Bab 30 ǁ Salah Sebut Status

10.2K 1.1K 59
                                    

Darah Adnan ikut berdesir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Darah Adnan ikut berdesir. Ia melirik cemas Valerie yang tengah beradu pandang dengan Radit. Apa yang ada di benak Valerie—takut ketahuan—juga menghampirinya.

Perempuan tersebut memusatkan rasa cemas dan takutnya pada tangan kanan yang memerangkap benda kaca berisi minuman blue sea splash yang masih utuh. Dua rasa itu beradu kuat di dalam diri dan mengalir ke jemari seiring detik yang terasa lama berjalan, sehingga menambah kekuatan cengkeraman. Atmosfer luar-dalam yang muncul membuat Valerie juga memfokuskan pikiran pada benda berembun itu untuk menyalurkan ketakutan yang mendominasi.

Gelagat menegangkan itu tertangkap oleh indra penglihatan Haikal. Namun, ia diam saja karena tidak tahu situasi sebenarnya.

"Ahh! Valerie seka—"

"Valerie?!" pekik Adnan memotong ucapan Lutfi. Iris cokelat gelapnya menangkap objek berupa cairan dingin bergradasi biru, hijau, dan kuning yang keluar melewati pola retakan dalam genggaman Valerie.

Suara panik itu tidak membuat Valerie mengalihkan tatapan pada Radit semili pun. Darah segar nan hangat mulai mengalir lewat sela-sela jemari lentiknya. Menetes, cairan tersebut bercampur dengan mocktail yang sudah membanjiri meja. Rasa perih mulai menyergap, tetapi masih kalah dengan apa yang hatinya rasakan.

Adnan dengan gerakan cepat menjauhkan tangan perempuan berusia lebih muda satu setengah tahun darinya itu dari gelas. Aroma zat besi dan glukosa dari kedua jenis tadi bercampur dalam telapak hingga punggung tangan. Ia meringis nyeri melihat beberapa robekan ketika tangan Valerie menengadah. Cairan merah masih keluar dan nyaris menutupi kulit telapak.

Valerie menatap luka itu dengan mulut terkunci. Pedih makin menjalar, tetapi ia menahannya. Rasa itu hanya tercermin lewat sorot mata. Kali ini dirinya sungguh terluka luar-dalam.

Adnan dengan cepat menyambar berlembar-lembar tisu yang memang tersedia di setiap meja. Ia lantas menyeka luka itu dengan hati-hati.

"Val, ayo ke dokter!" Adnan menatap penuh kecemasan setelah menumpuk beberapa helai benda putih tipis itu di bagian luka. Ia kehilangan ketenangan melihat orang yang dicintainya dalam kondisi jauh dari kata baik-baik saja. Terlebih lagi dirinya tahu benar penyebab kekacauan tidak terduga ini.

Dalam detik-detik itu, laki-laki yang berdiri seorang diri karena menyambut Radit tidak dapat berkutik. Ia hanya menatap lelap dua manusia di hadapannya. Entah sedang lenyap ke mana jalan pikirannya.

"Kak, kain!" seru Maha hingga berhasil membuyarkan Lutfi.

"Ha, apa?" Lutfi menoleh ke kanan cepat.

"Berdiri, buruan!" Maha memaksa laki-laki itu menurut.

Meskipun masih bingung, Lutfi tetap mengangkat pantat hingga berdiri sempurna. Ia menoleh dan mengikuti arah gerak tangan laki-laki berkemeja hitam lengan panjang yang melapisi kaus putih. Dirinya tahu Maha mencari sesuatu yang penting.

Tasteless ProposalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang