Aku ingat, bahwa seluruh masa hidupku banyak dihabiskan ditempat ini, ruangan bercat marron kecoklatan ini membawa banyak kenangan. Lantai berlapis karpet beludru dan kursi-kursi kayu menunjukkan kualitas hidupku. ada lemari besar dipenuhi buku-buku, kaca besar dengan hologram panorama laut lepas, ada suara lembut air menggulum serta banyak foto-foto tentang aku, ayahku dan kedua anak nya serta banyak pemandangan-pemandangan alam dan lukisan-lukisan dari dunia lama. Seleraku mungkin terasa janggal bagi orang kebanyakan, apalagi di era dimana kertas dan buku adalah benda kuno dan usang yang patut dimuseumkan.
Namun, aku tidak bisa menolak jika aku merasa nyaman dengan semua aroma ini, dengan suasana ini. satu satunya tempatku bisa merasakan segala hormon pembawa kebahagiaan memanjakan kepalaku dan pikiranku. Ini adalah tempatku bekerja, bermain dan melonggarkan pikiranku dari segala kepenatan. Rasanya sangat nostalgik, penuh kedamaian dan ketenangan. Bahkan ada satu memori tentang seseorang lain yang benar-benar pernah hidup disini, tinggal disini. sesosok anak laki-laki yang memiliki hubungan begitu dekat denganku. Aku menyusuri seluruh ruangan ini, mencoba mencari jejak-jejak memori tentang seorang anak remaja tersebut. Namun, sepanjang aku mencari, tak ada jejak yang aku temukan.
Anak itu, seperti menghilang begitu saja
Seluruh jawabanku sepertinya mengarah pada satu benda, sebuah foto satu satunya yang tersimpan di dalam buku yang hampir saja aku baca untuk menghilangkan rasa penat dan frustasi mencari eksistensi anak tersebut. Itu adalah foto polaroid antara aku dan seorang anak bermata kebiruan yang sangat familiar. Ada sebuah nama yang tiba tiba muncul bersamaan dengan rasa dingin yang kembali merajai kepala, nama itu adalah Arvin. Aku mengulang nama itu selama 3 kali dan terus melakukannya. Ada sesuatu yang mengganjal tentang dirinya, aku membalik kertas tersebut dan ada kalimat yang dituliskan tangan.
Rak buku, 23B-5
Ia ditulis dari pulpen hitam dengan gurat tulisan yang agaknya ditulis terburu-buru. Tidak ada unsur titik dan setiap huruf terhubung satu sama lain, seluruh kata terjalin dalam satu kali goresan pena. Aku menyentuhnya, mencoba merasakan setiap guratan tersebut, dan setiap inchi dari tekstur yang aku rasakan membuat kepalaku terasa disiram es, visi-visi itu kembali muncul.
Aku dapati diriku bernapas memburu, ada rasa terancam yang begitu kental, aku tidak lagi merasakan suasana yang damai dan tenang. Bahkan, lukisan dan alunan musik klasik tidak membawaku pada ketenangan seperti biasa. Aku menulis dengan terburu-buru, aku tatap wajah yang ada di pigura tersebut, merasa gagal bahwa mungkin aku akan menghilang selama waktu yang tidak ditentukan. Diwaktu itu aku merasa begitu frustasi, pikiranku penuh dengan beban dan pertimbangan. Lalu, dengan napas yang memburu dan tegang aku menuliskan kalimat tersebut.
Rak Buku 23B-5.
Napasku mereda, dan aku menengadahkan kepala ke langit-langit. Mengusap wajahku asal, berharap semoga yang aku lakukan dapat berjalan dengan sempurna.
Kepalaku kembali berdenyut, semburan ingatan itu membuat tidak nyaman namun sangat diperlukan. Catatan ini adalah semacam kode, ataupun alamat tempat di mana aku akan mendapatkan sebuah rahasia. Catatan ini bisa jadi mengarahkanku apa yang sebenarnya terjadi, apa yang sebenarnya terjadi pada Silas di masa lalu? Dan juga apa hubungannya dengan Arvin. Anak yang ada di foto tersebut.
Mendadak, kepalaku buntu. Aku butuh jawaban, dan aku menginginkan itu. ada yang mereka rahasiakan. Maverick, adikku Gardy dan Ayah sepertinya menyimpan sesuatu yang harusnya aku ketahui. Seluruh hal ini membuatku buntu, semuanya membuatku frustasi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Ursulanda | dan bagaimana kami memenangkannya [ TAMAT ] [Revisi]
Ciencia FicciónKisah-kisah lama telah hilang, dunia berganti pada lembaran baru. Tanah-tanah hijau itu jadi saksi dari tumbuhnya Tirani baru yang merongrong di era kebangkitan umat manusia. Jauh setelah gempa besar dan perang nuklir, segelintir umat manusia mulai...