Speak Up

439 45 0
                                    

Suara tangisan bayi membuat Chorong tersadar, saat dia membuka kedua matanya, dia melihat sebuah inkubator yang berada tidak jauh di depannya. Saat dia mencoba untuk berjalan menghampiri, inkubator itu menjauhinya. Dengan bersusah payah dan sambil berlari, Chorong berusaha meraihnya dan berhasil mendapatkan inkubator itu. Saat di buka, hanya ada selimut dan tidak ada apapun lagi di dalamnya. Tangisan bayi kembali terdengar, Chorong memperhatikan sekelilingnya yang gelap sambil mencari sumber suara. Tiba-tiba dia merasakan adanya aliran darah turun ke kakinya sendiri. Saat dia melihat ke arah kedua tangannya, dia terkejut karena mendapati seorang anak bayi yang masih sangat kecil sudah berselimutkan darahnya sendiri. 

Chorong langsung terbangun dengan mendapati lampu terang yang ada di atasnya. Dia bangun dari posisi tidur dan memperhatikan sekelilingnya. Dia mendapati selimut yang menutupi pinggang sampai kakinya. Dia juga mengangkat kedua tangannya dan kembali mengingat mimpi buruknya itu. Dia langsung memegangi perutnya sendiri. Kedua lututnya terangkat untuk menenggelamkan kepalanya sendiri. Chorong mulai menangis. Dia kembali bisa merasakan sakitnya kehilangan janin yang di kandungnya sendiri. Saat itu juga pintu ruangan tersebut terbuka. 

"Ada apa? Apa ada yang sakit?"

Chorong menghiraukan pertanyaan orang tersebut dan masih menangis. 

"Apa yang terjadi? Aku tidak tahu apapun kalau kau tidak berbicara apapun"

Chorong menggelengkan kepalanya. Dia sudah menangis terisak-isak. Hal ini membuat Junmyeon semakin khawatir. Dia hanya bisa menenangkan Chorong dengan mengelus lembut punggungnya. 

Setelah hampir beberapa menit, tangis Chorong sudah berhenti. Dia mengangkat kepalanya dan mengusap air mata yang masih tersisa di kedua pipinya. 

"Gwenchana?"

Pundak Chorong masih terlihat bergetar. Dia hanya bisa menjawab dengan menganggukkan kepalanya pelan. 

"Di-dimana aku?" Chorong kembali memperhatikan sekitarnya. 

"Klinik kampus. Kau sudah tidur selama beberapa jam"

"A-aku mempunyai janji dengan Woojin untuk ikut klub belajarnya"

"Kau sedang sakit. Woojin juga sudah mengetahui kondisimu saat ini"

"A-aku tidak sakit. Aku harus keluar dari sini" Chorong membuka selimutnya dan berusaha untuk beranjak dari tempat tidur. 

"Kau harus segera pulang"

Chorong mengabaikan perkataan Junmyeon dan segera mengambil tas ranselnya. 

"Apa kau tahu kalau kau pingsan tadi pagi?" Junmyeon menahan lengan Chorong saat dia ingin berjalan ke arah pintu. 

Chorong dengan cepat menepis lengannya itu dan tidak berani menatap ke arah Junmyeon. Mereka berdua terdiam sejenak. Junmyeon mengeluarkan ponsel Chorong dari saku celananya. Dia mengambil ponsel itu saat Chorong terjatuh di depan kelas tadi. 

"Apa aku boleh menjawab panggilan darinya?"

Chorong melihat ponselnya menyala dengan nama 'pria aneh' yang meneleponnya. Dia menggelengkan kepalanya dan langsung merebut ponsel itu dari tangan sang dosen. 

"Dia sudah beberapa kali menghubungimu sejak tadi. Apa kau sedang di ikuti oleh orang tak di kenal akhir-akhir ini?"

Chorong kembali menggelengkan kepalanya. 

The CureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang