[ Bagian 3 : Perjumpaan ]

18 1 0
                                    


Mobil kami kembali melaju. Aku harap darah para opas ini tidak mengkontaminasi ban kendaraan kami. Semuanya kembali normal, Vale nampak tenang menghadapi permasalahan ini, begitupun dengan Belma. Kami mulai memasuki gerbang besar yang membagi dinding-dinding besar Agni itu menjadi dua. Vale nampak terkejut, aku tebak dia baru pertama kalinya pergi ke tempat semacam ini. Aku bisa melihat ekspresinya saat dia melihat hamparan jalanan besar membelah gedung-gedung pengolahan gandum dan lahan-lahan berbentuk kotak berwarn hijau di distrik 5, yaitu distrik pertanian dan pengolahannya.

Total ada empat gerbang penanda distrik yang kami lewati. Sebelum kami melewati gerbang ke lima, sebuah SUV berwarna hitam nampak menepi laju kami. Ia membuka jendela mobil itu, kami juga melakukannya. Di dalam ada seorang laki-laki dengan perawakan besar dan berwajah mulus memberikan kode untuk mengikuti mereka, Vale mengangguk dan kami mengekor kendaraan tersebut, semakin melesak ke dalam kota hingga kami hampir sampai di Librium. Kami menjauhi fly over yang menuju ke Libirum dan pergi ke kawasan lain dibawah jalan ini yang lebih ramai, kami ternyata sudah berada di distrik 2, tempatku dahulu bekerja da tinggal sebagai Salasar. Aku memandang ke arah Perumahan di blok 22 tempatku tinggal, lantai ketiga dari gdung tersebut sudah menghitam dan nampaknya sedang diperbaiki, mereka ternyata benar-benar melakukan penghapusan total. Setelah melewati 2-3 belokan di sekitaran distrik, kendaraan kami telah mencapai sebuah lokasi yang tersembunyi di balik lima gedung besar yang merupakan apartemen tempat tinggal.

Kami memarkirkan kendaraan disana dan dia menyuruh kami untuk turun. Kami memasuki salah satu gedung apartemen tersebut, yang ternyata sudah tidak ditinggali, kaca-kaca nampak berlubang di sana sini dan tidak nyaman sekali untuk ditinggali. Pria ini membawa kami menuju ke bagian apartemen yang tidak memiliki apapun. Hanya sampah dan beberapa cat yang terkelupas yang membuatnya jadi sangat seram, atap langit-langitnya juga mendekati ambruk, mungkin sedikit sentakan saja, makan seluruh ruangan ini akan dipenuhi oleh reruntuhan dari langit-langit. Pria tersebut kemudian menyingkirkan beberapa sampah yang ada di lantai, meniupi debu yang sangat tebal disana. setelah dipastikan sedikit terbebas dari debu, lantai keramik ruangan ini sudah nampak, ada sebentuk pintu besi yang sedikit berkarat tertutup dengan sangat rapat disini.

Pria itu kemudian berusaha sekuat tenaga membuka pintu, namun karena kekurangan tenaga, Vale dan aku ikut membantu. Sedikit demi sedikit pintu ini akhirnya bisa dibuka.

" Sudah lama kami tidak memakai pintu akses ini, namun hanya ini yang aman dari pantauan kamera pengawas. Ayo lekas masuk." Satu per satu dari kami masuk ke dalam pintu ini karena hanya ada satu akses tangga yang dipasang disana. bau-bauan seperti air comberan segera menyambar dan menimbulkan kecurigaanku bahwa ini merupakan saluran pembuangan kota. Setelah sampai di dasar lubang, aku bisa melihat sungai berwarna hijau kehitam-hitama mengalir dengan sambutan bau yang nyaris tak tertahankan. Vale saja nyaris muntah mencium bebauan ini, namun pria besar ini tidak terpengaruh oleh bebauan ini, bahkan ia terlihat santai sambil menyalakan rokok yang dia bawa. Kami menuju ke lokasi di dekat persimpangan jalur air, Pria kaukasian nii membawa kami ke suatu ruangan yang nampaknya merupakan ruang kontrol untuk mengatur jalannya sistem pengairan di sini, namun kenyataannya lain.

Dibalik lemari yang berisi perkakas pemerinksaan saluran air, ada lubang besar yang nampak seperti pintu masuk menuju lokasi tersembunyi, digurat secara asal dengan teknik kikir yang sederhana. Lubang darurat ini menuju pada sistem perpipaan dan gas, dan disana kami disambut oleh tiga anggota dari kawasan ini.

" Selamat datang di pos Libirum, sisanya maksudku, kami sudah menunggu kedatangan kalian."

Vale langsung menyambar tangan orang ini, lalu mereka berpelukan. Kami melakukan hal yang sama, lalu perjalan kami dilanjutkan. Mereka memandu kami menuju sudut-sudut terdalam dari jalur-jalur pipa ini, mungkin tujuannya agar tidak mudah diakses oleh para opas jika seandainya tempat ini juga berhasil diketahui. Mereka membawa kami ke sebuah pintu, yang kemudian membuat kami tercengang sekaligus takjub dengan desainnya. Yang kami lihat selanjutnya dari balik pintu sangat kontra dengan zona-zona yang lain, ruangan ini nampak seperti hangar pesawat berukuran super besar dengan blok-blok rumah yang dapat dihuni. Bagaimana tempat sebesar ini tidak ada yang tahu?

Tentang Ursulanda | dan bagaimana kami memenangkannya [ TAMAT ] [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang