Bab 6 ǁ Sulit Dipercaya

21.6K 1.9K 39
                                    

"Apa? Diantar Chef Haikal?" Gita tidak percaya dengan cerita singkat yang baru saja sampai di indra pendengarannya.

"Aku benar-benar lupa kalau bawa mobil." Valerie kembali kesal sendiri. Ia menjambak rambut tergerainya sambil berjalan, lalu duduk di pinggir kasur menghadap jendela. Gara-gara melihat dia. Ia melanjutkan ucapan sekadar dalam hati karena tidak mau Gita tahu. Nanti setelah mendapatkan informasi yang jelas, barulah dirinya bisa cerita secara gamblang pada Gita.

Tadi Valerie memang sempat menolak dan berjalan meninggalkan Haikal lebih dulu. Ia ingin meneruskan melamun dan belum berniat ingin sampai rumah tepat waktu. Sosok laki-laki di lantai 37 tadi masih mengusik benak. Namun, atasannya tersebut ternyata belum jalan dan menyusulnya. Bertanya sekali lagi untuk pulang bersama.

Valerie menolak untuk kedua kalinya, tetapi berkata 180 derajat di beberapa detik berikutnya. Jujur saja, ia tidak ingin repot-repot menaiki angkutan umum di jam malam seperti ini.

Perempuan yang satu rumah dengannya sejak kecelakaan yang merenggut kedua orang tuanya menatap setengah tidak percaya. Ia memutar badan menghadap Valerie. "Tidak mungkin Chef Haikal menawarimu tumpangan begitu saja, Val."

Gita sudah tiga tahun bekerja sebagai pramusaji di Restoran Jhoae Delico yang berada di dua lantai teratas hotel di mana Valerie bekerja. Selama itu juga, ia kerap mendengar banyak gosip, termasuk tentang Haikal yang terkenal dingin dan tidak mudah menawari bantuan. Ia juga mendengar bahwa Haikal adalah chef yang paling jarang benar-benar memarahi bawahan meskipun sering menegur. Jadi, dirinya cukup tahu bagaimana sosok laki-laki tersebut meskipun tidak berinteraksi langsung.

Valerie menjatuhkan tangan di atas paha. Ia menoleh ke kiri dan memamerkan deretan gigi putihnya. Sebuah pukulan guling mendarat tepat di belakang kepala. Membuatnya mengaduh, lalu menatap Gita tidak terima dan berseru, "Gita!"

"Apa yang membuatnya mau menawarimu tumpangan?" Perempuan yang rambutnya tidak selebat milik Valerie itu melemparkan tatapan selidik.

"Itu tidak terencana. Kami hanya berpapasan di jalan. Aku sedang jalan kaki, lalu dia membunyikan klakson secara tiba-tiba. Kemudian, yang terjadi adalah aku menendangnya begitu saja karena terlalu kaget," jelas Valerie tegas, lalu menambahkan dengan berkata, "Tidak sengaja."

Rahang bawah Gita turun beberapa sentimeter. "Kamu gila!" Kali ini ia memukul Valerie menggunakan tangan sendiri di punggung. "Sudah berulang kali aku ingatkan untuk tidak melamun di sembarang tempat, apalagi di tempat kerja. Ampun deh!"

Valerie mencebik kesal. Ia juga tidak ingin itu terjadi, tetapi sistem geraknya merespons dan memberikan umpan balik secara impulsif. Entah apa yang salah hingga membuatnya memiliki kebiasaan buruk untuk memukul atau bahkan menendang ketika kaget akibat melamun.

"Dia tidak gegar otak hanya karena kamu tendang, kan? Bisa-bisanya dia menawarimu tumpangan. Padahal, dia jadi sakit karena ulahmu," cecar Gita.

Valerie menoleh dan menatap malas pada sahabatnya. Ia merasa seperti seorang tersangka kekerasan. "Untungnya dia baik-baik saja, oke?"

"Kamu harus lebih mengontrol diri kalau tidak mau tamat sebelum waktunya, Val!" saran Gita. Ia mengubah posisi menjadi berbaring, lalu menarik selimut yang sebagian diduduki Valerie.

Kejadian yang menimpa Valerie hari ini memang terdengar luar biasa di telinga Gita. Mulai dari pihak manajemen yang tiba-tiba muncul, Valerie dipanggil Haikal ke ruangan, lalu pertemuan mereka di jalan.

Baiklah! Sebenarnya, ketiga hal tersebut terdengar biasa saja sampai pada akhirnya pertemuan mengejutkan itu membuat Valerie mengeluarkan se-ra-ngan. Gita yang tahu detail kejadian hari ini—dari pagi sampai pulang kerja—jadi gemas dan geleng-geleng kepala. Sahabatnya itu terlalu galak, tetapi juga bodoh karena tidak tahu tempat yang tepat untuk menyalurkan pendapat.

Tasteless ProposalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang