Bab 36 || Ungkapan Mengejutkan Adnan

10.6K 1K 54
                                    

Jadi, apa?" desak Valerie tidak sabaran karena Haikal tidak kunjung menjawab pertanyaan tentang kehadiran Radit di rumah sakit.

Haikal mendongak dan mengisi rongga dada dengan banyak udara, kemudian berujar, "Apa lagi kalau bukan menjenguk kakak saya, Valerie? Mereka bekerja dalam satu perusahaan."

"Oh! Kirain ...," gumam Valerie menggantung.

"Begitu saja tanya."

Valerie berdecak kesal, tetapi dalam hati bersyukur. Pasalnya, itu ia lontarkan untuk mengenyahkan kecurigaan Haikal.

Haikal jelas tidak tahu bahwa Valerie adalah adik sahabat Noura. Ia sebatas tahu bahwa Valerie mengenal kakaknya itu sejak menjadi pelanggan Aboji ketika hak milik masih atas nama papanya Valerie. Itu pun baru tahu informasi tersebut semalam, mendengar langsung dari Noura.

Pemikiran Valerie buyar ketika mendengar seruan Haikal memanggil anak PKL yang baru saja menuang tepung ke bowl mixer. Haikal menunjuk sus yang sudah diisi custard dan menyuruh anak tersebut untuk memasukkannya ke lemari pendingin.

"Ya, Chef!" teriaknya, lalu bergegas menjalankan perintah.

"Chef, tolong gantikan sebentar! Saya mau ke toilet." Laki-laki yang sedang mengaduk adonan tepung hunkwe sedikit memutar badan ke Timur seraya melambaikan tangan kiri.

Haikal dan Valerie menoleh serempak. Haikal segera mengosongkan tangan, sedangkan Valerie menatap gemas.

"Ck, marsupilami pastry!"

Haikal yang mendengar pun menahan tarikan di sudut bibir. Tiga detik kemudian, mendekati Lutfi yang terlihat sudah tersiksa oleh panggilan alam.

Butuh setengah jam bagi Valerie menyelesaikan itu sendirian. Haikal tidak kembali membantu karena sibuk membuat puding.

"Sudah, biar aku saja," cegah Adnan pada perempuan yang siap dengan cake divider untuk memotong caramel cake.

"Tanganku baik-baik saja." Valerie mengangkat tangan yang menggenggam pegangan bundar berongga dua belas itu.

"Oke, oke." Adnan menekan lengan Valerie. Lima detik kemudian, ia mengungkapkan isi pikiran yang sejak pagi tadi mengganggu. "Val, apa kamu nyaman?"

"Ha?"

Adnan mulai mengiris stroberi. "Dito."

Valerie beroh ria setelah paham. Ia menatap cuek, lalu berujar, "Tiap pekerjaan pasti ada hal tidak menyenangkan, tapi over all aku nyaman."

"Apa kamu yakin?"

"Ya!" Valerie mengangguk mantap, kemudian kedua tangannya menekan alat itu setelah pas. Berhubung belum sembuh, ia menggunakan telapak kanan bagian bawah ibu jari. "Seperti kata Chef, kalian sudah seperti keluarga bagiku. Aku merasa menjadi chef sungguhan meskipun harus sembunyi dari Kak Radit dan juga menemukan keluarga baru di sini. Masalah Kak Dito itu tidak seberapa, aku terbantu dengan adanya kalian."

Adnan menghentikan irisan. Ia menatap iba Valerie dan menghela napas. Sebelum mengambil buah lagi, tangan kirinya menepuk-nepuk bahu Valerie. "Tenang, jajaran direksi seperti kakakmu tidak pernah menginjak dapur, jadi aman."

Valerie melemparkan senyum lebar dengan sorot penuh harap. Ia membalas tepukan itu pada lengan Adnan. "Semoga."

Adnan terkekeh-kekeh ketika matanya menangkap gerakan punggung tangan Valerie yang terbalut perban. Itu terlihat aneh, tetapi lucu.

Kedua lengan mereka yang menyilang belum benar-benar turun, Valerie berhenti. Bibirnya berubah ke garis lurus. Dari ekor mata, ia menangkap sosok laki-laki bermata elang tengah mengarahkan tatapan pada mereka.

"Chef memperhatikan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Chef memperhatikan." Ia menurunkan lengan dengan cepat karena tidak ingin kena tegur.

Adnan mengedarkan pandangan untuk menemukan orang yang dimaksud. "Memangnya kenapa?" tanyanya setelah melihat Haikal yang baru membuang tatapan ke lain arah.

"Entah," sahut Valerie begitu saja, kemudian mengambil satu loyang lain untuk dibagi. "Kak, Chef Haikal itu dulu bagaimana ketika Kakak baru mengenalnya?"

Pengalihan topik yang tiba-tiba itu membuat Adnan mengerutkan dahi. Ia yang belum sempat menargetkan mata pisau ke buah merah di telenan menyorot heran. "Kenapa bertanya?"

"Aku cuma mau tahu. Sepertinya, penilaianku padanya mulai berubah. Chef tidak sedingin itu." Valerie melirik Adnan dan mengulas senyum.

Pertanyaan itu membuat Adnan flashback pada beberapa hari terakhir ini. Mereka berdua terlihat makin dekat jika diingat-ingat kembali, apalagi setelah kejadian di Aboji.

"Ahh! Kamu mulai menyukainya, ya?"

"Tidak!" Valerie menyahut dengan cepat dan galak.

"Jangan menyukainya!" pinta Adnan cukup tenang setelah terdiam sedetik.

Valerie tergelak sejenak. "Aku biasa saja, Kak." Valerie meyakinkan. Entah untuk dirinya sendiri atau Adnan. "Lagi pula, memangnya kenapa kalau aku menyukai Chef?"

Adnan kembali menghentikan gerak pisau dan menatapnya intens. "Kamu tidak sadar, ya?"

Valerie membalasnya dengan tatapan santai.

"Aku cemburu." Tidak ada ragu atau gugup saat Adnan mengatakannya.

Wajah tenang dan tatapan serius itu merasuk ke hati Valerie. Ada apa ini? batinnya.

Detik selanjutnya, ia terkekeh-kekeh. "April mop masih kurang dari dua bulan lagi, Kak."

Adnan mengusap belakang kepala Valerie sambil melemparkan senyum. "Terserah ... aku sudah berkata jujur."

Perlakuan disertai nada bicara lembut itu membuat Valerie merapatkan bibir dan diam.


________***_________

09.27 WIB; 28 November 2023

Jeongmal gomawoyoooo,

Fiieureka

Tasteless ProposalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang