tigapuluh(1)

36 3 0
                                    

Hari sudah malam,langit yang jingga itu telah berganti gelap. Melody sudah selesai merapikan barang-barangnya,selama 2 minggu kedepan gadis itu akan tinggal di kamar kosong yang selalu menjadi kamarnya saat ia menginap disini.

Melody menatap jam di dinding kamar,mendapati malam sudah pukul 10:25 p.m tapi matanya tak kunjung mengantuk. Pikirannya kalut,menjalar ke rasa sakit yang ia genggam kuat-kuat agar tak ada seorangpun yang tau bahwa dirinya rapuh. Melody memutuskan untuk keteras rumah,membawa notebook dan pulpen kuning kesayangannya.

"Randy pasti udah tidur," gumam Melody pelan.

Gadis itu duduk di sebuah kursi kayu, dihadapannya terdapat sebuah meja dan vas bunga yang indah. Ia merasakan sejuknya kota Bogor di malam hari,tenang.

Semilir angin berlalu

Malam datang membawa sejuta rindu,
bersama semilir angin yang menari indah di segala penjuru.

Bayangmu,tak pernah usai kurindu.
Pelukmu,terkubur berjuta rasa pilu.

Tuhan,mengapa kau datangkan kembali perih itu?
Sakit yang terus saja membalut kepedikanku.

Kali ini,kutahan tangisku kuat-kuat,
menahan sakitnya pengkhianatan atas  sebuah kata kesetiaan.

Dan kamu,yang dulu berjanji tak akan membuat luka,
Maaf ,karena sudah mencintaimu terlalu dalam,
dan maaf,karena tak bisa melupakan sebegitu cepat.

Melody kembali menuliskan kata di bukunya,tak terasa gemuruh air mata telah membasahi pipinya. Dan lagi, Melody terisak di tengah sepinya malam.

"Hei,kenapa?"

Suara berat Randy membuat Melody mengangkat kepalanya,melihat laki-laki itu telah duduk di sebelahnya. Melody memeluk sepupunya itu, menumpahkan seluruh air matanya dalam dekapan laki-laki yang selalu menyayanginya. Randy mengelus rambut Melody pelan,ia sangat menyayangi Melody,bahkan jika bisa di tukar,biar Randy yang merasakan sakit,asal jangan gadis yang selalu ia panggil dengan sebutan 'Bee'.

"Kamu kenapa?jangan nangis." Tutur Randy.

"Ndy,kenapasi aku gapernah sebahagia orang lain? Tuhan selalu kasih aku rasa sakit,beda sama orang lain yang bahagia terus. Semuanya terlalu cepet Ndy,semuanya terlalu cepet selesai,aku bego karna terlalu percaya sama harapan. Sakit Ndy." Kata Melody sambil terisak.

Seketika hati Randy melunak, sepupunya yang selalu terlihat periang memang menyimpan banyak luka. Itu yang membuat Randy bertekad untuk selalu menjaga sepupunya ini,karna sebenarnya, Melody adalah gadis yang rapuh.

"Setiap manusia punya takdirnya masing-masing.siapa yang berani bikin kamu sakit hati? Aku bakal tinju tu orang sampe gabisa berdiri. Pegang omongan aku." Titah Randy.

Melody melepas pelukannya,dengan cepat ia menggeleng. Ia teringat dulu Randy pernah membabi buta meninju pacar Melody semasa SMP, karena pacar Melody itu menyelingkuhi Melody.

"Nggak gitu Ndy,"

"Siapa? Haidar itu? Iya? Dia ngapain kamu? Aku ga bakal segan bikin dia bonyok." Ujar Randy lagi.

"Enggak Ndy,jangan nyakitin Haidar."

"Kamu tuh apaansi,jelas-jelas dia bikin kamu nangis-nangis kaya gini kan? Secara ga langsung dia punya urusan sama aku! Aku gasuka ya Bee, kamu ngelindungin orang yang salah!"

"Cerita,dia ngapain kamu." Lanjut Randy.

Melody mengambil napas dalam-dalam,dan mulai menceritakan semuanya kepada Randy. Melody terus terisak,bahunya bergetar hebat. Randy terlihat geram,ia mengepalkan jari-jarinya kuat saat mendengar cerita Melody.

"Haidar minta di bantai,sialan." Tutur Randy.

Melody tetap diam,menyeka air matanya agar tak terus turun. Ia mengangkat kepalanya lalu tersenyum,

"Aku gapapa ko." Tuturnya dengan senyuman.

Randy tersenyum sakit,secepat itu Melody memasang topeng. Ia menutupi kesedihannya dengan senyum,ia menutupi tangisnya dengan tawa yang tak pernah luput dari bibirnya. Itu semua karena,
terbiasa.

"Tidur aja Bee,besok kita jalan-jalan deh,tidur ya?" Pinta Randy.

Melody mengangguk.

"Janji ya Randy gabakal ninggalin Mel,walaupun nanti kamu punya pacar,pacarnya harus kenalan dulu sama aku. Titik." Ujar Melody.

Randy terkekeh pelan.

"Dih gamau,nanti pacar aku takut sama kamu." Kata Randy.

"Enak aja! Emang aku seserem itu apa?"

"Berisik,ayo masuk." Ajak Randy.

Melody kembali ke kamarnya,begitu juga Randy.

......

Pagi ini Melody sudah di dapur bersama Aprita. Mata gadis itu juga masih sembab karena menangis semalam. Randy dan Ricko~paman Melody tak kunjung keluar kamar, padahal sarapan sudah hampir siap.

"Kamu samperin Randy sama papah aja Mel,ini mamah aja yang ngurus." Titah Aprita.

Melody mengangguk mantap.

Pertama,ia akan ke kamar Randy. Menyuruhnya keluar untuk sarapan pagi. Lalu ia akan menganggu Ricko, sehingga pamannya itu mau keluar kamar.

Tok..tok..

"Ndy,ini aku," Kata Melody seraya mengetuk pintu.

"Ndy bukain,budek ya? Woii! Aelah bukain nap---"

Katanya terpotong karena pintu terbuka lebar,terpampang wajah Randy dengan matanya yang mengantuk.

"Heh! Ga tidur ya?! Muka kamu ngantuk banget!! Kamu ngapain? Sampe ga tidur?! Cuci muka sana! Abistu sarapan,baru tidur! Ih padahal aku pengen ngajak nonton!" Coloteh Melody seraya merebahkan tubuhnya di kasur milik Randy.

Randy hanya menggeleng pelan.

"Berisik tau gak si pagi-pagi." Ucap Randy seraya masuk ke kamar mandi.

"Biarin! Kamu tuh ya bikin naik darah pagi-pagi!!. Jangan-jangan kamu selalu begadang ya? Biarin nanti kantong matamu tu berubah jadi kantong kresek!" Ujar Melody.

Randy pasti mendengarnya,kamar mandi masih di dalam kamar Randy. Sekalipun Melody sedang rebahan dan Randy di kamar mandi,pasti mereka akan saling dengar.

"Ada apa ni? Pagi-pagi udah ngoceh." Tegur Ricko dari ambang pintu kamar Randy.

"Eh papah? Hehe iya tuh Randy ngeselin." Jawab Melody.

"ENGGA PAH! MELODY YANG TIBA-TIBA NGOMEL. ORANG AKU GA NGAPA-NGAPAIN DIA KO." Teriak Randy dari kamar mandi.

Ricko terkekeh.

"Kalian tuh ya,enggak kecil,enggak dewasa sama aja. Sama-sama nempel, sama-sama berantem,sama-sama minta maap. Bingung papah mah."

"Oiya satu lagi,sama-sama berisik." Sambung Ricko.

Randy yang baru keluar dari kamar mandi langsung menyambar,

"Yang berisik mah Melody pah,aku enggak." Tuturnya.

"Iya nih,Melody kaya petasan taun baru. Jeger-jeger!!." Balas Ricko sambil menirukan suara petasan.

Melody segera berlari menuju dapur sambil berteriak,

"Mamah Aprita!! Melody di katain petasannn!! Papah gausah di kasih sarapan ya,Randy juga. Kita berdua aja,"

Seisi rumah tertawa keras karena sifar kekanakan Melody yang tiba-tiba muncul.

Melody terus berpura-pura merajuk, sampai akhirnya gadis itu tidak kuat dan malah ikut tertawa.

Melody ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang