Hari pertama masuk sekolah berlalu sangat kacau. Omelan bu Nelly juga hukuman bersama Haidar,berhasil membuat mood Melody hari itu hancur berantakan. Belum lagi Haidar yang terus memperhatikan apapun yang Melody lakukan saat menjalani hukuman. Bukannya merasa geer atau bagaimana,cuma Melody merasa diintai dengan agen penculikan anak kemarin,siapa lagi kalau bukan Haidar?
Hari ini Melody kembali menyeret kakinya memasuki ruang kelas yang amat sangat memuakan. Belum lagi harus bertemu,si kurang ajar Haidar didalam sana. Suatu kesialan yang komplit bagi Melody.
Bel masuk berbunyi keras,membuat koridor yang semula ramai menjadi sepi seketika,karena murid-murid memilih memasuki kelasnya. Berbeda dengan Melody,matanya benar-benar sakit melihat si kurang ajar ini di depannya,ia segera beranjak pergi keluar kelas,meninggalkan ruangan yang benar-benar membuatnya ingin membanting seluruh meja dan kursi didalamnya.
"Woi anak moa! Mau kemana lo?!"
Teriakan Caca membuat Melody membalikan badannya. Mendapati tatapan penuh tanya dari Muntaz,Caca,dan juga Haidar pastinya.
"Cabut.Izinin gue." Tutur Melody ketus.
"Bel masuk baru bunyi Mel,udah mau cabut aja lo?" Kali ini Muntaz angkat bicara.
Berbeda dengan Haidar yang tetap diam menatap Melody dengan tatapan penuh harap agar gadis itu tidak meninggalkan kelas.
"Ada urusannya sama lo?" Tanya Melody sambil menaikan sebelah alisnya.
......
Melody masih setia duduk di pojok perpustakaan,dua jam pelajaran telah berakhir,itu berarti satu jam lagi istirahat,dan Melody berniat membolos sampai bel istirahat itu berbunyi.
Sudah empat buku kumpulan cerpen ia baca, terus mencoba mengalihkan pikirannya dari Haidar. Apa ini yang di sebut gagal move on? Pikiran-pikiran aneh terus menjalar ke satu titik dimana perasaan itu berasal, dan dimana perasaan itu singgah. Haidar,dan hatinya. Dua hal itu terus saja mengganggu pikirannya.
Tak lama,sepasang sepatu hitam berjalan menghampiri Melody. Sepatu model perempuan,itu berarti seorang perempuan menghampiri Melody.
Santai Mel,sepatunya masih napak. Berarti dia manusia,bukan kuntilanak.
Gumam Melody dalam Hati.
"Hai? Melody ya?"
Suara khas perempuan menyapa Melody dalam keheningan. Melody sontak mengangkat kepalanya, melihat si pemilik suara di depannya.
"Eh Ka Cecil?"
Cecilia,12 IPS 3,pengurus OSIS bagian Bendahara. Cantik dan menawan,tapi tegasnya tak perlu diragukan.
Cecil tersenyum manis dan duduk di hadapan Melody.
"Maaf ka,tapi sepatunya di lepas di luar." Tegur Melody.
"Oh iya lupa,bentar."
Cecil kembali beranjak keluar dan menaruh sepatunya di rak,kemudian kembali duduk di hadapan Melody.
"Udah lama? Saya kira bakalan kosong perpusnya,ternyata ada kamu." Kata Cecil.
Melody menutup bukunya,lalu mulai berbincang dengan gadis dihadapannya ini.
"Udah,dari jam pelajaran pertama. Tapi ka,please jangan hukum saya ya? Saya tau kakak pengurus osis,tapi tolong ya ka. Kemarin saya udah di suruh sapuin lapangan,masa sekarang mau di hukum lagi?" Tutur Melody dengan wajah memelas.
Cecil sedikit terkekeh,lalu mulai berbisik.
"Nggak deh,tapi ada syaratnya,"
Melody mengerutkan dahinya,
KAMU SEDANG MEMBACA
Melody ✓
Novela JuvenilSemua yang berawal indah apa harus berakhir nanar seperti ini? Langit yang tadinya cerah sekarang selalu mendung. Meski ribuan faktor memaksa Melody untuk selalu tertawa,hatinya tak pernah sebahagia itu. Melody Sevilia Arkeila, Gadis yang patah kare...