Bab 27 ǁ Menjadi Rahasia Bersama

10.7K 1.1K 24
                                    

Haikal menghentikan kunyahan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Haikal menghentikan kunyahan. Ia melirik Adnan dan menoleh ke perempuan di sisi kirinya. Menilai raut wajah itu, kakinya menyenggol kaki Valerie memberikan sebuah isyarat. Ia berharap otak Valerie kali ini berjalan benar secepat kilat.

"Eh, oh! Ssssh, ini memang pedas!" tukasnya setelah sepersekian detik diam, kemudian dengan cepat menambahkan, "Eh, tapi aku memang tahan pedas kok!"

Haikal diam-diam menghela napas lega, lalu kembali melanjutkan makan seolah-olah ia tidak menyimak apa yang mereka berdua obrolkan.

Dito yang duduk sendiri di ujung meja memicing. Wajah Valerie tidak memerah dan matanya tidak berair. Ia ragu dengan raut dan ucapan gadis itu yang menurutnya tidak selaras.

"Wajahmu sama sekali tidak memperlihatkan orang kepedasan." Dito menuding menggunakan sepasang sumpit putih.

Haikal meneguk es jeruknya hingga tandas. Ia menghela napas jemu hanya mendengar satu kalimat itu.

"Bukannya itu bagus?" Valerie menanggapi dengan menaikkan kedua alis. Senyum tipis menghias wajah putihnya meskipun otot tegang di leher tidak luput dari mata elang Haikal.

"Habiskan saja kalau kamu memang tahan!" titah Haikal sarat sebuah maksud seraya melirik mangkuk Valerie. Ia tidak sadar mendapat tatapan curiga dari Dito.

"Ada yang aneh ...." Gumam Dito sengaja menyindir.

Haikal meletakkan sumpit di atas mangkuk. Selera makannya hilang sudah. Ia menilik tajam Dito. "Apa maksudmu?" tanyanya dengan suara rendah.

Sosok tersebut menatap Valerie dan laki-laki yang lebih muda tiga bulan darinya itu bergantian. Rasa curiga makin melambung ketika benar-benar menyadari tidak ada perubahan di air muka Valerie.

"Valerie, apa kamu benar-benar tahu seberapa pedasnya ini?" Pertanyaan Dito sarat interogasi.

Valerie tertegun. Wajahnya memutih seketika. Hatinya menangkap aura ancaman yang mulai menguar dan mengarah padanya.

Haikal berdeham keras hingga membuat mereka tahu ada sesuatu. Perhatian mereka bertiga pun tertuju padanya.

Adnan menatap lembut, tetapi penuh ingin tahu pada Valerie. "Val?" Karena menangkap ekspresi Valerie yang tidak normal, ia pun memanggilnya dengan suara lirih.

Hening beberapa detik. Valerie dan Haikal saling tatap, berkomunikasi sesaat lewat sorot mata.

"Ini rahasia. Kalau kalian membocorkannya, kita semua akan tamat." Haikal berkata serius. Tatapan tegasnya menyorot pasang demi pasang netra para rekan, kecuali Valerie. Hal itu membuat karisma kepemimpinannya mulai mempengaruhi mereka.

Maha yang tadinya masih bisa bersikap tenang jadi menegakkan punggung. Sementara itu, jantung Adnan dan Dito sudah berdentum lebih cepat.

"Lidah Valerie sebenarnya tidak bisa merespons rasa lagi."

Ucapan tersebut seperti sebuah putusan hakim agung bagi ketiga laki-laki itu. Namun, terdengar seperti sebuah dakwaan bagi Valerie. Kini semua pasang mata yang baru mengetahui menatapnya tidak percaya dengan iba tersamar.

"Kamu gila!" Dito memelotot pada Haikal.

"Val—"

"Itu benar. Chef Haikal sudah cukup lama tahu." Valerie buru-buru memotong ucapan Adnan. Ia melirik Haikal yang air mukanya hanya dapat ditangkap dari sisi samping wajah.

"Kalian berdua gila, terutama kamu, Kal," gerutu Dito dengan menatap tajam pada Valerie dan Haikal bergantian.

Haikal membalas tatapan itu dengan dingin sesaat, lalu berucap, "Karena kalian sudah tahu, artinya ini menjadi rahasia bersama." Haikal menajamkan tatapan pada Dito dan menekan kata per kata. Ia mengabaikan ejekan Dito.

Maha yang lebih dulu bereaksi dapat menerima. Ia menghela napas panjang, lalu mengangguk pelan tanda mengerti. "Aku harap, rahasia ini terkunci sebatas kita. Kalau bocor, kita semua akan kena imbasnya, apalagi kalau pimpinan mendengar. Ini semua demi kebaikan bersama, jadi mulai saat ini kita harus membantu Valerie. Tidak terkecuali ...."

Dito melirik Maha yang bertutur panjang lebar. Ia tahu kalimat menggantung itu tertuju untuknya. Mengumpat dalam hati karena mendorong mereka dalam kesialan, ia menatap sinis dan tajam Valerie.

"Jadi, kalian sudah saling bagi rahasia," gumam Adnan sambil tersenyum tipis.

Valerie sedikit menaikkan pandangan sementara Haikal menatap untuk tahu makna kalimat tersebut. Itu terdengar ambigu karena seperti sebuah pertanyaan atau juga pernyataan.

"Kamu terdengar seperti orang cemburu," celetuk Haikal tanpa peduli.

"Memang benar." Intonasi bicaranya yang di antara tanya dan berita itu kembali membuat Haikal menganalisis diam-diam.

"Kak, kamu itu harus tegas! Memberi tahu atau bertanya," cecar singkat laki-laki yang wajahnya paling kecil dari mereka seolah-olah tahu isi pikiran Haikal.

"Memberi tahu," jawab Adnan enteng. Ia menoleh ke arah Maha yang sedang menggeser tatapan dari dirinya ke Valerie.

Mengikuti kata hati, Valerie dan Haikal saling melempar pandang.

"Kalian benar-benar gila," keluh Dito gondok sambil geleng-geleng.

Atmosfer di sekitar mereka berubah menjadi tegang dan memanas. Valerie yang sudah menguncir rambutnya untuk mengurangi efek gerah akibat latihan tadi pun merasa ada sesuatu yang menyulut suhu tubuh.

"Kak?" Maha mematahkan garis kaku tak terlihat yang menyatukan titik netra antara Valerie-Adnan-Haikal. Ia menatap penuh mohon pada Dito dan berkata, "Aku tidak naif, jadi kami sangat mengharapkan kerja samamu, Kak."

Dito jelas tahu maksudnya. Ia sekali lagi melemparkan tatapan tidak suka pada Valerie yang kini sudah berbalik padanya. "Oke, tidak masalah selama dia bisa kerja dengan benar dan tidak mengacaukan. Terutama saat sedang menangani bagianku."

"Terima kasih." Maha memberikan senyum.

"Cepat habiskan! Aku sudah lelah." Haikal menginterupsi sebelum kembali melahap makanan.

Valerie dan yang lain pun menurut. Namun, topik itu kembali diungkit ketika baru beberapa detik berlalu.

"Ah, iya!" Dito menghentikan gerak jemarinya pada sumpit. Ia melihat orang di arah antara pukul 1 dan 2. "Pantas saja kemarin kamu yang mencicipi makanan. Ternyata benar kamu melindunginya."

Kalimat itu sukses membuat hati Adnan mencelus. Ia tidak terima Haikal melakukan hal yang ingin dilakukannya untuk Valerie.

Apakah Haikal juga menyimpan hati untuk Valerie? Ataukah itu hanya sebatas demi kepentingan pekerjaan? Adnan masih ragu akan penilaiannya.

________***_________
14.39 WIB, 17 Oktober 2023

Jeongmal bogosipo (karena nggak up berapa hari ini?),
Fiieureka

Tasteless ProposalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang