Pagi ini kembali mendung,
hujan semalam membuat jalanan kota basah.
Burung yang masih mengantuk sudah mulai berkicau,
serta ayam jantan yang melantunkan lagunya untuk membangunkan manusia.Disisi lain,seorang gadis berjalan gontai menuju meja makan,
sudah siap dengan seragam dan tas mungil nya.Dia Melody Sevilia Arkeila.
Gadis yang sangat bersemangat datang kesekolah setelah libur kenaikan kelas.
Hari ini memang semangat,
tidak ada yang dapat memprediksi apa yang terjadi keesokan harinya....
"Melody,jangan buru-buru gitu makannya ihh" seru Delina ~ibunda tercinta Melody,dan adiknya Azka Dinata Arkahya.
"Hehe biar cepet bunda,Mel kan harus cari kursi yang pas dan paling simetris dari kanan-kiri,depan-belakang" jawab gadis itu.
"Yauda kamu berangkat pake grab aja ya? Bunda gabisa anter nih,Kerja pagi. Oiya,Azka nanti di titip di rumah nenek. Kalo kamu ga capek,pulang sekolah kamu jemput Azka ya?" Tanya Delina.
"Aduh bun,pasti Mel cape deh bunn,nanti Azka sama bunda aja ya pulangnya?kan cape bun berebutan kursi" jawab Melody memelas.
"kamu nih,belum juga pulang sekolah udah ngeluh aja capenya. Yauda berangkat sana,nanti kesiangan" tutur Delina.
"Ahh iya,yaudah bun Mel berangkat dulu. Byee Azka!! Kamel berangkat dulu yaa!!assalamualaikum!" Lanjut Melody seraya mencium tangan Delina,lalu berlambai kepada bocah berumur 3 tahun yang biasa menyebutnya 'Kamel'.
Harusnya memang 'Kak Mel',tapi apa daya sejak umur 1 tahun Azka sudah menggabungkan 2 kalimat terpisah itu menjadi 'kamel'. Melodypun pasrah dan menuruti panggilan adiknya.
...
Seperti yang Melody bilang,ia mendapatkan kursi simetris, yaitu kusri pojok kanan kelas. Tentu saja jauh dari meja guru,agar tidak tertangkap basah kalau bermimpi diatas meja,alias tidur.
"Nah,gue bilang apa Ca. Percaya aja sama gue! Biar gue yg cari kursi simetris,dapetkan?? Melody pinterr!!"
Seru Melody kepada Caca sahabatnya, yang kebelutan satu kelas lagi di kelas 11 ini."Iyasi Mel ini simetris,ya tapi kan kita jadi susah liat papan tulis. Lo ga sadar ini depannya si Muntaz sama Haidar? Badannya tinggi bener udeh kaya tiang bendera!!"
Jawab Caca berapi-api,seolah menyalahkan tinggi badan Muntaz dan Haidar."Ehh! Apa lo,dateng-dateng udah ngajak ribut aja. Salahin tuh si Melody ngapain duduk disitu,dan salahin diri lo sendiri!! PENDEKKK!!"
Pekik Muntaz dan mendapatkan kekehan dari Haidar,Caca yang mendengar kalimat itu tak kalah emosi."Ehh dengerin ya bambang! Suatu saat lo bakal berubah jadi kecil kecil kecillllllll bangettttt sekecil-kecilnya!!!
Ya Allah,kabulkan doa caca,amiin"
Sahut Caca sambil menunjuk wajah Muntaz yang tengah memicingkan matanya."Eh pendek! Lo kalo pendek ya pendek aja,gausah nyumpah-nyumpahin orang. Lagian sensian banget lo? Melody aja gamasalah tuh. Lonya aja ribettt! Kenapa si Tuhan nyiptain makhluk yang gada bagus-bagusnya bengini??"
"Kurang ajar lo ya? Lo mau gua keret di tiang bendera hah??! Udah jgn banyak bacot! Tukeran kursi,gua sama Melody di depan lo berdua."
Melody dan Haidar hanya menggelengkan kepala melihat sahabatnya masing-masing sudah beraksi dihari yang baru dimulai ini.
"Yaudah lah Mun,tukeran aja. Lo mau di amuk Caca?" Kali ini Haidar angkat bicara.
"Mun Mun aja lo! lo kira gue Mumun apa? Gabagus sama sekali panggilan lo dari dulu" jawab Muntaz ketus.
"Terus lo mau di panggil apa?? Yayang?"
"Anjir! Panggil aku siganteng"
"Najisss!! Biji mata lo ganteng! muke lo sama bol ayam aja masih cakepan bol ayam dikit"
Seketika tawa pecah dari mulut mereka berempat. Tingkah konyol Haidar dan Muntaz memang sudah terlihat dari awal masuk SMA Bakti Sarana,atau lebih sering di sebut Baksan.
Mulai dari bernyanyi dangdut di depan toilet perempuan,dan berujung terkena jitak Bu Nelly~guru Killer yang di takuti para siswa, Serta nobar liga bola di depan ruang piket dan goyang di tengah lapangan saat salah satu klub bola yang mereka gemari mencetak gol. Hal itu sering menjadi sorotan siswa Baksan, tak jarang siswa yang mengabadikam momen-momen tersebut dengan kamera ponselnya. Itu sebabnya mereka cukup dikenal di sekolah ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melody ✓
Fiksi RemajaSemua yang berawal indah apa harus berakhir nanar seperti ini? Langit yang tadinya cerah sekarang selalu mendung. Meski ribuan faktor memaksa Melody untuk selalu tertawa,hatinya tak pernah sebahagia itu. Melody Sevilia Arkeila, Gadis yang patah kare...