"Masih punya nyali datang rupanya," ejek Dito pada perempuan yang sedang memakai chef hat putih. Ia berdiri di samping Valerie persis.
Salah satu dari empat chef laki-laki yang sedang berkumpul bersama Valerie di dekat meja balas mencemooh, "Dasar netizen juragan cabe! Pindah ke hot kitchen saja mendingan sana!"
Kedua tangan Valerie mengepal di sisi tubuh. Ia menatap Dito menahan kesal. Suasana hatinya sedang kalut sejak menerima telepon dari Haikal kemarin sore. Perpanjangan cutinya tidak diterima dan diminta datang dengan chef uniform lengkap.
"Tidak bisa, ya, sehari saja Kak Dito tidak membeciku? Apa aku punya salah? Kalau ada, ngomong! Kak Dito laki-laki apa bukan sih? Gentle, jangan cuma nyinyir!" semprot Valerie berapi-api.
Suara berintonasi tinggi itu membuat semua penghuni pastry memusatkan pandangan padanya dengan serta merta. Karena belum mengenal baik, mereka yang shift malam sampai kaget menyaksikan keberanian Valerie berkata kasar pada Dito. Namun, juga tidak menyangkal akan rasa senang karena akhirnya ada yang tanpa gentar membalas mulut pedas Dito dengan begitu berani dan percaya diri.
Lutfi menoleh dan menyenggol lengan Maha menggunakan siku kiri. Matanya penuh binar karena puas melihat perempuan yang sudah dianggapnya sebagai adik sendiri itu meledakkan emosi pada target yang tepat.
"Waah! Bravo, Valerie!" serunya seperti orang tengah menyaksikan pertandingan sambil tepuk tangan tanpa peduli suasana.
Ucapan Valerie mendatangkan kobaran api di kedua mata Dito. Aura permusuhan menguar di sekelilingnya. Ia diam dan terus menatap Valerie. Tidak ada satu kata yang diucapkan karena memang jawabannya nihil. Dirinya hanya dapat menggaungkan alasan membenci Valerie dalam batin. Karena aku benci ada perempuan yang satu bagian denganku.
"Kenapa diam? Kak Dito tidak bisa jawab?" tantang Valerie.
Seperti yang sudah Lutfi ceritakan pada Valerie, Dito memiliki masalah dengan rekan kerja perempuan di masa lalu hingga memunculkan dendam. Lantas sekarang Dito lampiaskan dendam itu padanya yang kebetulan menjadi rekan kerja dengan sebuah disabilitas. Sekarang ia hanya berlagak bodoh—pura-pura tidak tahu apa pun tentang Dito. Dirinya merasa kasihan dengan Dito, tetapi kesal juga saat Dito melampiaskan kebenciannya itu padanya.
Namun, setelah berpikir ulang, Valerie sadar taste disorder-nya menjadi alasan lain yang memperkuat pelampiasan Dito. Ha, ia merasa hidupnya benar-benar miris!
"Sudah, Val." Adnan memegang kedua bahu Valerie dari belakang.
Valerie membuang wajah garangnya dan menghela napas panjang untuk sedikit mendapatkan ketenangan, kemudian memunggungi Dito dan berjalan ke kulkas. Ia mengaliri tenggorokan yang terasa gersang dengan rakus.
Haikal baru memasuki kitchen dan langsung mendekati kerumunan itu. Mereka segera membentuk dua baris di kedua sisi tubuhnya. Ia memberi titah singkat untuk semua anggota timnya ikut ke office.
Mereka berempat langsung bertanya-tanya dalam hati. Baru pertama kali ini mereka di-briefing Chef Gauzan di office. Jika dilihat dari air muka Haikal dan mengingat kejadian beberapa hari ini, mereka yakin ada hal penting bersifat tidak mengenakkan yang akan sampai ke telinga mereka.
***&***
Valerie seorang diri yang tidak penasaran. Sebab, kemarin Haikal sudah sempat mengingatkannya untuk mempersiapkan diri dan hati untuk apa yang akan disampaikan Gauzan hari ini. Seperti yang sudah-sudah, Haikal berkata akan melindunginya.
Jantung Valerie terasa meluruh dari rongga dada kala Chef Gauzan menyebut nama laki-laki yang sedarah dengannya. Seluruh tenaganya tersedot ke bawah begitu melihat sosok itu masuk. Haikal yang berdiri sekitar 1,5 meter di hadapan pun menangkap gelagat gentarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tasteless Proposal
ChickLit® Shortlist Winner AIFIL 2023, reading list @WattpadChicklitID __________*___________*____________ Valerie mewujudkan mimpi menjadi chef, tetapi kejadian naas menimpanya dua tahun lalu. Dia kehilangan indra perasa sehingga terpaksa berhenti dari pr...