[ Bagian 4 : Perjumpaan ]

21 1 0
                                    

" Kami dapat menjelaskan ini semua ini, tanpa senjata dan tanpa tindak ancaman apapun, namaku Silas, dia Vale dan ini Belma. Kami kesini membawa sesuatu yang penting. Kami bukan anggota mereka lagi, kami membelot, dan jika kalian tidak percaya pada kami, kami akan membuktikannya." Aku khawatir dengan Vale, Belma juga. Namun, bergerak dengan refleks untuk membantu menstabilkan Vale akan membuat kesalahpahaman dan baku tembak yang mengerikan akan terjadi. Aku menyuruh salah satu dari mereka untuk memeriksa kami dan mencari sesuatu yang dimungkinkan sebagai senjata, termasuk juga Belma dan Vale, Aku menyuruh mereka mengambil microcomputer dibelakang saku celanaku. Mereka sempat saling bertatap muka dan berusaha membuat Vale tenang dengan menggenggam tangannya. Namun, agaknya Belma kurang memberinya afirmasi, dia dengan membabi buta merusak negosiasi yang hampir berhasil. Salah satu peluru plasmanya merusak beberapa lampu dan merusak layar kebiruan tersebut, yang paling fatal ada salah satu peluru yang mengenai Maze dan membuat luka yang parah di perutnya. Ia terjerembab ke belakang kursi dan baku tembak terjadi. Mereka menembaki Vale dan hampir membuatnya mati jika seandainya Belma tidak sigap meniarapkan Vale ke tanah dan menjadikan dirinya yang memakai pakaian anti peluru dan panas sebagai tameng. Semua orang bersembunyi dari apapun yang bisa melindungi mereka dari kemungkinan tembakan termasuk aku yang nyaris saja terkena tembakan di kepala.

Aku terus berteriak untuk menghentikan tembakan dan mereka malah meresponnya dengan tembakan yang lain, meskipun tidak ada satupun yang melukai kami karena baju kami yang anti peluru. Belma masih berusaha membuat Vale lebih tenang dan merebut pistolnya yang membuat seseorang terluka. Karena upayanya tersebut, Belma mengalami luka sengat di telinga karena pistol plasma Vale mengenai telinganya, ditambah dengan erangan Maze yang semakin lama semakin melemah membuat keadaan semakin kacau. Kepanikan mulai sedikit mereda dan teriakanku berhasil mengakhiri baku tembak ini. Setelah semua orang mulai dingin dan setuju untuk meletakkan senjata mereka, serta mengevakuasi yang terluka keluar dari ruangan ini, aku menunjukkan microcomputer yang beruntungnya belum hancur dan menyalakannya. Mereka menyaksikan isi video tersebut dengan seksama, sedangkan dalam kesempatan itu aku menghampiri Belma yang bersandar kesakitan di dinding sambil menutupi telinga kanannya yang mulai berdarah. Aku memeriksa luka Belma, bersamaan dengan itu pula beberapa orang beberapa orang memberi obat penenang pada Vale yang terus mengerang. Bagaimana bisa aku lupa membiarkan dia membawa pistol tersebut? Aku sudah lengah.

" Aku tidak apa-apa." Dustanya, luka yang merah padam itu tidak bisa berbohong, aku bisa melihat ekspresinya menahan sakit. Beberapa orang langsung menangani luka Belma, juga beberapa anggota lain yang memiliki luka cukup parah karena terjatuh atau terkena sengatan plasma.

Semua orang yang dalam kondisi baik tercengang, bisik-bisik kecil terdengar, wanita dengan blaster abu-abu itu berdiri dari tempatnya bersembunyi. Dia menatap kami kembali dalam kepercayaan.

" Maaf atas kekacauan tadi, disini kita berada di pihak yang sama, semua yang kalian butuhkan untuk penyerangan, serta basis menuju kota ada dikepalaku dan juga tahanan kalian. Arvin. Untuk itulah tujuan kami kesini, aku ingin kalian melepaskannya sebagai tahanan, karena seluruh data ini hanya bisa kami akses jika kami bersama."

Kusuma menengok ke arah koleganya yang juga nampak menyetujui hal tersebut.

" Arvin, anak itu berhasil kami selamatkan sebelum bom meluluhlantakan rumah salah satu kolega rahasia anggota kami, namun kami kehilangan anggota paling kami banggakan. Baron. Dia anggota elite divisi mata-mata yang punya kaki tangan bernama Salasar yang tidak pernah kami tahu. Kami tidak bisa membuatnya bertahan karena dia kehilangan banyak darah saat kami evakuasi kemari" Kusuma terlihat berbeda, raut wajahnya menyusut. Ada duka yang tersimpan disana.

" Aku turut berduka cita atas kejadian yang menimpanya." Entah mengapa, aku merasakan sesuatu baru saja direnggut dari dalam hatiku. Baron adalah sosok Ayah sekaligus partner kerja yang paling hebat. Disini, aku berharap juga bisa bertemu dengannya.

" Apa hubungan kalian dengan pria itu, bagaimana kau bisa mengenalinya?" Tanyanya dengan kalimat pendek dan cepat.

" Sejujurnya, aku adalah Salasar." Iris kecoklatan Kusuma melebar, begitupun dengan beberapa orang disana. Dahinya berkerut, ia ingin menanyakan sesuatu.

" Ta-tapi, bagaimana? Apa itu salah satu misi infitrate yang ada di video? Kau secara sengaja disusupkan ke wilayah pemberontak dengan identitas lain, dengan tujuan untuk menemukan kami dan mulai penyerangan ?" Kusuma mulai mendekat, nampaknya ia mulai tertarik dengan keberadaanku dan Belma, mereka mulai menunjukkan sikap kooperatif kembali.

" Yup, dan itu terlalu panjang jika aku ceritakan sekarang. Namun intinya, kita harus bisa mencapai kawasan tersembunyi, pusat dari segala tindakan pemberontakan. Tempat dimana segala hal yang kita butuhkan untuk menyebarkan propaganda berada. Mereka tengah menunggu kita, hanya kita tinggal mencari mereka." Jawabku panjang, aku tidak ingat beberapa detail namun gambaran umum itu aku harap mampu memberi mereka jawaban.

" Kita harus mengekstrak informasi otak mereka melalui proyeksi memori, alat itu harus kita pakai lagi. Namun, kita tidak memiliki cukup sumberdaya untuk melakukan proses pemanggilan memori untuk mereka berdua, pemakaian serum tidak cukup, kita harus melakukan penjajaran elektrik dan stimultan neuron agar mampu, dan juga sumber daya seperti yang aku katakan" Ucap seorang dengan berpakaian jas rumah sakit.

Aku mengerutkan dahi, berpikir. " Apakah memungkinkan hanya dilakukan proses untuk satu orang terlebih dahulu, seperti yang dikatakan di video jika Arvin memiliki data lokasi menuju ke markas pusat terpadu, disana kita bisa melakukan pemanggilan memori untuk diriku, disana pasti ada sumberdaya yang memadai."

Kusuma menatap Pria itu dengan sedikit berharap. " Menimbang efisiensi, kita bisa mengaktifkan prosedur itu kembali untuk satu orang. kita masih memiliki harapan."

Kusuma menghela nafas lega " Baiklah, Tuan Takamura tolong tunjukkan tempat tinggal untuk tamu penting kita ini, kita akan memulai proses ini besok pagi sekali, sekaligus melakukan persiapan untuk perjalanan ke markas terpadu, untuk hal transportasi aku mengandalkan Tuan Cole untuk menjadi pilot Heliodrone evakuasi kita, kita akan menggunakan kembali Hope dalam perjalanan ini, besok seluruh kota harus segera dievakuasi dan setelah mendapatkan konfirmasi dan terhubung, kita akan bermigrasi secara diam-diam menuju Markas terpadu. Untuk kalian berdua, kalian telah resmi menjadi anggota pemberontakan, semoga Tuhan menjaga jalan kita semua."

Pertemuan ini kemudian dibubarkan. Kami lalu digiring oleh Pria setengah Jepang ini ke tempat yang dimaksud oleh Kusuma, aku menduga itu adalah rumah hexagon dan benar mereka akan membawa kami masuk ke salah satu rumah tersebut. Dia membuat kami tinggal berdampingan. Aku bertanya perihal mengenai Vale dan dia mengatakan bahwa dia akan diurus dengan baik, begitupun dengan Maze.

Kami tidak pernah menduga akan bisa terjadi hal seperti ini, aku menanyakan lagi kapan aku bisa bertemu dengan Arvin dan mereka mengatakan bahwa mereka akan segera mempertemukanku dengan Arvin setelah beberapa pemeriksaan kesehatan. Namun untuk waktu ia tidak bisa memastikan. Baiklah, aku harus bersabar terlebih dahulu. Ia kemudian meninggalkan kami sendirian di rumah kecil ini.

Aku masuk ke unit rumahku, tidak banyak perabot yang ada disini, secara tidak sengaja aku melihat melalui jendela besar yang terpasang di dinding dan di seberang sana nampak Belma sedang melakukan sesuatu dengan beberapa perkakas. Ada rasa lega dan tenang, meskipun telinganya masih diperban, namun secara umum dia tetap terlihat baik-baik saja. Dalam keadaan yang lumayan sunyi itu, Sesuatu tiba-tiba berdenyut dan berbunyi di samping lengan seragam DFA kami, aku merapa lengan kiriku dan menemukan sebuah manik kecil entah datang darimana berkedip menunjukkan warna merah lalu selanjutnya tidak terjadi apapun. Dari seberang rumahku, Belma nampaknya mengalami hal yang sama. Kami saling menunjukkan benda berdenyut itu, berusaha mnyampaikan kebingungan melalui gerakan sebagai alat komunikasi. Kami sama-sama tidak tahu. karena sudah tidak bereaksi lagi, kami menaruh benda itu sembarang. Belma nampak lelah dan menunjukkan ekspresi hendak tidur, akupun mengalami rasa kantuk juga.

Kami memutuskan untuk tidur, namun rasa resah menyelimuti kami. Semoga semua aman dan baik-baik saja.

Tentang Ursulanda | dan bagaimana kami memenangkannya [ TAMAT ] [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang