[ Bagian 4 : Pelarian ]

22 0 0
                                    

Ruangan yang tadinya rame oleh suara orang teriak kini sudah senyap, meski suara mesin-mesin komputer masih berdengung rendah di dalamnya. Dari balik jendela pintu yang bulat, aku bisa melihat orang-orang itu terkapar tak sadarkan diri. Belma kemudian masuk setelah aku memberi kode aman, dia melangkah dengan sangat hati-hati lalu menuju ke seseorang dengan pakaian berwarna biru bergaris putih yang terlelap di atas kursi dengan komputer akrilik yang masih menyala terang. Dalam langkah yang sangat berhati-hati, aku memperhatikan bagaimana ia melakukan itu semua dengan langkah yang sangat halus lagi lembut, membuat agak merinding saat melihat hal itu. Aku melihat gerakannya juga berangsur pelan, dari balik kaca ini semua nampak jelas, ia dengan penuh kehati-hatian menarik sesuatu berwarna putih kebiruan, lalu menunjukkan benda itu padaku yang masih menatapnya setengah-setengah dari balik pintu. Ada perasaan lega yang aku dapatkan ketika benda tersebut sudah berpindah ke tangan Belma, dengan perlahan namun pasti dia membawa dirinya dan benda itu ke luar dari ruangan.

" Kita mendapatkannya!" bisik Belma. Saat ia sepenuhnya keluar dari ruangan itu, aku menutup pintu ruangan dengan amat sangat berhati-hati, nyaris tidak bersuara. Baru setelah benar-benar tertutup, aku menghela nafas lega. Belma menunjukkan benda itu padaku, ada satu nama tercetak di sisi lain kartu, ia agak berkilat dengan lapisan hologram yang memendarkan cahaya saat lampu lorong mengenainya.

" Bagus, satu langkah lagi atau tidak sama sekali!" Aku mengatakan itu untuk membangkitkan semangat.

Dua langkah kaki kami terdengar di sepanjang lorong menuju ke gerbang utama, sesuai dengan rencana, kami akan pergi melalui gerang utama karena itu satus-satunya akses yang aman, tempat itu merupakan hangar utama untuk seluruh kendaraan-kendaraan yang dipakai saat operasi, sejauh yang aku ingat, setiap bulan ada saja jenis kendaraan baru yang kami pakai untuk efesiensi, selain itu ini merupakan pusat kesibukkan dan terminal utama untuk arus keluar masuk di fasilitas. Sehingga pemandangan puluhan kendaraan dengan kontainer-kontainer ikut meramaikan hangar utama ini. Aku mencoba menaiki satu kendaraan yang nampaknya berbeda, dan aku rasa ini akan menjadi teman perjalanan yang hebat. Aku memilih sebuah Jeep besar dengan enam roda. Saat aku hendak memutar kunci kendaraan yang tergantung di sana, Belma langsung memanggilku agak keras, hingga rasanya seluruh ruangan ini bergema karena suaranya.

" Kita tidak akan menggunakan kendaraan apapun untuk kesana!" ucap Belma sambil menatapku kesal.

" Kenapa? Jauh lebih cepat memakai kendaraan, bukan?" Aku menolehkan kepala dari balik kemudi, melihat Belma yang memintaku lebih serius dengan tatapannya. Apa yang salah, aku serius menjalankan misi ini?

" Apa kau gila, apa yang akan terjadi jika ada salah satu kendaraan mereka yang hilang dan terlihat jelas melalui CCTV? Apa kau ingin tertangkap dan kembali menjadi Avatar?" Belma menatapku dengan rasa kesal, dan otakku yang lambat ini baru paham akan perkataan Belma.

" Bagaimana aku melupakan hal penting itu?, Maaf aku terlalu terobsesi dengan benda-benda ini." Aku lantas turun dari mobil dengan tinggi hampir dua kali tinggi diriku itu dan mengekor pada Belma yang mulai nampak dominan. Kami berjalan agak cepat dan menunduk diantara mobil-mobil agar kami tidak terdeteksi kamera pengawas. Langkah kami sangat mulus, hingga kami memasukkan kartu Bypass itu di mesin pembaca. Begitu pintu dibuka, udara dingin dini hari kembali aku rasakan, kami bersama-sama keluar dari ruangan itu, bersama-sama menahan rasa dingin dan apa yang akan kami temukan suatu saat nanti. meski sudah berkali-kali keluar dari gedung berbentuk seperti kerucut ini, namun rasanya seperti pertama kalinya pergi kemari. Dalam dinginnya suhu Wilayah Koloni pada dini hari tersebut, kaki-kaki mulai melangkah, menuruni bukit menuju ke tempat dimana semua kami akan menuju, kumpulan rumah yang mengikuti kontur perbukitan, bagaikan ombak. Tempat itu adalah New Land. Disanalah langkah kami selanjutnya akan dimulai.

***

Ini adalah perjalanan paling nekat yang pernah aku rasakan, aku tidak tahu apa yang dipikirkan oleh Belma namun ide melalui jalur hutan untuk menuju ke New land tidak sepenuhnya baik. Namun, setelah alarm peringatan dan terbangnya puluhan Drone dan Heliodrone dari puncak komando gedung DFA, ide bersembunyi di hutan adalah brilian. Kami memasuki hutan dengan sangat tergesa, meskipun sudah dinyatakan aman dari binatang buas, pohon-pohon pinus yang menjulang tinggi ini nampak menakutkan. Aku masih mengekor di belakang Belma yang berlari seperti babi hutan. Usahaku untuk mengejarnya selalu kandas, dia terlalu gesit untuk ukuran seorang wanita.

Ia dengan tiba-tiba berhenti, aku nyaris menubruknya jika saja ia tidak menjegal dadaku agar tidak bertabrakan. Dia menatap pada sebuah reruntuhan gedung berlumut.

" Sebaiknya kita bersembunyi dan istirahat disana, terlalu beresiko jika terus berlarian di dalam hutan. Beberapa Drone nampaknya mulai menyisir ke dalam hutan." Ucap Belma dengan napas menderu.

Aku mengangguk setuju dengan ide Belma, kami berdua lalu menuju ke gedung berlumut tersebut. Merasakan angin dingin mulai menggelitiki tengkuk, kami sadar bahwa ada Heliodrone besar yang sedang mendekat. Suara mereka seperti sekawanan lebah yang semakin lama semakin mendekat. Kami mempercepat langkah kami dan segera memasuki ruangan yang dipenuhi dedaunan dan bau jamur itu.

" Aku rasa mereka tidak akan menemukan kita, aktifkan pelindung panas di pakaianmu." Ucap Belma, aku awalnya kebingungan, namun setelah melihat Belma menyentuh sesuatu di balik lengan sebelah kanan pakaian hitam yang ia pakai, aku mengikuti yang dia lakukan. Aku merasakan sesuatu yang nampak membulat dan halus, aku menyentuh benda tersebut dan merasakan sesuatu yang dingn seakan-akan menyelimutiku.

" Ini dingin" eluhku, disaat cuaca sedingin ini, mode rahasia pakaian ini membuat tanganku terasa sedingin es.

" Tenanglah, tidak akan berlangsung lama. Itu adalah mekanisme pertahanan tubuhmu, segera setelah tubuhmu bisa menyesuaikan kau akan kembali merasakan hangat. Meskipun melalui sensor panas kau tidak akan terdeteksi karena pelindung panas memblok aliran panas keluar dari tubuh dan memancarkan pola yang mengacaukan kamera bersensor panas untuk mendeteksi panas kita" Belma memeluk tubuhnya sendiri di balik jendela yang tinggal separuh itu, aku berada di seberangnya, menatapnya yang mulai merasakan kenyamanan.

" Akan lebih baik jika kita tidur, kau perlu istirahat Belma, kita seharian belum tertidur. Nanti saat matahari mulai nampak aku akan membangunkanku." Aku menghembuskan udara hangat ke telapak tanganku.

Belma nampaknya tidak protes, dia mengangguk sejenak dan mulai membentuk postur membungkuk. Dalam beberapa menit aku bisa melihatnya terlelap, jelas nampak dari bagaimana ia bernapas.

Sepanjang malam itu, entah kenapa rasanya berbeda menatap Belma sedang tetidur, damai dan tenang dan hanya ada kami berdua. Perlahan-lahan, mataku tidak mampu bertahan, dini hari itu aku juga jatuh terlelap. Tenggelam dalam mimpi konyolku berlarian mengejar kawanan tupai.

Tentang Ursulanda | dan bagaimana kami memenangkannya [ TAMAT ] [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang