Bab 57 ǁ Tidak Seperti Harapannya

11.1K 1K 16
                                    

Valerie sadar dirinya mulai goyah. Ia berpikir untuk mulai tidak peduli dengan permintaan maafnya. Lagi pula, benar apa yang Gita katakan—dirinya tidak bersalah. Namun, siap tinggal sendiri entah sampai kapan di rumah sebesar itu adalah konsekuensi atas pilihan tersebut dan itu tidaklah mudah.

Seorang laki-laki yang sedang melipat kedua tangan di depan dada dan berdiri menangkap kehadiran dua orang tersebut. Matanya berlari pada tangan Valerie yang memegang lengan Haikal. Pemandangan itu membuatnya tersenyum remeh.

Keduanya duduk berseberangan dengan Radit, sedangkan Noura berada di antara mereka. Ia duduk di kursi putih gading yang ada di ujung meja.

Radit memberi isyarat pada perempuan berblazer mustard itu untuk mulai pembicaraan lewat tatapan. Ia mendapat anggukan samar sebagai respons.

"Maaf, aku terpaksa mengganggu jam makan siang kalian karena keterbatasan waktu." Noura memperhatikan adiknya dan Valerie, lalu beralih pada Radit. "Juga termasuk kamu, Dit."

Radit mengibaskan tangan tanda tidak masalah seraya mengulas senyum.

Mata hitam Noura bergulir pada Valerie. Ia memberikan tatapan intens hingga membuat Valerie terserang kegugupan dan kebingungan secara perlahan.

"Dit, akan kujawab penasaranmu kenapa Valerie bisa sampai bekerja di sini," ujarnya tanpa memalingkan tatapan.

"Kak?" Valerie langsung menampakkan wajah tidak setuju. Ia tidak paham ke mana tujuan Noura setelah mengatakan hal tersebut.

"Aku akan mengatakan semuanya sebelum terlambat." Bibir berpoles lipstick merah cerah itu membentuk seulas senyum. Raut wajahnya menenangkan meskipun hal yang akan disampaikan mengandung kejutan.

"'Sebelum terlambat'?" kutip Valerie begitu lirih. Hanya Haikal yang menangkap suaranya.

Valerie mengamati raut wajah Noura dengan saksama. Bahkan ia sedikit menajamkan penglihatan dengan menyipit. Objek yang jatuh pada matanya mengeluarkan aura redup. Seiring detik berjalan, dirinya merasakan sesuatu yang tidak mengenakkan. Namun, tidak tahu apa itu.

Radit berdecak dan melirik sinis pada adiknya. Ia kemudian melihat arloji di tangan kiri yang terus berjalan. "Cepatlah! Waktu kita tidak banyak, Ra."

Noura menyatukan jemari di atas meja. Ia menatap kekasihnya begitu lembut. Ada senyum tipis yang terlukis, tetapi sorot mata mencerminkan sebaliknya—ia memendam luka. "Dit, saat Dellacato membuka lowongan sekitar lima bulan lalu, aku memberi tahu Valerie keberadaanmu di sini."

"Apa?" Mata tajam Radit berkilat tidak percaya.

"Aku sengaja berpesan pada seorang teman Valerie yang bekerja di sini untuk memberi tahu lowongan itu."

Ah! Radit langsung tahu jika orang itu adalah Gita.

"Aku sempat kecewa karena awalnya Valerie tidak berniat melamar di pastry meskipun ingin, tapi akhirnya aku punya ide. Dia tertarik setelah mengetahui kakaknya adalah salah satu pemilik Dellacato."

Radit sedikit memutar badan supaya menghadap pas ke Noura. Sedetik ia menatap Valerie yang memperhatikan mereka berdua dengan cemas, lalu beralih pada kekasihnya. "Ra, apa yang ada di pikiramu sih?"

Perempuan tersebut menyelipkan rambut ke belakang kedua telinga. Ia pun ikut sedikit memutar badan untuk lebih nyaman berbicara pada Radit.

"Aku harus membantu kalian supaya akur lagi." Noura mencoba menarik pengertian Radit.

"Kenapa harus?" tanya laki-laki itu penasaran. "Ini urusanku dengannya. Seharusnya kamu tidak perlu ikut campur."

"Ya ... karena aku peduli padamu," sahut Noura setelah berpikir sejenak. Kemudian, matanya bergerak cepat ke kanan-kiri sebelum berakhir di titik berupa sepasang netra di hadapan. "Dan supaya tidak terlambat."

Tasteless ProposalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang