Bab 39 ǁ Tidak Peka

10K 1K 90
                                    

 "Val, kamu mau ke mana?!" Lutfi setengah berteriak begitu perempuan di sampingnya melesat pergi.

Adnan bergerak cepat menyusul Valerie. Dalam hitungan detik, dirinya berhasil mencegah perempuan itu. Ia menarik Valerie hingga tubuh mereka berhadapan. "Val!"

"Kak, aku harus mencegahnya sebelum Chef terkena masalah lebih banyak!" tukas Valerie spontan dengan suasana hati ketar-ketir.

Salah, ini salah! Kenapa Valerie justru mencemaskan Haikal?

Hal itulah yang langsung merasuki pikiran Adnan dan membuatnya terenyak. Ia melepaskan jemari dari lengan bawah Valerie perlahan.

Melihat adik angkatnya kembali melangkah menuju office area yang yakin hanya dua laki-laki itu di dalam sana, Lutfi menoleh cepat pada penjuru kitchen. Mengacungkan sauce pan dan menatap peringatan, ia berseru, "Teruskan pekerjaan dan tutup mulut kalau tidak mau kutampar dengan panci ini!"

Adnan menghela napas lelah mendengar ancaman itu. Sepertinya, hanya dirinya dan Maha yang masih dapat mengontrol emosi untuk tidak memperkeruh suasana kitchen.

Giliran Maha yang sejak tadi diam—karena lama berpikir—menyusul Valerie. Tiga meter dari pintu yang tertutup rapat, ia menarik perempuan itu untuk tidak masuk. "Val, berhenti!"

"Tidak!"

"Val, kamu masuk akan lebih membuat Dito emosi. Chef Haikal tidak seceroboh itu untuk melakukan hal bodoh tanpa perhitungan. Percaya padaku ...!" Laki-laki itu menatap Valerie penuh harap untuk didengarkan.

Perempuanberwajah kacau itu menyelidik ke iris mata cokelat gelap Maha. Ada keseriusanyang terpancar dan membuatnya mengangguk kecil tanpa suara.

Maha menghela napas lega dan tersenyum begitu melihat tatapan Valerie melemah—tidak menentangnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Maha menghela napas lega dan tersenyum begitu melihat tatapan Valerie melemah—tidak menentangnya. Ia menepuk pundak Valerie tanda terima kasih.

"Semuanya akan baik-baik saja," ucap Maha lembut.

"Aku mau ke toilet." Valerie mengangkat dan menghadapkan telapak tangan sehatnya pada Maha, lalu melepas chef hat.

Dua laki-laki yang masih memperhatikan Valerie dan Maha pun ikut menghela napas lega. Maha berhasil membujuknya dalam waktu singkat.

"Dia pasti akan menangis," gumam Lutfi iba. Matanya masih terarah pada punggung perempuan yang kuncir kudanya bergerak-gerak seiring langkah.

"Situasi memperburuknya," timpal Maha.

Adnan menatap pintu di mana Valerie menghilang beberapa detik lalu. Ia memikirkan hal terburuk tentang Radit yang kemungkinan besar tahu dari salah satu atau beberapa mulut di sini. Dan sebelum itu terjadi, entah apa yang bisa ia lakukan untuk membantu.

Ketika Valerie kembali, matanya berserobok dengan milik Haikal. Ia mengalihkan pandangan ke meja kerja Dito. Mengembuskan napas lega, ia bersyukur dalam hati karena apa yang ada di bayangannya tidak terjadi. Maksudnya, Haikal melampiaskan murka dengan memukul Dito. Kembali lagi menatap Haikal, ia dihadiahi sorot cemas yang diiringi senyum tipis.

Tasteless ProposalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang