Dua benturan keras dari benda berbahan stainless steel berbentuk baskom dan meja kerja menimbulkan suara nyaring di tengah kesibukan para penghuni kitchen. Hal itu membuat semua pasang mata menatap ke satu arah tersebut.
"Kamu chef atau bukan?!" sentak seorang laki-laki berambut hitam lebat nan klimis di balik hat chef-nya.
Valerie berjengit kaget karena kedua sumber itu ada di belakangnya. Ia membalikkan badan sempurna, lalu menatap tanya serta kesal. Memang apa yang baru saja dilakukannya?
Ada dua tombak berujung runcing yang seolah-olah keluar dari sepasang mata elang itu—mata yang mirip dengan Haikal. Kedua tangannya bertolak pinggang dengan angkuh. Namun, itu tidak menyurutkan nyali Valerie.
"Percuma sekolah kuliner di Australia kalau kamu tetap tidak tahu cara menilai rasa masakan!" hardiknya.
Ucapan tersebut membuat Valerie melongo. Hatinya mencelus ketika kata "rasa" keluar dari bibir Dito. Emosinya pun langsung tersulut. Ia meniru gaya Dito, lalu dengan lantang bertanya, "Apa salahku?"
Dito tersenyum sinis. Ia menunjuk sisi kiri Valerie di mana terdapat wajan berisi cincangan daging ayam dan jamur berbumbu yang masih di atas kompor. Masakan tersebut akan digunakan untuk filling donat.
"Masak sesederhana itu saja kamu minta pendapat Lutfi untuk mencicipinya." Ia mengalihkan arah tunjuk pada laki-laki yang hari ini memakai ikat kepala hitam senada dengan apron dan berdiri di belakang Valerie. Ia lantas menggeser telunjuk tepat di depan wajah Valerie. "Rasa percaya dirimu sebagai chef mana?!"
Gemuruh panas di dada Valerie makin naik mendekati wajah. Mata cokelat terangnya mulai berkilat saat menatap si Boulanger. Cecaran itu membuatnya tidak terima.
Lutfi pun merasakan hal sama, tetapi masih bisa menanggapinya dengan santai. Ia menggeleng pelan, lalu menggeserl/ kaki satu langkah untuk lebih mendekat pada Dito. Namun, sebuah tangan menahan lengan kiri dan membuatnya berhenti. Menoleh, matanya menangkap sosok laki-laki yang lebih tinggi 2 sentimeter darinya. Orang itu memberi isyarat lewat tatapan untuk diam saja.
"Bantu saya membuat roll cake!" Tangan Haikal beralih pada lengan Valerie dan menariknya menjauh dari orang paling tempramen di kitchen ini.
Valerie melemparkan tatapan seperti ingin menerkam Dito hidup-hidup sebelum mengikuti langkah Haikal. Belum genap 3 jam mereka bekerja, tetapi emosinya sudah seperti gunung berapi.
"Lima menit lagi tuang adonan itu ke loyang!" Haikal memberikan instruksi. Ia mengendikkan dagu ke arah dough mixer berisi adonan beraroma pandan.
Valerie mengangguk, lalu berjalan menuju kulkas. Ia mengambil Tupperware berbentuk botol berisi penuh air galon. Rasa dingin menjalar di tubuh ketika beberapa tegukan mengalir ke pencernaan. Sekarang, dirinya dapat lebih tenang melanjutkan pekerjaan.
"Terima kasih, Chef," bisik Valerie setelah kembali dan berdiri di samping Haikal.
Laki-laki yang sedang memasang kertas roti sebagai alas loyang setinggi 3 sentimeter itu menoleh. Ia melihat Valerie menatapnya dan tersenyum senang. Dirinya tahu isi pikiran perempuan tersebut kurang dari 2 detik kemudian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tasteless Proposal
ChickLit® Shortlist Winner AIFIL 2023, reading list @WattpadChicklitID __________*___________*____________ Valerie mewujudkan mimpi menjadi chef, tetapi kejadian naas menimpanya dua tahun lalu. Dia kehilangan indra perasa sehingga terpaksa berhenti dari pr...