Valerie hampir cegukan melihat sebuah nama tidak terduga yang muncul di layar gawainya. Matanya melebar dan menatap tidak percaya sampai berulang-ulang membaca nama kontak si. Membuat Gita yang hampir selesai mengoles masker wajah beraroma cokelat mengalihkan arah pandang dari cermin rias oval panjang.
Perempuan berkaos abu-abu berbahan katun lengan panjang itu mengangkat punggung untuk mengambil posisi duduk dan sila di atas ranjang. Matanya berkedip cepat tiga kali untuk memastikan nama si pemanggil nyata.
"Napas, Val!" tegur Gita melihat wajah cengo itu.
Valerie memutar kepala ke arah Gita. "Git?"
Gita hanya menggumam dan menatapnya tanya.
"Chef Haikal telepon." Telunjuk kanannya mengarah pada benda menyala yang diangkat sebatas dagu.
"Ha?!" Gita buru-buru meletakkan mangkuk masker, lalu menggerakkan kedua tangan tanda menyuruh Valerie untuk segera menjawab.
Ucapan Haikal tempo hari di tangga yang melintas sekelebat membuat Valerie terserang gugup. Bibirnya maju 2 sentimeter untuk masuk-keluar udara. Ia berdeham, lalu menyentuh tombol hijau dan speaker supaya Gita juga dapat mendengarnya.
"Assalamualaikum?"
"Waalaikumsalam." Jeda 2 detik sebelum Valerie bertanya, "Ini Chef?" Ia belum percaya penuh karena ini adalah panggilan pertama Haikal padanya.
"Hm. Bagaimana pekerjaan hari ini?"
Valerie melirik punggung Gita yang kembali mengoles masker ke wajah seraya mendengkus.
Tidak bisakah Haikal berbasa-basi sebentar? Begitulah respons otak Gita saat mendengar suara Haikal.
Sekali lagi Valerie berdeham lirih. Rasa kesal melengserkan kegugupannya dengan cepat. "Kacau, Chef."
Selama 3 detik tidak ada sahutan dari seberang sana. Haikal tengah termenung.
"Kudengar, kamu dan Dito adu mulut," ungkapnya kemudian.
"Penginnya malah adu jotos, Chef. Teman Chef itu seperti kolesterol tinggi dan bikin saya kena hipertensi mendadak." Valerie mulai berapi-api.
Kali ini Haikal tidak segan-segan menarik kedua sudut bibirnya ke atas. Pasalnya, ia sedang di sebuah kamar rawat dan Valerie jelas tidak melihat ekspresinya. "Bagaimana tanganmu? Saya mendapat laporan kamu sampai harus ke klinik."
Benar, tadi Adnan langsung membawanya ke unit kesehatan hotel untuk memeriksakan luka itu. Valerie mendapat izin untuk tidak kembali ke kitchen di sisa jam kerja hari ini. Adnan yang sedang mengambil alih tugas Haikal pun tidak dapat leluasa menemaninya. Begitu keluar dari klinik, ia menemui Executive Chef untuk melapor sebatas kecelakaan kerja. Dirinya juga meminta orang middle shift datang lebih awal—saat jam berjalan menuju pukul 11.00 WIB—karena lalu lintas di kitchen akan tersendat akibat kekurangan orang meskipun itu hanya satu.
Namun, dirinya dikagetkan dengan kehadiran Gauzan dan Dito di office area ketika jam istirahat tiba. Ia dipanggil dan mereka berbicara enam mata. Rupanya, Lutfi menceritakan apa yang terjadi hingga membuat Dito berada di ruangan tersebut. Namun, tentu itu berbumbu alibi untuk menyembunyikan tentang indra perasa Valerie demi kelangsungan karier mereka semua.
Valerie mengangkat telapak tangan yang dimaksud. "Yaaa, katanya ini akan sedikit lama mengering."
"Ya sudah—"
"Kenapa Chef tadi tidak masuk? Chef sakit?" Valerie baru menyadari suara Haikal yang terdengar lemah.
Kembali tidak ada suara yang menembus mikrofon hingga beberapa detik berlalu.
"Saya sedang di rumah sakit—"
"Ha?! Chef sakit?" Valerie kembali memotong karena tidak sabaran. Seruannya membuat Gita menoleh cepat dan berjalan mendekat. "Jangan sampai sakit dong, Chef!"
"Valerie?" Haikal gemas dengan cerocosan itu.
"Ya, Chef!" tanggapnya seolah-olah sedang di medan kerja. "Chef ... Chef sakit apa? Kenapa bisa sampai di rumah sakit? Aduh, Chef, saya mohon jangan sampai sakit! Sehari tidak ada Chef, kitchen kacau. Agenda hari ini padat, Kak Dito berulah, dan Chef tidak masuk. Kak Adnan kewalahan, tahu?"
Haikal menaikkan alis lebatnya saat mendengar kalimat terakhir gadis itu. "Kamu sebenarnya mencemaskan saya atau Adnan?" tukasnya.
Valerie mengatupkan bibir rapat-rapat dan melirik tanya Gita. Hal itu membuat Gita balik menatapnya tanya. Ia meluruskan pandangan ke depan. "Saya lebih mencemaskan diri sendiri, Chef. Saya sakit begini lebih milih kerja sambil dipelototi Chef seharian deh daripada jadi sasaran singa hutan itu!"
"Kamu ini!" Haikal menahan kesal.
"Chef sakit apa? Terus sekarang ada di RS mana?"
Haikal melirik jam di pergelangan tangan kirinya yang baru menunjuk pukul 18.35 WIB. Sejujurnya, ada rasa kesal karena dua hari tidak melihat Valerie. "Apa kamu akan langsung ke sini kalau saya beri tahu?"
"Eh!" Valerie tertegun, lalu terdengar helaan napas panjang dari seberang telepon.
"Datang saja ke Royal Medika. Nanti ruangannya saya WA."
Usai telepon ditutup oleh Haikal, Valerie saling pandang dengan Gita yang maskernya mulai kering.
"Diabenaran sakit?" Gita mengungkapkan asumsinya. Sementara itu, ia melihat wajahValerie mencerminkan kecemasan.
_________***___________
08.39 WIB; 28 November 2023
Terima kasih atas apresiasinya,
Fiieureka
KAMU SEDANG MEMBACA
Tasteless Proposal
ChickLit® Shortlist Winner AIFIL 2023, reading list @WattpadChicklitID __________*___________*____________ Valerie mewujudkan mimpi menjadi chef, tetapi kejadian naas menimpanya dua tahun lalu. Dia kehilangan indra perasa sehingga terpaksa berhenti dari pr...