"Tapi Bun,Mel beneran serius mau kuliah disana." Cergah Melody.
Randy sudah angkat tangan dengan sikap keras kepala milik gadis yang satu ini. Bahkan Ayah dan Bunda sudah berkali-kali bilang tidak, karna Melody terlihat tidak serius dengan ucapannya dan juga karna Melody itu paling tidak bisa sendirian,hal itulah yang di khawatirkan.
Randy mengelus pelan punggung kecil itu,"dengerin Bunda Mel,ridho orang tua itu paling utama,kalo kamu maksain nanti jalan kamu ga akan mulus." Tuturnya sesantai mungkin.
Sedangkan Ariyan sedang mengurut keningnya,karna merasa pusing dengan tingkah Melody.
"Kamu tuh udah dewasa Mel, harusnya bisa bedain mana yang serius dan mana yang buat ngehindarin suatu hal. Ayah tau, kamu cari-cari alasan aja pengen kuliah disana,padahal cuma gamau dikekang-kekang sama orangtua kan?" Kata Ariyan.
Melody menggeleng,"nggak Yah, Mel mau cari suasana baru. Justru karna Mel udah dewasa itu berarti Mel udah bisa jaga diri sendiri."
"Mel,ga khawatir sama Bunda?" Tanya Delina.
"Ayah sering keluar kota,Bunda kan temennya kamu doang. Kalo bunda sakit siapa yang ngurus? Bunda ga ada temen cerita lagi nanti,bukannya Bunda ga mau kamu ngejar cita-cita Nak,tapi kamu juga bisa ambil disini. Dengerin Bunda ya??" Tutur Delina sambil menyeka air matanya yang turun.
Melody tidak berekpetasi kalau meminta izin berkuliah di Bandung akan jadi melow begini. Anak mana yang tega melihat ibunya menangis? Melarang anaknya pergi karna takut sendirian,jelas saja hati Melody luluh. Semua rencananya untuk tinggal di Bandung batal total,dirinya akan tetap disini bersama Bunda,
Ayah,Azka dan juga Randy.Melody memeluk erat Delina,"yahh Bunda jangan nangis dong,iyadeh Mel disini aja. Mel jagain Bunda kok,udah ya Bun jangan nangis.."
Randy tersenyum puas,ternyata tangis sang Bunda benar-benar kelemahan Melody. Gadis itu langsung membatalkan begitu saja setelah melihat Bundanya menangis, bahkan setelah berusaha membujuk mati-matian.
"Bunda ke kamar ya,Mel juga mau ke kamar." Kata Melody.
Baru saja Randy mengikuti langkah Melody menuju kamarnya,gadis itu berbalik dan membuat langkah Randy terhenti,
"Aku butuh waktu sendiri Ndy, ngerti kan?" Katanya lagi.
Randy mengangguk,dan melangkah menjauh.
Melody mengunci pintu kamarnya, Haidar benar-benar menghancurkan segalanya. Haidar benar-benar membuat dirinya menjadi tak karuan,tolong sampaikan pada Haidar bahwa dirinya tidak salah, bahwa dirinya tak berhak di salahkan. Rasanya Melody ingin menghilang dari muka bumi ini,agar semua berat di pundaknya juga turut hilang.
.......
Seorang gadis berjalan gagah menuju sebuah minimarket di sebrang kompleknya,dia benar-benar ingin melepaskan semua masalahnya,dia benar-benar ingin menyudahi semua kesulitannya. Mungkin setelah memakan es krim,sedihnya akan berkurang.
Gadis itu mengambil keranjang minimarket untuk menyimpan beberapa belanjaannya,lalu bersiap mengambil bayak es krim untuk dirinya dan Azka.
Saat sedang asik memilih eskrim,ada seseorang yang menepuk punggung kecil milik gadis mungil itu,
"Hai,Mel!" Sapanya.
Melody menengok dan terkejut,
"Eh,Lexa?" Tanya Melody linglung.
Ya,itu Alexa. Gadis yang akan hidup bersama Haidar nanti,gadis yang menjadi alasan mengapa dirinya memilih pergi,gadis yang mungkin jauh lebih bahagia dari Melody.
Melody tersenyum tulus,sangat tulus, membuat Alexa tersenyum lebar juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melody ✓
Teen FictionSemua yang berawal indah apa harus berakhir nanar seperti ini? Langit yang tadinya cerah sekarang selalu mendung. Meski ribuan faktor memaksa Melody untuk selalu tertawa,hatinya tak pernah sebahagia itu. Melody Sevilia Arkeila, Gadis yang patah kare...