Sesuatu sedang terjadi. Aku mengambil benda ini lalu mengusap jempolku di bagian sisi yang terbuat dari kaca, rasa panas dan getar tiba-tiba terasa, lega rasanya jika tahu benda ini akhirnya berfungsi kembali. Saat proyeksi holo mulai memadat, aku menaruh benda sepanjang 15 centimeter tersebut pada posisi normalnya, yaitu berdiri seperti gedung pencakar langit mini. Gambar proyeksi itu kemudian menunjukkan wajah seseorang, orang itu adalah aku, dengan setelah kaos dengan tulisan " Defense Force of Agni" dan nama dada dibawahnya tercetak di dada bagian kanan. Ia nampak resah dan masih menyesuaikan rekaman.
Belma menatapku, menanyakan sesuatu yang sudah aku tebak akan aku tanyakan. " Itu dirimu?"
" Yup, sepanjang yang aku ingat, aku merekam ini setelah kami berhasil meretas komputer utama, aku buat rekaman ini jika seandainya terjadi hal buruk pada kami semua nantinya." Belma mengangguk ringan paham, bersamaan dengan itu waktu tunggu kami untuk satu video penting selesai, diriku dalam video tersebut mulai berdehem dan dia memulai rekaman.
Baik Kawan, Mungkin ini akan terdengar aneh, namun percaya atau tidak kau sendiri yang telah merekam video ini, aku merekam video ini takut jika seandainya terjadi skenario buruk yang terjadi pada Aku dan Arvin, akan apa yang telah kami lakukan beberapa waktu terakhir. Aku dan kawanku Arvin, telah berhasil meretas sistem komputer utama fasilitas yang kami sebut dengan rumah ini. semua data yang kami dapatkan menunjukkan beberapa dokumen, diagram rencana dan panah operasi dari organisasi yang aku ikuti, Defense Force for Agni. Ada sebuah agenda besar, yang melibatkan kami semua, sebuah upaya mengerikan tentang kontrol populasi dan strategi-strategi untuk menekan jumlah penduduk diseluruh Ursulanda. Itu sangat mengejutkan, sungguh. Namun ini bukanlah kebohongan, kawan, kau adalah aku, percayalah dengan apa yang akan aku katakan selanjutnya, bersiaplah. Seperti yang seluruh orang di fasilitas ini ketahui, pena revolusi adalah suatu objek yang sengaja diciptakan pemerintah untuk memancing para pemberontak yang membenci sistem pemerintahan Agni dan berniat untuk menggulingkan sistem yang telah dibangun selama 150 tahun sejak peristiwa Great Quake. Mereka menggunakan tokoh fiktif pena revolusi yang melalui buku-bukunya ia menyebarkan ideologi penyatuan. Yang memberikan angan dan delusi akan konsep dunia dimana seluruh Ursulanda di satukan menjadi satu negeri besar, seperti negeri khayalan bernama Kesatuan Kepulauan Indis yang diceritakan dalam kisah-kisah lama. Pena Revolusi diceritakan mendukung segala upaya pemberontakan untuk membangun dunia utopia tersebut menjadi kenyataan, sekaligus menghancurkan sistem federasi yang didominasi oleh pengaruh kuasa Agni, dia berjanji akan bertemu dengan para pemberontak dan dengan siap sedia akan mendukung pergerakan bawah tanah untuk melawan sistem ini, namun yang sesungguhnya terjadi, adalah mereka yang dihancurkan. Lenyap tak disisakan, para penghancur itu adalah kami sendiri. Ya! Aku, kau dan ratusan orang yang telah dicuci otaknya, di beri memori palsu dan menjadikan kami prajurit darah dingin yang tidak kenal ampun. Setelah para pemberontak ini memutuskan untuk bergabung dengan Pena Revolusi, posisi mereka akan dilacak dan penyerbuan akan terjadi, pembunuhan tanpa satu orangpun yang tersisa.
Namun, apa yang sebenarnya terjadi bukan seperti itu. Kami dijadikan alat, kami adalah instrumen penyerangan yang digunakan untuk menjalankan misi genosida lain yang paling halus. Pena Revolusi adalah alat, untuk menciptakan teror, dan membangkitkan emosional manusia. Penghancuran para pemberontak akan memancing gerakan-gerakan bawah tanah lain untuk muncul, lalu dengan agen-agen kami yang mengaku sebagai pro dengan gerakan pemberontak dan Pena Revolusi, akan menyulut api-api kemarahan pada orang-orang, lalu memulai pemberontakan. Pemerintah permukaan, yang merupakan kedok sebenarnya dari pemerintahan lain yang lebih superior akan merespon gelombang perlawanan yang muncul dengan gelombang angkatan bersenjata, dan hitunganpun akan dimulai. Mereka yang mati akan menjadi tolok ukur seberapa besar upaya genosida ini terjadi, jika sudah memenuhi yang diinginkan oleh mereka, maka gerakan revolusi dihentikan. Lalu, semuanya kembali dengan normal. Upaya kontrol penduduk yang mengerikan. Tujuan dari genosida biadab ini, tentunya untuk mengurangi masalah konsumsi dan beban masyarakat yang semakin menggunung, membuat mereka yang hidup damai dalam sangkar baja raksasa bernama Librium akan semakin kuat dan tak terkalahkan. Berkurangnya jumlah penduduk berarti berkurangnya tanggungan energi dan sumber daya yang dipakai. Tetapi, kenapa mereka melakukan genosida dengan cara seperti ini, kenapa mereka tidak langsung saja menjatuhkan bom-bom kerumah-rumah kita? Tidak perlu memakan waktu dan tenaga untuk melakukannya bukan? Jika secara logika kita bisa mengatakan itu, namun jawaban sebenarnya untuk menunjukkan bahwa kuasa dari Agni tidak terbatas, dan tidak akan terkalahkan, sekaligus agar tidak terdeteksi oleh Federasi Bangsa-bangsa sebagai tindakan teror. Gagalnya teror dan kematian yang terjadi saat Revolusi akan menimbulkan ketakutan sekaligus harapan, harapan jika dikendalikan, maka akan menjadi alat utama untuk menguasai populasi. Teror akan menciptakan keadaan patuh yang stabil, sehingga orang-orang akan mudah untuk dikendalikan, harapan mereka adalah delusi kemerdekaan, yang diberikan oleh Pena Revolusi dan pemberontak. Dengan harapan, mereka akan rela melakukan apapun untuk mencapai harapan tersebut, termasuk rela mati untuk perang konyol yang pemerintah ciptakan. Dengan begitu dunia semua akan mencapai keseimbangan yang mereka inginkan. Mungkin,masih membekas betapa mengerikannya gerakan revolusi di Malakalbar 5 tahun lalu, itu adalah salah satu agenda yang mereka lakukan. Namun, itu belum berakhir. Dari sumber terpercaya, aku mendapati bahwa mereka akan kembali menjalankkan Agenda, karena serangan Malakalbar dinilai kurang memenuhi konstanta yang diinginkan. Akan ada serangan besar-besaran di delapan negara bagian, dan upaya itu akan segera direncanakan. Aku membuat video ini untuk memberitahukanmu dan mereka yang juga melihat ini akan rencana besar ini, bersiaplah. Rencana besarku adalah memberikan seluruh data dan video ini untuk mencegah kejadian massal ini terjadi, kau Silas dan Arvin, adalah kuncinya. Kalian berdua telah membawa data yang terenkripsi dalam otak kalian masing-masing, serangkaian data untuk mengakses seluruh jalur komunikasi dan dengan itu kalian bisa menyusup ke dalam sistem pertahanan Agni dan mengakses seluruh datanya, kau harus memberikan data itu kepada kelompok Pemberontak terakhir yang ada di wilayah yang sudah terenkripsikan kedalam pikiranmu. Data-data itu harus segera diberikan untuk mencegah peperangan konyol ini terjadi kembali. Mereka memiliki sumber daya dan kekuatan yang kau butuhkan untuk memulai Revolusi yang sesungguhnya ini. Agni harus diruntuhkan, Librium harus berada di kekuasaan pemberontak dan kemerdekaan di delapan negara bagian akan terjadi. Data yang terenkripsikan dalam pikiranmu telah dibagi dua, Arvin memiliki separuh data yang menunjukkan lokasi dimana markas rahasia terakhir para pemberontak berada. Sedangkan, kau memiliki seluruh data-data primer yang berhasil kalian dapatkan dari komputer utama. Nasib seluruh Ursulanda ada di tangan kalian, semoga keberuntungan berpihak pada kalian.
Layar holo itu kembali terpecah dan seakan-akan masuk kembali ke dalam microkomputer, semua hening sesaat hingga kemudian suara pistol plasma berdengung dibelakang kami. Lantas kami mengangkat kedua tangan kami.
" Siapa kalian? apa tujuan kalian sebenarnya? Video apa itu?" aku tidak menyangka jika si penjaga toko mempunyai pistol plasma yang berukuran lumayan besar.
"Aku bisa menjelaskan..." kami memutar tubuh kami, menatap pada si pria yang nampaknya kebingungan sekaligus ketakutan. ia membawa pistol itu dengan gemetar, sebelum pria itu berteriak meminta tolong pada empat bodyguard yang ada di bagian depan tokonya, refleks tanganku mengunci orang ini dan menjatuhkan pistolnya, tak lupa juga menutup mulutnya dengan tanganku. Belma dengan buru-buru mengunci pintu dan hanya ada kami bertiga di ruangan ini.
Pria ini mulai menunjukkan gejala panik, aku terus mengajaknya untuk bernapas dan lambat laun dia mulai mereda. Aku mendudukinya di kursi dan menyuruhnya untuk tetap tenang.
Aku membuka tudung tunikku, berusaha terus untuk membuatnya kembali ke realita, bukan dunia dalam pikirannya yang kacau. " Tenang kawan, tenanglah, bernafas dengan nyaman, terus berupaya untuk bernafas dengan lebih baik, tetap fokus. Ingat selalu, bahwa kami bukan musuh, kami adalah kawan, kami bukan musuh tapi kami adalah kawan."
Ia mulai tenang dan semuanya kembali seperti semula, dia mulai mengatakan beberapa kalimat, tangan kanannya masih memerika jantungnya sendiri. " Siapa kalian, apa yang kalian inginkan."
Belma mulai berbicara, dia juga membuka jubah tuniknya. " Aku tidak bisa mengatakan semuanya, namun intinya kami sedang dalam pencarian dan pelarian. Tujuan kami untuk mencegah kekacauan yang mengerikan, seperti yang diceritakan dalam video tersebut, jika kami gagal dan tertangkap, maka akan ada pertumpahan darah diseluruh kota, bahkan wilayah buangan ini juga, oleh karena itu upaya kami disini sangat penting. Maukah kau membantu dalam membangun revolusi yang sesungguhnya.?"
Pria itu nampak lebih tenang sekarang, dia kemudian bangkit dari tempatnya duduk, menatap kami sambil mengusap-usap kepalanya yang sakit beberapa menit lalu. " Apa yang bisa aku bantu? Aku hanya kolektor benda-benda kuno, bukan pemikir ektrimis seperti kalian? "
"Apapun, makanan, uang, pakaian apapun. Kami benar-benar butuh seseorang untuk membantu kami sekarang. " Ucapku memohon.
Pria ini hendak mengatakan sesuatu, namun suara gaduh dan ledakkan pistol membuat suasana menjadi kacau.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Ursulanda | dan bagaimana kami memenangkannya [ TAMAT ] [Revisi]
Ciencia FicciónKisah-kisah lama telah hilang, dunia berganti pada lembaran baru. Tanah-tanah hijau itu jadi saksi dari tumbuhnya Tirani baru yang merongrong di era kebangkitan umat manusia. Jauh setelah gempa besar dan perang nuklir, segelintir umat manusia mulai...