci mobilnya ada di gua nih.” Kata Titan sambil mengangkat kunci mobil milik om Hardi untuk mengejek Jisoo. Sialnya, Jisoo kalah telak.

“Cih, kalau gitu biar gua yang naik taksi.” Ucap Jisoo kesal.

“Lebih bagus sih, biar gak berisik di mobil.” Jisoo bersiap ingin beranjak kemudian menjambak rambut Titan tapi segera ditahan Irene lagi.

“Udah udah, berantem mulu lo berdua.”

Dealing With The TwinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang