empatpuluh

41 3 0
                                    

Keempat sahabat itu kembali,tanpa hilangnya Melody. Keempatnya kini tengah membicarakan banyak hal di meja kantin. Meskipun ya Melody dan Haidar terlihat seperti orang yang baru kenal,tapi Caca dan Muntaz tetap mencoba mencairkan suasana.

"Oiya Mel,lo resmi tuh jadi anggota OSIS?" Tanya Muntaz.

Melody mengangguk semangat, "resmi dong,dari pada gue ga ada kerjaan kan."

Caca membelalak kaget.

"HAH? mau-maunya OSIS nerima anak brutal macam gini. Kak Fero ga pernah liat catatan guru si,seberapa buruknya si Melody kalo berperilaku." Cela Caca,

Melody segera menepuk bibir Caca yang comel minta ampun itu.

"Heh kutil! Sembarangan ya lo kalo ngomong,itu kan dulu. Sekarang mah udah jadi baik ko," sungut Melody.

Muntaz dan Haidar hanya tertawa melihat aksi Melody dan Caca yang tak pernah akur dalam segala hal.

Haidar memegang perutnya, "masih laper deh gue."

"Makan lah," Tutur Caca.

"Beli somay ah! Mel,mau??" Ucap Haidar sambil menatap Melody lekat-lekat.

Melody buru-buru menggelengkan kepalanya,"kenyang."

"Emang ya gitu,temen mah suka lupa kalo dia punya temen. Tuh liat,udah biarin aja,dia mah gadir." Tutur Muntaz.

Caca mengangguk setuju.

Haidar hanya meringis sambil menggaruk kepalanya.

.....

Melody membasuh wajahnya yang terlihat sangat kusut. Bagaimana tidak? Pelajaran matematika tadi hampir membuat seisi kelas ingin mati gantung diri saja. Ia mengeluarkan beberapa lembar tisu dari sakunya,lalu mengelap wajahnya yang basah agar kembali segar.

Kakinya melangkah keluar kamar mandi,belum ada sepuluh langkah kedepan langkahnya itu terhenti. Seseorang menahan lengan Melody, gadis itu menoleh dan mendapatkan soso Alexa disana.

"Gue mau ngomong Mel,"

Melody mendelik kesal, "Lo udah ngomong barusan."

"Mel,please."

"Taman deket rumah gue,jam 8 malem." Titah Melody.

"Emang gabisa sore?" Tanya Alexa.

"Jam segitu,atau ga sama sekali." Jawab Melody ketus,lalu segera pergi meninggalkan Alexa yang masih terdiam disana.

Sial! Alexa benar-benar menghancurkan mood-nya. Ah gadis itu memang selalu berhasil mengacak-ngacak hidup Melody.

Beberapa bulan ini,semuanya berjalan melonjak lalu membanting datar dan bahkan buruk sekalipun. Datangnya Haidar,perginya Haidar, kebenciannya terhadap Haidar, kembalinya Haidar,keragunnya untuk kembali merentangkan tangannya pada Haidar,mencoba menetralkan semua rasanya terhadap Haidar. Ah benar-benar! Ini semua tentang Haidar,sebegitu berpengaruhnya kah cinta dalam kelangsungan hidup seseorang?

.....

Sore ini Haidar kembali mengantar Melody pulang,entah sudah sekeras apa Melody mencoba menolak tawarannya,dan sekeras itu juga Haidar membujuknya. Besok,tepat 3 hari setelah kejadian Haidar memintanya kembali. harusnya keputusan itu memang diputuskan hari ini,agar Melody tidak berpikir keras esok hari. Tapi entahlah,ia masih menimbang-nimbang jawaban itu.

Jam dinding dikamarnya menunjukan pukul delapan kurang limabelas menit. Melody masih bermanja dengan kasur kesayangannya,serta memeluk erat gulingnya. Entah apa yang membuat Melody sebegini malasnya bertemu dengan Alexa,tapi ia menepis rasa malasnya. Gadis itu beranjak dari kasur dan mengganti pakaian nya, keluar  kamar dan mencari-cari dimana adanya sang Bunda.

Melody ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang