27

4.2K 603 19
                                    


"Kok lo gak pernah cerita sih, nyet?" tanya Juna. Setelah pernyataan Miko tadi, Juna jadi kaget. Pasalnya cowok itu dengan santainya bilang dia mantannya Irene saat dia sudah tau kalau Juna suka pada Irene.

"Ya kan gua pikir lo udah tau." kata Titan membela diri.

"Seharusnya lo kasih tau kan sama gua."

"Kok jadi nyalahin gua sih? Lo nya aja yang kudet." kata Titan menyalahkan temannya itu. Juna jadi mendecak pelan. Tapi benar juga, Juna itu kurang informasi tentang Irene. Bahkan mantannya saja tidak tahu.

"Ya gua kan belum lama disini. Wajar kan gua gak tau, kalau gua tau juga ogah gua masuk basket." ucap Juna.

"Kenapa? takut kalah sama dia?" ucap Titan membuat Juna merasa tersinggung.

"Gua gak takut ya. Lagian dia juga cuma mantan." kata Juna.

Titan tertawa pelan. "Justru serangan mantan itu paling berbahaya." katanya.

"Udah deh, gua mau latihan dulu." pamit Juna kemudian meninggalkan Titan begitu saja di koridor. 

Setelah meninggalkan Titan, Juna menuju ke lapangan basket. Meskipun dia malas berhadapan dengan Miko tapi ya profesional baginya adalah nomor satu. Juna berjalan ke lapangan tapi terhenti melihat Irene yang masih berada di depan kelas Jisoo.

Juna berjalan ke arah Irene. Gadis itu dapat melihatnya dari jauh. Juna melambaikan tangan padanya saat mata mereka bertemu. Irene hanya diam memandang tak membalas lambaian tersebut.

"Hai," sapa Juna.

"Ehm, hai." balas Irene singkat.

"Sendirian lagi?" tanya Juna. Ya beberapa hari ini Irene selalu ditinggal Jisoo, karena kembarannya itu sangat sibuk dengan kegiatannya beberapa hari ini. Bahkan di rumah Jisoo juga lebih banyak berlatih.

Irene mengangguk pelan, "Jisoo sibuk." katanya.

"Naik taksi lagi dong?" tanya Juna.

"Iya." jawab Irene.

"Tadi nonton ya?" Irene menoleh pada Juna saat mendengar pertanyaan tersebut. Gadis itu kemudian mengangguk pelan.

"Gimana? Gua keren kan?" kata Juna membanggakan diri sendiri.

Irene mendecak sebal, "Cih, keren dari mananya, hah?"

"Santai kali, canda doang." kata Juna jadi mendadak ciut.

"Besok kita main juga, nonton ya." ucap Juna. Irene diam tidak menjawab.

"Kalo lo nonton kan jadi semangat." lanjut Juna.

Irene mengernyit, "maksudnya?"

"Ya tim kita jadi semangat." kata Juna asal. Padahal cowok itu menjadi kaku dan salah tingkah karena ucapan asalnya tadi.

"Harus gitu gua yang kasih semangat?" ucap Irene. Juna jadi menggaruk kepalanya yang tidak gatal itu. Dia jadi tidak tahu membalas apa. Juna diam begitu saja sambil dalam hati merutuki mulutnya sendiri.

"Ehm, lo ngapain nunggu di depan kelas Jisoo? Katanya pulang sendiri." tanya Juna mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Mau ngembaliin powerbank." jawab Irene.

"Oh gitu,"kata Juna sambil menganggukkan kepalanya.

"Rene, gua boleh nanya?" tanya Juna dengan wajahnya yang tampak cukup serius. Irene menoleh sambil mengangkat alisnya seakan mempersilahkan Juna untuk bertanya.

Juna berdehem pelan. "Lo mantan--"





"EH RENE, JISOONYA MANA SIH?" Juna mendesah pelan sambil mengumpat dalam hatinya. Si perusak Titan datang saat Juna belum sempat bertanya. Kenapa sih kok kali ini Titan datang timingnya salah?

Irene jadi terkejut dan menoleh, "Masih beres-beres di dalam."

"Ya elah, udah gua tunggu dari tadi di depan. Dah kayak satpam aja gua tadi di gerbang." cerocos Titan. Juna malah menatap Titan tak suka secara terang-terangan membuat Titan yang melihatnya jadi agak menjauh.

Titan kembali menoleh ke dalam kelas Jisoo dan syukurlah gadis itu sudah selesai dengan urusannya. "Lama banget sih, nyet. Gua nunggu dari tadi." kata Titan begitu Jisoo keluar dari kelasnya.

"Gua tadi beres-beres dulu, lagian ngapain sih ditungguin?!" ucap Jisoo.

"Ya kan mau pulang bareng."

"Gak, gua latihan hari ini."

"LAH JIS? GUA UDAH NUNGGU DARI TADI LOH?!"













SELAMAT MALAM GAES:)

BTW MAKASIH BUAT 30K READERS YAAA

Dealing With The TwinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang