Pagi ini kelas sangat ricuh,murid-murid yang berhamburan kesana kemari sungguh membuat siapapun yang menyaba masuk akan pening.
Melody tengah mengerjakan tugas Cerpennya yang belum sempat ia selesaikan sepulang sekolah kemarin.
Entah setan apa yang datang membuat Melody terlelap begitu saja,bahkan tidak sempat mengucap do'a sebelum tidur."Etdahh tip-x gue sini Mell!"
Seru Haidar"Sabar dong,gue salah nih! Astaga typo mulu sii ah" jawab Melody
"Lagian Mel,nulis tu ya santai-santai aja gausah buru-buru gitu kali"
"Gimana ga buru-buru si Dar,B.indo pelajaran pertama,tugasnya belom selesai,trs 10 menit lagi masuk. Gimana coba??" Pekik Melody.
"Bilang aja sama Bu Tuti,kemarin lo sakit,jdi ga sempet bikin"
"Ishh apadah,ntr kalo ketauan bohong gimana??"
"Yaudah lah terserah lo aja, tuh tugas juga ga akan selesai. Ya lo mau gamau harus bohong"
Melody terdiam mencerna kata-kata Haidar,ada benarnya juga, tugas tidak akan selesai kurang dari 10 menit.
*KRIIINGGGGG!!!*
Bel berbunyi dan seketika ruang kelas itu senyap,murid-murid sudah duduk diatas kursi masing-masing.
'mampus lo Mel belom kelar' gumam Melody kepada dirinya sendiri.
Tak butuh waktu lama,Bu Tutipun masuk dan mulai membuat jantung Melody berdetak kencang. Melody takut Bu Tuti akan memberi hukuman berdiri di tengah lapangan, merapikan perpus,ataupun membersihkan kamar mandi. Melody kali ini adalah Melody yang cemas.
"Keluarkan tugas cerpen kalian!,ibu ingin kalian bacakan di depan kelas" perintah Bu Tuti.
Siswa kelas mulai membuka bukunya, Bu Tuti pun menunjuk siswa untuk maju kedepan dan membacakan cerpen. Sebenarnya,cerpen bukan materi semester ini. Hanya saja Bu Tuti ingin melihat kemampuan murid dalam berimajinasi dan cara menyampaikannya di depan orang banyak.
"Melody,silahkan kedepan!" Seru Bu Tuti.
Deg.
Seketika Melody melemas,tetap terdiam tidak beranjak sama sekali dari kursi nya.
"Mel gimana?" Bisik Caca.
Melody hanya menggeleng lemah, keringat sudah memilih di pelipisnya.
"Kenapa kamu diam Melodyy!! Kamu ga ngerjain tugas yang saya berikan?!!" Tegas Bu Tuti.
"Ehhh itu bu,ss..saya lu--"
Baru saja Melody ingin menjawab,Haidar mencelak omongan Melody yang terdengar sangat gugup.
"Kemarin Melody sakit bu,jadi saya suruh istirahat,kebetulan saya yang anter dia kerumahnya ko Bu pas balik sekolah" jelas Haidar.
Bu Tuti diam,mencerna kata-kata Haidar,apakah benar atau hanya dibuat-buat?
"Loh Dar,perasaan kemarin gue liat Melody balik sama abang grab?" Kata Yuna,salah satu penghuni kelas 11 IPS 2 juga.
"Iya itu gue,kemaren gue pake jaket ijo sii,wajar aja kalo lu ngiranya gue ojek online hahaha" sahut Haidar.
Yuna benar,kemarin Melody pulang dengan ojek online tapi bukan Haidar namanya kalo tidak bisa nge-les atau mencari alasan.
"Baiklah,Melody silahkan ke perpustakaan,selesaikan cerpenmu lalu serahkan ke saya di jam pelajaran selanjutnya" titah Bu Tuti.
Melody ingin beranjak dari kursinya,tapi suara Haidar lagi-lagi menghancurkan keheningan kelas.
"Eeehhh tunggu Bu,masa Melody sendirian sih? Kasian Bu,udah badan kecil piyikk terus sendirian lagi,nanti dikira anak kecil nyangsang di Baksan lagi Bu." seru Haidar
"Gapapa Bu,saya bisa sendiri ko. Emang nih ya bu,Haidar tuh sok-sok an tau Bu,bentar lagi juga badannya menciut. Saya selalu doain supaya badan Haidar cepet menciut!" Jawab Melody ketus.
"Enak aja lo! Lo aja gih menciut,biar tambah kecilll!" Sahut Haidar.
"Sudahh!! Dari pada kalian ribut disini,lebih baik cepat pergi ke perpus! Melody dan Haidar keluar sekarang!" Seru Bu Tuti.
Seisi kelas terbahak,termasuk Caca dan Muntaz yang terlihat sangat girang.
"Ya Allah Ca,temen lo tuh" seru Muntaz.
"Maaf ya bapak,sebelumnya apa bapak belum pernah berteman dengan lelaki bernama Haidar?" Jawab Caca ala-ala teller di bank.
"Aduh apakah sebelumnya saya pernah amnesia? Ah! Bagaimana bisa saya melupakan semuanya?" Sahut Muntaz lantang penuh penjiwaan.
"Najiss amnesia nenek lo keriput nohh!!" Seru Caca.
Muntaz dan Caca pun terbahak,Bu Tuti sempat menegurnya. Untung saja tidak berakhir dikeluarkan dari kelas seperti Melody dan Haidar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melody ✓
Teen FictionSemua yang berawal indah apa harus berakhir nanar seperti ini? Langit yang tadinya cerah sekarang selalu mendung. Meski ribuan faktor memaksa Melody untuk selalu tertawa,hatinya tak pernah sebahagia itu. Melody Sevilia Arkeila, Gadis yang patah kare...